Restoran Cina di AS Ada 9.000, Thai 3.000, Indonesia Cuma 46

Laporan dari Washington DC

Restoran Cina di AS Ada 9.000, Thai 3.000, Indonesia Cuma 46

- detikNews
Senin, 26 Feb 2007 08:13 WIB
Washington DC, - Kalau orang Indonesia di Amerika Serikat berbicara soal restoran, satu pertanyaan yang selalu menggelitik adalah mengapa restoran Indonesia tidak berkembang di negeri ini. Kegelisahan ini beralasan karena di tengah-tengah kian populernya masakan etnis di AS, sampai saat ini hanya ada 46 restoran Indonesia. Sementara restoran Cina dan Jepang sudah 9.000 ribu. Bahkan pendatang baru yakni restoran Thailand kini jumlahnya sudah mencapai 3.000 dan terus bertambah setiap tahun. Padahal dari segi rasa, masakan Indonesia tidak kalah enak dari masakan Thailand, Jepang maupun China.Pertanyaan itulah yang dicoba dijawab dalam diskusi bertajuk 'Peluang Usaha Restoran Indonesia di Amerika' yang digelar oleh Ikatan Keluarga Indonesia (IKI) dan Kedutaan Besar Indonesia di Washington DC, Sabtu (24/2/2007) waktu setempat. Duta Besar Indonesia untuk AS, Sudjanan Parnohadiningrat juga mengakui seretnya perkembangan restoran Indonesia di AS tersebut. Padahal menurutnya, dengan keanekaragaman bumbu-bumbu Nusantara, Indonesia punya potensi besar untuk mengembangkan restoran di AS. "Pengembangan restoran Indonesia akan membuka lowongan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia di AS serta dapat mendatangkan ahli-ahli masak dari Indonesia untuk bekerja di sini serta tambahan ujung tombak promosi pariwisata Indonesia," ujar Sudjanan sebagaimana dilaporkan koresponden detikcom di Washington DC, Endang Isnaini Saptorini.Panelis Risa Bhinekawati setuju dengan Sudjanan bahwa masakan Indonesia berpeluang untuk mengisi pangsa pasar makanan etnik di AS yang kian membesar. Dari segi rasa, keragaman dan penyajian, masakan Indonesia punya potensi untuk digemari masyarakat AS, terutama mereka yang punya pengalaman internasional dan profesional kota. Tapi ada sejumlah kendala yang menghadang. "Salah satunya adalah masalah identitas. Masakan Indonesia terlalu banyak ragamnya. Saya pikir perlu dicari makanan unggulan yang dijadikan identitas masakan Indonesia sehingga mudah dikenal orang Amerika. Seperti masakan Thailand punya kari atau sate," ujar Risa yang beberapa waktu lalu mengadakan penelitian tentang peluang restoran Indonesia di AS.Soal identias ini sebenarnya sudah ada dalam pikiran Karnoto, WNI yang sudah puluhan tahun bekerja sebagai juru masak baik di restoran Indonesia mau pun restoran Amerika. "Dari pengalaman saya berbincang dengan juru masak dari negara lain dan orang Amerika, nasi goreng dan bakmi goreng Indonesia nomor satu rasanya. Cina punya bakmi goreng tapi kalah enak dengan Indonesia,"ujar Karnoto yang setiap hari minggu menjual masakan Indonesia di rumahnya.Namun, Karnoto juga menceritakan sejumlah ironi. Misalnya soal sate. Sate Indonesia, katanya, lebih enak rasanya dari sate Thailand."Tapi sate Thailand lebih laku dan terkenal. Kita kalah duluan," ujarnya. Suatu ketika ia pernah menyediakan masakan Indonesia untuk sebuah pesta yang dihadiri warga AS. Ketika nama-nama masakan dinamakan dengan nama Indonesia seperti Opor Ayam, tiket yang dijual panitia nyaris tidak laku. Dan saat diganti namanya menjadi "Thai Chicken Curry", sontak menjadi laku keras. 165 Tiket terjual pada saat itu, meskipun Karnoto tetap memasaknya ala opor ayam Indonesia."Persoalan promosi masakan Indonesia, memang masih belum cukup gencar terutama dibandingkan Thailand. Para pemilik restoran Thailand di AS punya asosiasi yang fungsi utamanya adalah melakukan promosi masakan Thailand ke seluruh penjuru Amerika,"ujar Bhinekawati. Menurutnya, dalam konteks ini pihak Kedutaan Besar Indonesia di AS diharapkan dapat memfasilitasi promosi masakan Indonesia.Pihak KBRI bersama Ikatan Masyarakat Indonesia sudah mulai menyusun rencana untuk mengembangkan bisnis restoran Indonesia di AS. "Saya menyambut baik rencana pembentukan Task Force IKI-KBRI untuk pengembangan usaha restoran Indonesia. Saya harap bapak-bapak dan ibu-ibu hadirin sekalian berperan aktif dalam task force," kata Sudjanan disambut tepuk tangan para peserta seminar. (eis/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads