Liput Bangkai Levina, Wartawan Terapung-apung 5 Jam di Laut

Liput Bangkai Levina, Wartawan Terapung-apung 5 Jam di Laut

- detikNews
Selasa, 27 Feb 2007 16:25 WIB
Jakarta - Demi berita dan gambar yang eksklusif, wartawan seringkali mengabaikan keselamatan dirinya dalam melakukan liputan. Terapung-apung 5 jam di laut karena kapal yang ditumpangi kehabisan bahan bakar menjadi pengalaman apes sejumlah wartawan usai meliput bangkai KM Levina yang terbakar di Laut Jawa.Kejadian ini menimpa sejumlah wartawan dari sejumlah media massa, antara lain RCTI, Indosiar, Trans7, Radio Trijaya, dan Radio Elshinta, pada Jumat 23 Februari lalu. Saat itu rombongan wartawan akan meliput langsung ke lokasi tempat terbakarnya KM Levina I di lepas Laut Jawa.Dikisahkan wartawan Trijaya FM, Setyo Nuryanto, kepada detikcom, Selasa (27/2/2007), pada Jumat siang, usai jumpa pers soal jumlah korban KM Levina I, dirinya diajak wartawan Radio Elshinta Margianto untuk menuju ke Markas Polair di Pondok Dayung."Waktu itu sekitar pukul 12.30 WIB, ada informasi polisi akan menuju ke TKP," kisah Setyo.Ketika tiba di Markas Polair, sejumlah wartawan dari TV sudah siap berangkat. "Yang saya ingat ada RCTI, Metro TV, SCTV, Indosiar, Trans7, Elshinta TV. Jumlahnya sekitar 15-an orang," kata Setyo.Karena kapal milik Bea Cukai tidak muat, sebuah kapal sewaan bernama Mutiara Jetsport dengan kapasitas 20 orang disiapkan. "Rombongan dibagi dua. Wartawan Metro TV, RCTI dan Radio Elshinta berangkat duluan. Sisanya kita naik kapal sewaan," ujar Setyo.Dari Markas Polair, rombongan kedua berangkat sekitar pukul 13.15 WIB dipimpin seorang perwira Polair bernama Darwanto. "Saya lupa pangkatnya apa. Tapi ada 5 polisi lainnya yang juga ikut," tutur Setyo.Setelah selama 2 jam berlayar, Setyo dan kawan-kawan tiba di koordinat yang ditentukan. Namun bangkai KM Levina I yang dicari tidak ada. Bahkan rombongan pertama tidak tampak. "Kata nelayan yang lewat bilang tidak ada bangkai kapal di situ. Kemungkinan kapal sudah bergeser terbawa ombak. Memang saat itu ombaknya cukup tinggi sekitar 1 meter," tutur Setyo.Karena tidak menemukan apa-apa, rombongan pun memutuskan pulang sekitar pukul 15.30 WIB. Kesialan pun dimulai, sekitar pukul 17.15 WIB mesin kapal tiba-tiba mati. Setelah dicek ternyata bahan bakarnya habis."Gila, perasaan sudah campur aduk. Kapal tiba-tiba berhenti. Jangan-jangan kita jadi tragedi Levina II. Saya langsung SMS koordinator liputan di kantor kasih tahu kondisi," cerita Setyo.Nakhoda kapal, lanjut Setyo, segera menghubungi petugas yang ada di pelabuhan minta dikirimi bahan bakar sambil memberi tahu koordinat terakhir kapal. "Sialnya ternyata kapal itu nggak bawa jangkar. Kita terapung-apung dibawa ombak.""Saya langsung ingat anak saya yang masih umur 3,5 tahun dan 14 bulan di rumah, apalagi istri saya lagi di Surabaya," lanjut Setyo.Sambil terus memejamkan mata berbagai doa pun diucapkan Setyo memohon keselamatan dari Tuhan. "Teman-teman yang lain sudah pada mabok. Rekan dari RCTI muntah berkali-kali. Untung saya tutup mata terus," kenangnya.Malam semakin gelap. Kapal pertolongan yang membawa bahan bakar tak kunjung datang. "Pantas saja, ternyata posisi kapal kita sudah bergeser 16 mil dari titik awal," kata Setyo.Dalam ingatan Setyo, penderitaan itu berlangsung selama 5 jam. Baru sekitar pukul 22.30 WIB sebuah kapal bantuan menemukan posisi mereka. Kapal dari perusahaan penyewaan yang sama itu membawa 20 jerigen bahan bakar, 14 kaleng oli dan makanan berupa biskuit.Setelah bahan bakar diisi, rombongan pun segera kembali ke pelabuhan. "Hampir jam 2 dinihari kita sampai ke Markas Polair. Pada teler semua. Badan lemas, kepala pusing, perut keroncongan," imbuh Setyo.Meski peristiwa yang dialaminya nyaris membawa malapetaka, Setyo bersyukur bisa selamat. Apalagi dua hari kemudian peristiwa tenggelamnya Levina I telah menewaskan kamerawan Lativi Suherman dan hilangnya kamerawan SCTV M Guntur.Dari pengalaman yang dilaluinya, Setyo sadar, sepenting apa pun berita yang akan dikejar, keselamatan diri dalam bekerja tetap menjadi prioritas utama. "Alhamdulillah...cukup sekali aja pengalaman seperti itu," pungkasnya. (bal/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads