Panitia seleksi (pansel) calon anggota Kompolnas menemukan satu peserta yang curang ketika menjalani proses seleksi. Imbasnya, peserta itu otomatis dicoret.
Anggota Pansel Bekto Suprapto mengatakan proses seleksi memiliki seperangkat aturan untuk menghasilkan calon terbaik. Ketika ada yang berbuat curang, pansel akan langsung mencoretnya.
"Yang dilanggar adalah, tadi disebutkan oleh ketua. Laptop disediakan, yang dilanggar adalah membawa catatan sebelumnya dan waktu mengerjakan membuka catatan itu sembunyi-sembunyi," kata Bekto dalam jumpa pers di gedung Kompolnas, Jakarta Selatan, Kamis (1/8/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Panitia mengetahui akal-akalan peserta seleksi dari pengawas yang berjaga di lokasi. Pansel juga memiliki bukti-bukti peserta tersebut melakukan tindakan curang.
"Oleh panitia, oleh pengawas yang disebutkan berapa banyak tadi itu difoto, itu direkam video, dan sebagainya. Sehingga diputuskan oleh kami bersembilan (anggotan pansel), yang ini tidak layak untuk dinilai. Itu kesepakatan dari kami satu (orang) saja (yang curang)," jelas Bekto.
Sebagaimana diketahui, tes tertulis untuk calon anggota Kompolnas digelar pada Selasa (30/7). Waktu pengerjaannya selama tiga jam.
Ketua Pansel Hermawan Sulistyo mengungkapkan, soal untuk tes tertulis tidak disiapkan sebelumnya. Upaya ini sedianya untuk mengantisipasi tindak kecurangan selama proses tes berlangsung.
"Sebelumnya persiapan kami, kami memutuskan bahwa soal topik yang akan ditulis itu tidak disiapkan. Jadi dirumuskan pada hari kita mau tes. Satu jam sebelumnya kami berkumpul merumuskan judulnya apa, poin-poinnya. Jadi tidak mungkin bocor, karena kami rame-rame ini kolektif-kolegial sehingga tidak ada satu orang yang bawa tulisan, yang lain nurut, tidak ada," ucap dia.
Selanjutnya peserta tidak diperkenankan membawa ponsel atau alat komunikasi lain ke ruangan tes. Panitia menyediakan laptop untuk mengerjakan soal tes
"Tes dilakukan dengan instrumen-instrumen yang minimum untuk cheating, untuk plagiat atau kebocoran gitu. Mengapa misalnya tidak boleh bawa handphone, itu satu.Lalu bawa catatan tulisan tidak boleh. Jadi laptop kami sediakan, disediakan oleh Panitia dalam keadaan kosong yang nyalain kita. Lalu masih diawasi oleh sekitar 20 pengawas untuk mengawasi 101 orang. Itu untuk meminimalisir kebocoran-kebocoran. Setelah selesai, 30 menit selesai, dikumpulkan," jelas dia.
Kemudian, pansel melakukan penilaian dengan cara blind review. Cara ini agar panitia melakukan penilaian secara objektif.
"Kami nilai secara blind review. Apa itu blind review? Namanya ditutup, namanya tidak ada. Jadi yang menilai itu tidak tahu siapa peserta yang dinilai, dan yang dinilai tidak tahu siapa yang menilai. Jadi ini blind review. Penilaian secara buta, yang tidak kita kenal. Lalu hasilnya semua dikumpulkan," ungkapnya.
"Lalu ada peserta yang terpaksa dicoret, karena terbukti cheating. Terpaksa kita coret. Lalu sisanya itu kita periksa. Tadi malam baru selesai semua. Sisanya tinggal 50 peserta," pungkasnya.
(dek/dek)