Einstein Pernah Tolak Senjata Nuklir demi Hentikan Perang

Einstein Pernah Tolak Senjata Nuklir demi Hentikan Perang

Rakhmad Hidayatulloh Permana - detikNews
Selasa, 09 Jul 2024 13:54 WIB
Albert Einstein
Albert Einstein (Getty images)
Jakarta -

Hingga hari ini, perang masih berkecamuk. Sedari dulu, upaya untuk menghentikan perang terus dilakukan. Fisikawan peraih Hadiah Nobel, Albert Einstein, adalah salah satu yang menolak perang lewat manifesto anti-pengembangan senjata nuklir atau yang dikenal dengan Russell-Einstein Manifesto.

Dikutip detikcom dari buku biografi laris Einstein karya Walter Isaacson, sang fisikawan pernah mempunyai peran secara tidak langsung dengan proyek Manhattan pimpinan Oppenheimer. Proyek ini merupakan proyek pembuatan bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang, pada Agustus 1945.

Meskipun tidak terlibat secara langsung, Einstein sangat menyesali terjadinya salah satu tragedi perang ini. Hal ini cukup menohok lantaran Einstein dikenal sebagai seorang pasifis, orang yang sangat mencintai perdamaian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di tengah penyesalan itu, Einstein mendapat tawaran dari filsuf sekaligus penulis peraih Nobel Sastra, Bertrand Russel. Dikutip detikcom dari buku 'Einstein A To Z' karya Karen C Fox, surat tawaran itu ditulis pada 11 Februari 1955.

"Sama seperti semua orang yang berpikir, saya sangat kecewa dengan perlombaan persenjataan dalam senjata nuklir... Saya pikir para ilmuwan terkemuka harus melakukan sesuatu yang dramatis untuk mewujudkannya," tulis Russel.

ADVERTISEMENT

Surat itu sampai kepada Einstein. Einstein membacanya dengan seksama dan merasa senang dengan tawaran ini. Pada 11 April 1955, Einstein membalas surat Russel. Ia setuju meneken manifesto menolak pengembangan senjata nuklir ini.

"Saya dengan senang hati bersedia menandatangani pernyataan luar biasa Anda. Saya juga setuju dengan orang-orang pilihan Anda yang akan menandatangani pernyataan ini," kata Einstein.

Untuk diketahui, manifesto ini dibuat Einstein dan Russell tepat setelah Amerika Serikat dan Uni Soviet mengembangkan bom hidrogen, yang kekuatan ledakannya ratusan kiloton lebih besar daripada bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki. Kedua negara adidaya tersebut saling berlomba-lomba untuk mengembangkan senjata nuklir. Manifesto ini juga diperuntukkan buat meredam suasana perang dingin pada kala itu.

Setelah menyetujui manifesto tersebut, tepatnya pada 18 April 1955, sang raksasa fisika meninggal dunia. Einstein meninggal karena pembuluh darah di sekitar jantungnya pecah. Manifesto penolakan terhadap pengembangan nuklir tersebut menjadi pernyataan politik terakhir Einstein.

Manifesto itu kemudian baru dirilis pada 9 Juli 1955 di London beberapa bulan setelah kematian Einstein. Manifesto ini menjadi bukti bahwa Einstein--di saat-saat terakhirnya--tetap berupaya untuk menciptakan dunia yang damai di tengah kecamuk perang.

Trivia sejarah merupakan artikel yang membeberkan cerita menarik tentang tokoh dan peristiwa sejarah. Seri artikel ini diperuntukkan untuk memperkaya wawasan sejarah pembaca detikcom.

(dnu/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads