Kepala BSSN Hinsa Siburian buka suara terkait server Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) yang mengalami serangan siber ransomware sehingga down dan mengganggu layanan publik di berbagai instansi. Hinsa mengungkap hanya 2 persen data di PDNS yang di-backup oleh Kemenkominfo.
Hinsa mulanya berbicara terkait aturan dalam Peraturan BSSN Nomor 4 Tahun 2021 terkait keamanan sistem pemerintahan berbasis elektronik. Dia menyebutkan, berdasarkan Pasal 5 ayat 2y, seharusnya seluruh data Kemenkominfo mempunyai backup.
"Kita mendorong, karena kita sudah membuat Perban Nomor 4 Tahun 2021 tentang pedoman manajemen keamanan sistem pemerintahan berbasis elektronik dan standar teknis dan prosedur keamanan sistem pemerintahan berbasis elektronik terutama pada Pasal 35 ayat 2Y yaitu masalah backup, itu tertuang di situ, di sebuah pusat data," kata Hinsa saat rapat kerja bersama Menkominfo Budi Arie Setiadi dan Komisi I DPR, Kamis (27/6/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hinsa pun menegaskan persoalan utama dari serangan ini yakni lantaran tidak adanya backup. "Ini sudah ktia sampaikan dan memang kami lihat secara umum, mohon maaf Pak Menteri, permasalahan utama adalah tata kelola ini hasil pengecekan kita dan tidak adanya backup," imbuhnya.
Padahal, menurut Hinsa, seharusnya seluruh data yang ada di 3 PDNS ter-backup satu sama lain sehingga, ketika diserang, bisa langsung diatasi.
"Backup-nya data yang di PDNS 1 Surabaya itu. Di Batam itu tidak sepenuhnya, jadi sebenarnya seharusnya kan DRC, artinya apa data yang ada di Surabaya, harusnya ada persis seperti itu juga di Batam, jadi begitu misalnya ada gangguan di Surabaya, analoginya hampir sama, mati listrik, hidupkan genset," ujar dia.
Di tengah penjelasannya, Ketua Komisi I DPR Meutya Hafid mempertanyakan terkait berapa persen data yang ter-backup di PDNS Surabaya. Hinsa menegaskan hanya ada 2 persen data yang ter-backup.
"Berapa persen ter-backup di Batam?" tanya Meutya.
"Hanya 2 persen dari data yang ada di Surabaya," jawab Hinsa.
"Hanya 2 persen dari data yang dikunci ransomware di Surabaya?" tanya Meutya lagi.
"Betul," tegas Hinsa kembali.
"Makanya itu tidak dinyatakan DRC (disaster recovery center), hanya tempat penyimpanan data. Jadi kami tentunya sebagai dari sisi keamanan kami harus sampaikan yang terkait dengan keamanan," lanjut dia.
Simak juga Video: Budi Arie Sebut Serangan Ransomware Melanda Semua Negara