Bos PPI: Tapera Jadi Liar, Seakan Urunan Rakyat Biayai Proyek Negara

Lisye Sri Rahayu - detikNews
Rabu, 05 Jun 2024 23:25 WIB
Jakarta -

Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno menilai program Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) menjadi liar karena seakan-akan urunan rakyat untuk membiayai proyek negara. Menurutnya banyak muncul dugaan-dugaan itu di publik.

Hal itu disampaikan dalam dalam talkshow d'Rooftalk dengan tema 'IKN, Tapera dan Polemik Politik Menuju Masa Transisi', Rabu (5/6/2024). Hadir dalam diskusi ini Waketum PAN Yandri Susanto, Waketum Gelora Fahri Hamzah dan Politikus PDIP Adreas Hugo Pareira.

"Sebenarnya soal Tapera yang menjadi liar itu seakan-akan ini duit urunan dari rakyat untuk membiayai proyek mercusuar, orang menduganya itu," kata Adi Prayitno.

Adi menilai berbagai dugaan muncul di masyarakat terkait program Tapera yang memotong gaji pekerja sebesar 3% setiap bulannya. Salah satu dugaan itu, kata Adi, soal kekurangan dana dalam membantun proyek negara.

"IKN kurang dana, makan gratis kurang dana, makanya orang jadi curiga, lah (dana) haji aja dipakai kok," katanya.

"Saya juga curiga," kata Fahri Hamzah menanggapi.

Menurut Adi, asumsi itu muncul di publik karena kurangnya sosialisasi dan penjelasan soal Tapera. Menurutnya tidak semua orang ingin memiliki rumah.

"Kan itu yang sebenarnya nggak clear, kalau soal kesehatan orang lebih firmed sebenarnya, karena kebutuhan dasar, tapi kalau diasumsikan ini kebutuhan rumah, ntar dulu deh belum tentu ada rumahnya, belum tentu duitnya balik, mending ngekos sumur hidup, ada yang begitu," sebut dia.

Menurut Adi, masyarakat menengah yang gajinya dipotong untuk Tapera itu tidak semua pro-pemerintah. Adi menyinggung soal paksaan dalam potongan Tapera itu.

"Apalagi misalnya ini kelas menengah yang gajinya 4 juta lebih dikit, ini kan nggak pro-pemerintah semua, dan mereka nggak ridho duitnya dipaksa untuk nabung untuk proyek-proyek negara, itu problemnya, makanya jadi ramai," kata Adi.

"Jangan dibayangkan seperti Bang Fahri sama Bang Yandri semua itu kelas menengahnya, iman politiknya banyak yang bentrok ini dipaksa untuk membantu negara yang kekurangan pendanaan," pungkasnya.




(lir/aud)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork