Kisah Ortu Siswa di Depok, Anaknya Berprestasi tapi Tak Lolos PPDB

Kisah Ortu Siswa di Depok, Anaknya Berprestasi tapi Tak Lolos PPDB

Devi Puspitasari - detikNews
Jumat, 28 Jun 2024 14:26 WIB
Kartika menceritakan kisah anaknya yang tak lolos jalur prestasi dalam PPDB. Padahal, anaknya memiliki segudang prestasi di olahraga senam artistik (Devi/detikcom)
Kartika menceritakan kisah anaknya yang tak lolos jalur prestasi dalam PPDB. Padahal anaknya memiliki segudang prestasi di olahraga senam artistik. (Devi/detikcom)
Depok -

Salah satu orang tua (ortu) siswa SD di Depok, Kartika, menceritakan kisah anaknya yang tak lolos jalur prestasi dalam PPDB. Padahal anaknya memiliki segudang prestasi di olahraga senam artistik.

"Sudah sekitar tahun kedelapan anak saya, saya ikutin kegiatan senam artistik. Memang dari awal tujuannya buat ke prestasi, bukan ke kreasi. Punya bakat di sini kenapa nggak kita dukung, memang bener saja dan alhamdulillah juara-juara terus," kata Kartika saat ditemui wartawan di Perumahan Pondok Duta, Kelapa Dua, Depok, Jumat (28/6/2024).

Kartika mengatakan anaknya juga menang dalam kejuaraan O2SN mewakili sekolahnya dan menang peringkat I tingkat provinsi. Berkat hal itu, anaknya disarankan sekolah untuk mencoba jalur non-akademik atau jalur prestasi akademik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kartika menceritakan kisah anaknya yang tak lolos jalur prestasi dalam PPDB. Padahal, anaknya memiliki segudang prestasi di olahraga senam artistik (Devi/detikcom)Kartika menceritakan kisah anaknya yang tak lolos jalur prestasi dalam PPDB. Padahal anaknya memiliki segudang prestasi di olahraga senam artistik. (Devi/detikcom)

Kartika pun awalnya mencoba menggunakan jalur zonasi, tapi tak lolos karena jarak rumah yang jauh. Saat dicoba jalur prestasi non-akademik, nama anaknya masih ada di peringkat meskipun berubah-ubah. Singkatnya, ia melihat skor anak lainnya tak sebanyak sertifikat milik anaknya.

"Kalau anak saya tuh 21, ada yang ini, yakinlah di situ insyaallah masuk. Uji kompetensinya tertutup waktu itu, jadi ortu disuruh keluar, anak di dalam, tertutup. Selesai suruh pulang, nanti sore ya biasanya atau besok pagi pengumumannya keluar. Itu masih ada di 11 besar, kan 11 yang diterima, jatah kuotanya 11 orang," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Saat final, anak menduduki peringkat 12 dan tak lolos jalur tersebut. Namun ia menyebut sertifikat anak yang lolos tak sebanyak yang dimiliki anaknya.

"Begitu sampai, udah malam, udah final tuh, dia di urutan ke 12. Merah tuh nggak diterima, yang diterima 11. Pas saya lihat sampai screenshot, kok sertifikatnya nggak ada yang setinggi dia, paling tinggi tuh 16, sedangkan dia tuh di 21. Ada juga yang diterima tuh skor sertifikatnya 2," tuturnya.

Kartika pun mendatangi sekolah tersebut untuk menanyakan apakah ada tes lebih lanjut atau seperti apa penilaian dari pihak sekolah dalam menerima dan menolak siswa.

"Dari situ saya dikasih tahu kalau intinya adalah cabor anak saya bukan olahraga yang diprioritaskan dan tidak berjenjang katanya di sana, jadi kita terimanya yang berjenjang aja di Kota Depok," ujarnya.

"Terus saya bilang anak saya kemarin bawa nama Kota Depok ke Kejurda dan tahun depan mau ikut babak kualifikasi Porprov, saya bilang gitu, apakah tidak bisa dipertimbangkan. Dia bilang 'Nggak bisa, Bu'. Karena dia bilang udah final ini," tambahnya.

Kartika menceritakan kisah anaknya yang tak lolos jalur prestasi dalam PPDB. Padahal, anaknya memiliki segudang prestasi di olahraga senam artistik (Devi/detikcom)Kartika menceritakan kisah anaknya yang tak lolos jalur prestasi dalam PPDB. Padahal, anaknya memiliki segudang prestasi di olahraga senam artistik. (Devi/detikcom)

Atas kejadian itu, Kartika pun mengaku kecewa dengan alasan sekolah. Dia menilai sekolah tak transparan dan tidak menjelaskan apa kesalahan anaknya sehingga ditolak sekolah tersebut.

"Kok bisa ada satu cabor yang diprioritaskan, ada yang nggak, gitu sih kecewanya di situ. Kita sudah membawa nama daerah, kita tinggal di sini udah lama, dari kecil di sini, terus namanya kita bawa ke mana-mana. Tapi ternyata ya di pendidikan ditolak mentah-mentah aja gitu prestasinya," tutupnya.

Simak juga Video: Pj Gubernur Jabar Soroti Kasus Siswa Titipan Jelang Pengumuman PPDB

[Gambas:Video 20detik]




(taa/taa)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads