Direktur Eksekutif Human Studies Institute, Rasminto, menilai TNI perlu dilibatkan lebih intensif dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Menurutnya hal ini lantaran memiliki sumber daya dan infrastruktur yang signifikan untuk mendukung produksi hingga distribusi pangan.
"Problematika lainnya yang perlu jadi analisis kritis adalah konflik geopolitik, seperti perang Rusia-Ukraina, juga memperburuk situasi ketahanan pangan global. Rusia dan Ukraina adalah produsen utama gandum, menyumbang sekitar 25% dari ekspor gandum global. Konflik yang terjadi menyebabkan gangguan signifikan pada rantai pasok, dengan harga gandum global meningkat lebih dari 30% sejak perang dimulai pada tahun 2022," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima, Selasa (30/7/2024).
"Krisis di Timur Tengah juga turut memperburuk situasi ketahanan pangan. Konflik berkepanjangan di kawasan ini mengakibatkan banyak lahan pertanian yang tidak bisa diolah dan menyebabkan pengungsian massal," sambungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rasminto mengatakan keterlibatan TNI dalam menjaga ketahanan pangan nasional sudah berlangsung sejak lama. Menurutnya, pada era pemerintahan Jokowi, Kementan menggandeng TNI dalam program cetak sawah baru seluas 500 ribu hektare di Papua Selatan.
"Jika saja produktivitas per hektare dapat menghasilkan minimal 5 ton gabah padi per panen, maka akan menghasilkan 2,5 juta ton gabah padi per musim panen. Dan jika saja setiap tahun dapat dua kali panen, maka setahun berkontribusi 5 juta ton gabah padi," ujarnya.
Selain itu ia. mengatakan TNI juga kembali dilibatkan dalam megaproyek lumbung pangan (food estate). Rasminto mengakui program ini memiliki kekurangan, tetapi mestinya dievaluasi agar hasilnya lebih optimal.
"Food estate, yang merupakan proyek pertanian skala besar untuk meningkatkan produksi pangan, memerlukan perbaikan dan penyesuaian dengan melihat berbagai tantangan yang ada," katanya.
"Setidaknya terdapat catatan kritis yang diperlukan, yakni perlu adanya peningkatan infrastruktur irigasi, akses ke teknologi pertanian modern, dan dukungan logistik untuk memastikan hasil yang maksimal. Selain itu, partisipasi aktif petani lokal dan pemberdayaan masyarakat sekitar juga menjadi kunci keberhasilan program ini. Melalui perbaikan dan penyesuaian yang berkelanjutan, food estate dapat menjadi solusi strategis untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional," sambungnya.
(dwia/dwia)