Isu Flu Burung, Peminat Babi Panggang di Bali Cuek

Isu Flu Burung, Peminat Babi Panggang di Bali Cuek

- detikNews
Selasa, 30 Jan 2007 15:57 WIB
Denpasar - Isu flu burung pada anjing dan babi di Bali tidak menyurutkan selera warga pulau dewata terhadap daging hewan berkaki empat ini. Babi panggang dan lahar (makanan khas Bali dari darah babi) tetap laris manis."Omzet dagangan saya tetap normal," kata Komang Kempul, penjual lahar keliling yang biasa mangkal di kawasan Kuta dan Renon kepada detikcom, di Kuta, Bali, Selasa (30/1/2006).Komang mengatakan, setiap harinya dia bisa membawa pulang uang Rp 60 ribu hingga Rp 100 ribu. Pelanggannya adalah para sopir taksi atau warga Bali yang berolahraga di lapangan Renon."Tetap saja banyak yang beli lahar kok. Beda dengan isu flu burung pada ayam, waktu itu ayam goreng dagangan saya sempat tidak laku. Orang Bali kan sudah biasa makan lahar, jadi nggak takut," ujar Komang.Hal yang sama juga dituturkan oleh Putu Dewi, pemilik restoran babi panggang di Jl Cokorda Agung Tresna, Denpasar. Menurut wanita ini, meski dilanda isu flu burung, peminat daging babi panggang tidak ada perubahan.Kalau terjadi penurunan jumlah pembeli, sambung Putu, hal itu lebih disebabkan karena kenaikan harga BBM yang lalu. Orang lebih berhemat karena semua harga naik, termasuk daging babi."Babi yang masih hidup, harga dagingnya naik dari Rp 12 ribu per kg menjadi Rp 18 ribu per kg. Sedangkan untuk daging babi potongan, dari Rp 22 ribu menjadi Rp 28 ribu per kg," urai Putu.Salah seorang pengunjung restoran Putu, Kadek Sanjaya, mengaku tidak peduli dengan isu flu burung pada babi. Dia yakin daging babi yang disantapnya sehat dan tidak berpenyakit."Buktinya saya sampai saat ini tetap sehat, meski sering makan daging babi," tukas Kadek sambil menyantap makanannya dengan lahap. (djo/sss)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads