Pedagang Puncak Ngeluh Tak Punya Rumah Usai Lapak Dibongkar: Tidur di Terpal

Muchamad Sholihin - detikNews
Kamis, 27 Jun 2024 18:44 WIB
Pedagang di Jl Raya Puncak Bogor, Jawa Barat bernama Apen (57) (M Sholihin/detikcom)
Bogor -

Pedagang di Jalan Raya Puncak Bogor, Jawa Barat, bernama Apen (57) mengaku bingung mencari tempat tinggal untuk anak dan istrinya usai warungnya dibongkar petugas. Ia dan keluarga terpaksa tidur beratap terpal di antara kebun teh karena tak punya rumah.

"Dari pembongkaran kemarin, saya sama istri, sama anak, masih tidur di sini, itu di tengah pohon teh, pakai terpal," kata Apen ditemui di Jl Raya Puncak, Kamis (27/6/2024).

"Rumah saya nggak punya. Setiap hari (selama dagang) memang hidupnya disini, tidur disini, sama anak istri. Saya harus pindah ke mana. Kontrakan kan perlu waktu, masalahnya kan uangnya," sambungnya.

Selain masalah rumah, pria yang sudah 22 tahun berdagang di pinggir Jl Raya Puncak itu kebingungan masalah uang untuk membayar utang ke bank. Apen mengaku sempat meminjam uang sebesar Rp 10 juta untuk modal berdagang dan harus dibayar selama dua tahun.

"Gimana nggak nangis saya, kondisi begini sekarang. Saya punya angsuran, Rp 700 ribu sebulan. Belum yang harian bayar Rp 55 ribu. Gimana saya nggak mikirin, sumber uang saya kan dari dagang di sini," kata Apen.

Apen mengaku masih bingung apakah bakal berdagang di rest area Puncak mengikuti saran pemerintah atau tidak. Ia berharap Pemkab Bogor mengevaluasi konsep di rest area agar pedagang punya pendapatan lebih.

"Kan saya pernah disana (rest area Puncak) tiga bulan. Tahun 2023, bulannya lupa. Harian memang gratis, nggak dipungut bayaran, tapi pendapatan kita nol. Karena posisi kios kita jauh dari parkiran," kata Apen.

"Bayangin, di sana itu 600 kios kira-kira, itu rest area atau pasar? Bayangin, di sana ada 600 kios, berarti setiap hari butuh berapa ribu orang dateng ke sana? Kalau di sini (pinggir Jl Raya Puncak) kan istilahnya, orang lagi lewat, capek, istirahat, numpang kencing, dia mampir, jajan. Nggak takut nggak ada yang dateng, pasti ada," imbuhnya.

Hal serupa juga diungkap Umi, pedagang perempuan berusia 57 tahun. Ia mengaku punya utang Rp 200 juta ke bank untuk bangun rumah, yang dibayar tiap bulan sebesar Rp 4 juta.

"Kalau dari dagang disini mah alhamdulillah, kebayar. Makanya saya mah bingung, ini teh lagi berpikir dulu. Si bapak (suami) juga lagi sakit," kata Umi.

Umi mengaku siap ditata, asalkan tetap berdagang di pinggir Jl Raya Puncak.

"Kalau harapan sih kita bisa tetep dagang lagi di sini. Kalaupun pihak PTPN bisa ada kerja sama, KSO gitu, kita sih siap. Ya jangan orang kaya aja atuh yang ditampung, kita atuh yang diperhatikan mah," kata Umi.

"Jadi kita itu siap aja kalau ditata, berdagang di sini, misalnya warungnya dicatat warnanya sama, biar bagus gitu. Kita mah senang kalau begitu, kalau penataannya begitu," sambungnya.

Simak juga Video: Pemkab Bogor Akan Cek Izin Bangunan Seusai Bongkar Kios Pedagang






(sol/azh)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork