Kualitas udara Jakarta kembali menjadi sorotan lantaran sempat mengalami penurunan pada Selasa (18/6/2024) lalu. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan kondisi udara saat ini tidak separah pada 2023.
"Jadi sebetulnya kita belum separah di waktu tahun 2023, karena kita masih ada hujan di beberapa minggu. Karena ada hujan, jadi itu bisa membersihkan udara di atmosfer itu sehingga udaranya bagus, seperti di hari kemarin ya, habis hujan, kelihatan udaranya pulih," kata Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK, Sigit Reliantoro, kepada wartawan, Kamis (20/6).
Sigit menjelaskan, sejauh ini pihaknya telah berkomunikasi dengan BMKG perihal Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) jika terjadi penurunan kualitas udara secara terus-menerus di Jakarta dalam kurun satu pekan ke depan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemarin kita sudah diskusi dengan teman-teman TMC di BMKG, 'Pak, kalau misalnya nanti ada satu minggu terus-terusan kuning atau tidak sehat, maka kami akan berkirim surat untuk bisa difasilitasi untuk melakukan TMC'," jelas Sigit.
Dia menyebutkan salah satu TMC yang sempat dilakukan pada tahun lalu seperti water mist, yakni penyebaran air dalam bentuk kabut halus. Namun, menurut dia, sejauh ini penggunaan water mist baru akan dilakukan jika kondisi cuaca tergolong ekstrem.
"Pada waktu yang Asian Summit-nya itu, di pas hari-hari dilaksanakan Asian Summit itu, dilakukan TMC dengan water mist dan itu memang bisa mereduksi partikulat atau pencemar yang ada di Jakarta, nah itu yang sudah kita koordinasi," sebut Sigit.
"Tetapi kita belum mendiskusikan untuk yang dari gedung-gedung yang water mist dari gedung-gedung, karena kita melihat upaya yang ada sudah masih mengatasi dan nanti kalau kondisinya se-ekstrem di tahun 2023, baru kita akan melakukan langkah koordinasi untuk kapan bisa diinfus seperti ini," pungkasnya.
Seperti diketahui, situs IQAir menempatkan Jakarta sebagai kota dengan tingkat polusi udara tertinggi di dunia Selasa (18/6) pagi kemarin. IQAir menyatakan kualitas udara di Jakarta tidak sehat.
Dilihat dari situs IQAir, Selasa (18/6), indeks kualitas udara Jakarta berada di angka 194 atau tidak sehat. Polutan utamanya ialah PM 2,5.
"Konsentrasi PM 2,5 di Jakarta saat ini 23,4 kali nilai panduan kualitas udara tahunan WHO," demikian tertulis dalam situs IQ Air.
Data yang digunakan IQ Air ini berasal dari sejumlah kontributor, mulai KLHK, BMKG, US Department of State, hingga sejumlah perusahaan swasta.
(dnu/dnu)