Cerita Warga Saat Pengosongan Kampung Susun Bayam: Tegang-Bikin Syok

Cerita Warga Saat Pengosongan Kampung Susun Bayam: Tegang-Bikin Syok

Maulana Ilhami Fawdi - detikNews
Rabu, 22 Mei 2024 18:54 WIB
Warga Kampung Susun Bayam saat kembali ke hunian sementara (Huntara) di Jalan Tongkol, Ancol, Pademangan, Jakarta Utara.
Warga Kampung Susun Bayam saat kembali ke hunian sementara (Huntara) di Jalan Tongkol, Ancol, Pademangan, Jakarta Utara. (Maulana Ilhami Fawdi/detikcom)
Jakarta -

Warga Kampung Susun Bayam menceritakan suasana saat pengosongan Kampung Susun Bayam. Proses pengosongan itu berlangsung tegang.

Hal itu diungkapkan oleh Yuli (25), salah satu warga Kampung Susun Bayam. Yuli mengatakan aksi pengusiran yang dilakukan pada Selasa (21/5/2024) kemarin dilakukan secara mendadak.

"Suasana kemarin bener-bener tegang bikin syok, posisi dari sarapan tiba-tiba diteriakin pakai toa, rumah berantakan, kita semua ke bawah, nasi udah dibuat sampai basi," kata Yuli, Rabu (22/5/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sehabis itu anak-anak trauma banyak yang demam. Ada juga Mbak Mera tadinya di rumah, karena syok terus nge-drop jadi dibawa ke RS, denger-denger ke Sulianti Saroso, infonya sih sakit tipes," sambungnya.

Menurut Yuli, situasi di Kampung Susun Bayam makin menegangkan saat warga dan petugas ricuh. "Makin ke sini situasi kok makin nggak memungkinkan, akhirnya kami dikeroyok mana bapak-bapak nggak banyak, anak-anak pada nangis. Jadi memang banyak ibu-ibu banyak balita, dan kita teleponin bapak-bapaknya, tapi ditahan masuk sama sekuriti," kata Yuli.

ADVERTISEMENT

Yuli menjelaskan, situasi mulai berangsur kondusif setelah pihak JakPro bertemu dengan kuasa hukum dari warga Kampung Susun Bayam. Warga pun sepakat keluar dari Kampung Susun Bayam setelah Ketua Kelompok Tani Kampung Bayam Madani, yakni Furqon, dibebaskan dari tahanan.

"Dari warga dan perjanjian itu kalau memang kita pergi dari Kampung Susun Bayam, ketua kita harus dikeluarkan, kalau nggak dikeluarkan kita mau bertahan, kita tunggu ketua kita dikeluarkan lihat kita dan pulang bareng sama kita," ucapnya.

Warga lain, Santi menyebut anak-anaknya takut dan trauma akibat suasana tegang kemarin. Ia mengatakan anaknya takut melihat orang yang mengenakan seragam. Ia berharap dirinya bisa tinggal secara layak di huntara.

"Di sini anak lebih bebas, karena anak-anak ngga lihat lagi polisi security mondar-mandir ngga harus ditanya mau kemana mau kemana kalau di Huntara ini kan bebas dia mau main, kalau di JIS itu kalau mereka main ngga kaya biasanya. Anak saya sekarang jadi takut kalau lihat seragam, apalagi si Mentari ini, dia ngga berani," ungkapnya.

Hal yang sama dirasakan, Suparmiyati (39). Anaknya juga mengalami syok saat pengosongan terjadi.

"(Anak saya) sampai gigit jarinya karena ketakutan. Kalau tidur ngigo jadi saya peluk terus dia demam juga karena kaget ngga bisa lihat kasar begitu jadi anak-anak banyak yang syok. Saya ngga ikhlas ngga ridho lahir batin dunia akhirat anak-anak diginiin," katanya.

Suparmiyati berharap anak-anak Kampung Bayam bisa mendapatkan tempat tinggal di lingkungan yang lebih layak dan aman. Dia mengaku tidak mempermasalahkan jika harus tetap bertahan di Huntara.

"Kalau saya mau yang terbaik saja, kalau memang kita harus di sini asalkan ngga diusik lagi kaya di JIS, bikin anak ngga trauma dan ngga emosi, walau tinggal di sini aman nyaman ngga apa-apa, bagi saya yang terutama itu kan nyaman," harapnya.

Kini warga Kampung Susun Bayam kembali ke hunian sementara atauHuntara di Jalan Tongkol,Ancol,Pademangan, Jakarta Utara. Mereka kembali menata rumah semi permanen yang telah ditinggalkan selama lebih dari satu tahun itu.

Simak Video 'Beredar Video Penggusuran Warga Kampung Susun Bayam, Ini Kata JakPro':

[Gambas:Video 20detik]

(eva/eva)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads