6 Fakta Keracunan Massal di Bogor: 1 Orang Tewas, Status KLB Ditetapkan

6 Fakta Keracunan Massal di Bogor: 1 Orang Tewas, Status KLB Ditetapkan

Tim detikcom - detikNews
Selasa, 04 Jun 2024 21:10 WIB
ilustrasi
Foto: Ilustrasi keracunan. (Dok.Detikcom)
Bogor -

Keracunan massal terjadi di Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat (Jabar). Satu orang tewas diduga karena keracunan.

Camat Bogor Selatan Irman Khaerudin ketika dimintai konfirmasi, Senin (3/6/2024), mengatakan warga mengalami gejala yang sama seperti demam, mual, muntah-muntah, dan BAB secara terus-menerus. Keracunan massal diduga terjadi usai para korban menyantap menu yang diberikan saat acara tahlilan.

"Kemudian, satu orang meninggal dunia, tadi saya juga sempat ke rumah duka, sudah komunikasi dengan keluarga," kata Irman.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemkot Bogor menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) terkait keracunan massal. "Statusnya KLB," kata Sekda Kota Bogor Syarifah Sofiah usai mengecek penanganan pasien korban keracunan di Puskesmas Cipaku, Selasa (4/6).

Berikut 6 fakta keracunan massal di Bogor yang tewaskan satu warga hingga Pemkot Bogor tetapkan status KLB:

ADVERTISEMENT

1. Korban Terus Bertambah, Terkini 93 Orang

Camat Bogor Selatan Irman Khaerudin semula menuturkan jumlah korban keracunan massal ini 62 orang. Irman mengatakan warga sempat menghadiri kegiatan agama dan menyantap makanan yang disajikan pada Sabtu (1/6) malam.

"Dari cerita warga, jadi ada kegiatan haul, tahlilan lah ya, kegiatannya malam Minggu. Kan warga berbondong-bondongnya itu tadi siang, informasinya pas hari Minggu juga ada yang dibawa ke dokter 24 jam atau klinik dan sebagainya, tapi tidak melaporkan (ke pihak kelurahan)," terang Irman.

"Yang meninggal ini termasuk yang hadir di acara (kegiatan agama) itu. Jadi termasuk yang meninggal tadi sebenernya sempat dibawa dulu ke rumah sakit, tetapi tidak tertolong. Meninggalnya tadi sore, dibawa ke rumah sakitnya tadi siang," imbuhnya.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno lalu mengatakan jumlah warga yang alami keracunan makanan di Bogor Selatan, Kota Bogor bertambah jadi 71 orang. Sebanyak 12 orang di antaranya masih dalam perawatan medis.

"Sampai pukul 19.00 WIB kita update total ada 71 pasien dengan gejala yang sama. Yang dirawat saat ini di puskesmas, ada 4 orang, kemudian yang dirujuk ke RS karena kondisinya butuh dirujuk ada 8 orang," kata Sri Nowo ditemui di Puskesmas Bogor Selatan, kemarin malam.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.

Sekda Kota Bogor Syarifah Sofiah ditemui di Puskesmas Cipaku, Kota Bogor, Selasa siang, menyebut jumlah korban keracunan 93 orang. Sejumlah korban masih dirawat di rumah sakit dan puskesmas.

"Jadi tambahannya itu 19 orang, jadi total 93 orang. Dari data semalam kan 71, jadi total sekarang 93 orang. Mudah-mudahan tidak ada penambahan (korban) lagi ya," kata Sekda Kota Bogor Syarifah Sofiah ditemui di Puskesmas Cipaku, Kota Bogor.

Syarifah menjelaskan 19 pasien datang ke Puskesmas Cipaku dengan gejala keracunan per hari ini. Ke-19 orang itu dirujuk ke rumah sakit karena masuk kategori gejala berat.

Sampai hari ini, kata Syarifah, total pasien yang masih dalam penanganan di Puskesmas dan rumah sakit, karena keracunan makanan sebanyak 24 orang. Dengan rincian, 15 orang ditangani di Puskesmas dan 9 orang ditangani di rumah sakit.

Sekda Kota Bogor Syarifah SofiahFoto: Sekda Kota Bogor Syarifah Sofiah menjenguk korban keracunan massal di Bogor Selatan. (Muchamad Sholihin/detikcom)

2. Dinkes Uji Sampel Makanan, Muntah dan Feses Korban

Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno mengatakan keracunan diduga disebabkan oleh makanan yang dikonsumsi warga ketika hadiri kegiatan agama di salah satu rumah warga. Namun untuk menentukan jenis makanan penyebab keracunan, harus menunggu hasil laboratorium.

"Ini memang dugaan sumbernya sama, dari makanan yang dimakan di acara itu. Dugaannya adalah, punya riwayat yang sama, kemudian lokasi kejadian sama, jadi dugaannya memang keracunan makanan," kata Sri Nowo.

"Sampel makanan sih kita sedang cek, belum dipastikan ya, karena kan kita mesti cek lab dulu, dari sampel makanannya, kemudian dari muntahannya atau fesesnya, jadi nanti akan diketahui makanan mana yang menyebabkan (keracunan)," sambungnya.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno, Selasa (4/6/2024).Foto: Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno, Selasa (4/6/2024). (Muchamad Sholihin/detikcom)

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.

Simak juga Video: Mendag Ingin Jastiper Taat Aturan: Kalau Orang Keracunan Siapa Tanggung Jawab?

[Gambas:Video 20detik]



3. Menu Makanan Diduga Picu Keracunan Dimasak H-1 Acara

Dinas Kesehatan Kota Bogor mengungkapkan keracunan massal yang menewaskan satu orang di Bogor Selatan diduga dipicu makanan yang disajikan saat tahlilan. Makanan itu dimasak sehari sebelumnya.

"Kejadiannya (keracunannya, red) kan malam Minggu. Setelah kita telusuri, ternyata pengolahan makanannya pun dilakukan sehari sebelumnya. Kita akan investigasi, telusuri lagi kronologisnya," ujar Sri Nowo.

Dinas Kesehatan Kota Bogor, lanjutnya, masih menyelidiki menu apa yang memicu keracunan massal ini.

Pada kesempatan berbeda, warga bernama Pupuh (43) menyebutkan menu makanan yang disajikan penyelenggara tahlilan berupa nasi uduk dan telur bumbu sambal (balado). Makanan itu disantap sepupunya dan berujung dirawat di puskesmas karena diduga keracunan.

"Menunya nasi uduk sama telor balado. Dibawain sama sodara pakai rantang. Memang kan ada yang makan di lokasi ada yang dibawain ke rumah," kata Pupuh saat menceritakan keracunan yang dialami sepupunya bernama Aria Latifah.

Warga keracunan makanan di Bogor Selatan (Sholihin/detikcom)Foto: Pasien keracunan massal di Bogor Selatan (Sholihin/detikcom)

Pupuh menuturkan warga yang hanya memakan nasi uduk tak mengalami gejala keracunan. Namun warga yang memakan nasi uduk beserta telur balado mengalami keracunan.

"Sebelumnya ada acara haul, masih saudara tapi beda RT. Namanya saudara kan ngasih ya. Nah yang satu makan uduk, yang ini makan uduk sama telornya. Yang makan uduk saja nggak apa-apa, tapi kok ini yang makan nasi uduk sama telornya malah lemas," kata Pupuh.

4. Status KLB, Pemkot Pastikan Penanganan Tepat

Sekda Kota Bogor Syarifah Sofiah mengecek penanganan pasien korban keracunan di Puskesmas Cipaku, siang tadi. Syarifah menyebut penanganan pasien korban keracunan massal harus dilakukan dengan cepat.

"Jadi kalau KLB harus intensif ya harus cepat. Jadi ambulans tidak boleh susah, petugas harus tersedia, bed harus ada, obat-obatan harus ada. Jadi ditangani bukan skala puskesmas lagi, tapi skala kota," ucap Syarifah.

Pemkot Bogor akan memastikan ketersediaan dokter, obat, hingga tempat tidur untuk pasien. "Penanganannya kita sudah KLB. Karena ada riwayat yang sama, sumber yang sama, kriteria KLB," sambungnya.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.

Syarifah mengungkap alasan penanganan kasus keracunan massal ini dipusatkan di Puskesmas Cipaku. Sebab, puskesmas ini lokasinya paling dekat dari tempat tinggal warga.

"Pusat penanganan di sini (Puskesmas Cipaku), kan yang paling dekat dengan warga, mereka ke puskesmas di sini untuk rujukan. Jadi semua datang ke sini, nanti dilihat kalau misalnya urgent butuh perawatan. Maka dari sini yang kemudian dirujuk ke rumah sakit," ujarnya.

5. 3 Saksi Diperiksa

Kepolisian menindaklanjuti kasus keracunan massal tewaskan satu orang di Bogor Selatan, Kota Bogor. Tiga orang kini dimintai keterangannya sebagai saksi.

"Sampai saat ini kami masih meminta keterangan dari beberapa saksi. Sampai saat ini (saksi diperiksa) 3 orang," kata Kapolsek Bogor Selatan Kompol Diana Sulistiowati, Selasa (4/6/2024).

Polisi menyelidiki kasus keracunan massal yang menewaskan satu orang di Kota Bogor.Foto: Kapolsek Bogor Selatan Kompol Diana Sulistiowati. (M Sholihin/detikcom)

6. Pengakuan Korban yang Keracunan Sekeluarga

Salah seorang korban bernama Ma'mun (65) menceritakan awal mula dia mengalami keracunan. Ma'mun mengatakan dia dan dua anaknya mengalami keracunan. Dia lalu menceritakan gejala awal, yakni perut melilit hingga sering buang air besar.

"Saya dua kali (berobat) ke puskesmas sama dokter 24 jam. Dari kemarin, hari Senin pagi kita ke RS 24 jam, terus pulang masih kerasa, saya sore (berobat) ke puskesmas," kata Ma'mun ditemui di Bogor Selatan, Kota Bogor, Selasa (4/6/2024).

"Sekarang masih kerasa, masih melilit, masih sering buang air," imbuhnya.

Ma'mun menyebutkan dua anaknya turut menjadi korban keracunan makanan yang ia bawa dari tahlilan. Hingga kini dua anaknya masih dirawat di rumah sakit.

"Makan makanan yang sama. Anak saya kalau nggak makan itu ya nggak akan (keracunan) ya. Iya, sama (jenis) makanannya," kata Ma'mun.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.

Ma'mun mengatakan dia dan warga lain turut menghadiri kegiatan haul atau tahlilan yang digelar di salah satu rumah warga pada Sabtu (1/6) malam. Seusai kegiatan, ia diberi makanan dalam boks berisi nasi uduk dengan lauk telur balado.

Setiba di rumah, dia bersama dua anaknya memakan nasi uduk dalam boks. Tak lama kemudian, Ma'mun dan anaknya mengalami sakit hingga dinyatakan keracunan makanan.

Korban lainnya bernama Manih mengaku memakan nasi uduk yang dibawa suaminya. Ia sudah merasakan gejala keracunan dan sempat berobat ke puskesmas pada Senin (2/6) siang.

"Kemarin sudah sempat ke sini, sore pulang tuh ke rumah. Tapi kerasa lagi pas malam, perut sakit, mencret lagi. Tadi pagi dibawa ke sini lagi," kata Manih ditemui di Puskesmas Cipaku.

"(Keluhan saat ini) kepala pusing ya, sakit, mencret juga. Kemarin juga sudah dikasih obat, tapi masih mencret terus. Makanya tadi dibawa lagi ke sini," imbuhnya.

Halaman 2 dari 5
(aud/aud)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads