BRIN Temukan Kontaminasi Bahan Aktif Obat di Aliran Sungai Citarum

BRIN Temukan Kontaminasi Bahan Aktif Obat di Aliran Sungai Citarum

Antara News - detikNews
Senin, 08 Jul 2024 08:58 WIB
Warga menaiki perahu di dekat tumpukan sampah yang telah dijaring di aliran Sungai Citarum, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Jumat (21/6/2024). Pemerintah Jawa Barat menerapkan jaring penyekat sampah di sejumlah titik dari hulu hingga hilir di aliran Sungai Citarum sebagai salah satu pilihan dalam mengatasi dan mengantisipasi sampah yang terbawa arus ataupun mengendap di aliran sungai. ANTARA FOTO/Novrian Arbi/aww.
Foto Sungai Citarum: (ANTARA FOTO/NOVRIAN ARBI)
Jakarta -

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan adanya kontaminasi bahan aktif obat atau APIs di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum Hulu di Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan dengan penghitungan konsentrasi bahan aktif obat yang diminum, frekuensi penggunaan obat, jumlah obat yang dikonsumsi, dan berapa lama masa sakit responden dalam setahun.

"Kemudian kami akan mengestimasi seberapa banyak dari rata-rata penggunaan itu dengan ekstrapolasi terhadap jumlah penduduk di suatu DAS. Hasilnya, untuk bahan kimia aktif dapat dilihat bahwa ternyata paracetamol dan amoxcillin menjadi APIs dengan penggunaan paling besar di DAS Citarum Hulu," kata Peneliti Kelompok Riset Ekotoksikologi Perairan Darat, Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN, Rosetyati Retno Utami dilansir Antara, Senin (8/7/2024).

Rosetyati mengatakan pihaknya menemukan penggunaan antibiotik di DAS Citarum Hulu cukup besar, dengan penggunaan paracetamol menjadi posisi tertinggi berjumlah 460 ton per tahun serta amoxcillin 336 ton per tahun. Adapun sumber-sumber kontaminasi bahan aktif obat yang mungkin masuk ke dalam Sungai Citarum, menurutnya bisa teridentifikasi dari kegiatan peternakan yang dinilai banyak menggunakan obat-obatan dan juga hormon yang bertujuan meningkatkan hasil peternakan, penggunaan obat rumah tangga, industri, dan sistem pengelolaan limbah obat di rumah sakit yang mungkin terdapat kebocoran, sehingga dapat mengakibatkan masuknya obat ke ekosistem akuatik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih lanjut, dia mengungkapkan penanganan masyarakat setempat atas penggunaan bahan aktif obat tersebut dinilai masih kurang, sehingga menimbulkan risiko terhadap pencemaran ekosistem akuatik.

"Jika terjadi kontaminasi di perairan atau ekosistem akuatik, tentu saja akan membahayakan bagi organisme akuatik dan juga kesehatan manusia," ucapnya.

ADVERTISEMENT

Terkait hal tersebut, Plt Kepala Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN, Luki Subehi, menekankan perilaku masyarakat terhadap penanganan penggunaan obat, termasuk praktik pembuangan obat yang tidak lagi terpakai penting untuk menjadi perhatian lebih lanjut.

Menurutnya, tingkat populasi masyarakat yang tinggi di wilayah sekitar DAS menjadikan hal tersebut menjadi penting agar tidak menambah faktor-faktor yang dapat mencemari sungai.

"Dengan informasi ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat pentingnya pola perilaku yang tidak mencemari badan air atau sungai dan praktik yang lebih baik dalam pengelolaan limbah obat-obatan," kata Luki Subehi.

(zap/isa)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads