Banyaknya kasus kekerasan terhadap anak di Kota Bekasi menjadi sorotan. Hal ini dinilai salah satunya lantaran mudahnya konten negatif diakses anak-anak.
"Contoh TikTok. Itu kan kalau di Indonesia bebas ya. Saking bebasnya, drama rumah tangga orang aja masuk ke situ. Sedangkan kalau di Cina, mereka itu platform media sosial dijadikan edukasi pendidikan," ujar Pembina Relawan Perlindungan Anak dan Perempuan Pelita, Adelia, dalam keterangan tertulis yang diterima, Senin (10/6/2024).
Adelia yang juga anggota DPRD Kota Bekasi terpilih periode 2024-2029 ini menegaskan bahwa peran aktif pemerintah sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Menurutnya salah satu hal yang dapat dilakukan yakni dengan menyaring konten sesuai usia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nah berarti tugas yang paling penting saat ini untuk pemerintah adalah bagaimana caranya menyaring konten-konten yang bisa disaksikan sesuai dengan umur anak-anak. Karena kita tidak bisa menyetop perkembangan gadget itu," tuturnya
"Orangtua harus berperan bagaimana memberikan pemahaman kepada anak-anak apa yang boleh dan yang tidak. Karena balik lagi, pendidikan dasar anak-anak itu kan orangtua," sambungnya.
![]() |
Sementara itu, Komisioner KPAD Kota Bekasi Bidang Kesehatan Hadyan Rahmat menyebut meningkatnya kasus kekerasan terhadap anak di Kota Bekasi, harus dilihat secara dua sisi. Hadyan juga menegaskan pentingnya orangtua memberikan treatment yang sesuai zaman dalam mengedukasi anak.
"Satu sisi betul kita was-was, di sisi lain ini adalah bukti bahwa masyarakat semakin pintar, bahwa tidak lagi menganggap kasus-kasus ini sebagai aib. Mereka (korban) sudah tahu kemana mereka harus mengadu," ujarnya.
"Setiap zaman ada orangnya, setiap orang ada zamannya. Ada perubahan, ada ilmu-ilmu tentang parenting dan lain-lain, yang sejogyanya sebagai orang tua juga harus terus belajar mengupdate informasi bukan pakai kacamata kuda," tuturnya.
(dwia/dwia)