Lion Air Group sebagai salah satu perusahaan maskapai transportasi udara di Tanah Air berperan menghubungkan Nusantara yang terdiri dari kepulauan. Untuk itu, Lion Air Group memperkuat fondasi penting dalam layanannya melalui kompetensi dan kualitas sumber daya manusia.
Sebagaimana diketahui, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia seluas 5.193.250 kmΒ² yang terdiri dari sekitar 13.466 pulau. Pulau ini membentang sepanjang 5.245 kilometer.
Kondisi geografis negara kepulauan ini menimbulkan tantangan konektivitas di bidang transportasi, khususnya transportasi udara. Lion Air Group pun berupaya berkontribusi menghubungkan Nusantara dengan masing-masing keunggulan yang ditawarkan tiap maskapainya. Seluruh maskapai di bawah Lion Air Group memiliki keunikan yang saling bersinergi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia melalui rute, jadwal, dan frekuensi yang komprehensif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Misalnya, Lion Air yang punya pilihan rute yang ekstensif dan jadwal yang fleksibel, Batik Air Indonesia mengakomodasi pebisnis yang membutuhkan kenyamanan lebih dalam melakukan perjalanan, Wings Air mengarungi destinasi yang tidak dapat dilayani oleh pesawat berbadan besar, dan Super Air Jet memadukan pengalaman terbang dengan gaya milenial yang disenangi generasi muda saat ini.
Ada pula Batik Air Malaysia dan Thai Lion Air yang juga beroperasi secara internasional dari dan ke bandara utama di Indonesia.
Guna memperkuat kompetensi dan kualitas SDM, Lion Air Group berupaya melahirkan awak kokpit atau pilot yang akan menentukan kelancaran operasional. Hal ini perlu didukung dengan sarana pendidikan dan pelatihan yang memadai dan berstandar internasional.
Direktur Corporate Safety Lion Air Group Capt. Eduard Kallisto menjelaskan pendidikan yang diberikan antara lain pelatihan Competency Based Training and Assessment (CBTA) dan Evidence Based Training (EBT). Pelatihan ini pun didukung oleh device Simulator Pesawat Terbang dengan sistem yang mutakhir.
"Simulator tersebut ber-database bandara yang dirancang dengan kemiripan sesuai dengan kondisi sebenarnya, yang tertuang dalam visualisasi dan data geografis. Hal ini akan membantu pilot merasakan kondisi aktual penerbangan saat melakukan sesi pelatihan di simulator, sehingga mampu membiasakan diri terhadap bandara dan kondisi tertentu," kata Capt Eduard dalam keterangan tertulis, Rabu (22/5/2024).
Capt Eduard menambahkan pilot juga dilatih agar mampu menghadapi berbagai skenario terbang, seperti mengantisipasi kondisi cuaca, lalu lintas udara, dan kondisi abnormal teknis lainnya. Berbagai upaya ini diharapkan dapat menjaga keselamatan dan keamanan penerbangan pada level tertinggi.
"Simulator Lion Air Group juga mengakomodir proses pelatihan navigasi pesawat dengan Flight Management Computer (FMC) dengan data yang akurat, ditambah dengan pengembangan pengaplikasian Electronic Flight Bag (EFB) yang sedang berjalan dan melalui proses sertifikasi oleh regulator yang terkait," tambahnya.
Tak hanya meningkatkan kompetensi pilot, Lion Air Group juga menggariskan kategorisasi bandara berdasarkan keunikan dan tingkat kesulitannya masing-masing. Hal ini tertuang dalam realisasi program Route Qualification (RQ/ Kualifikasi Rute).
Capt Eduard menjelaskan bandara tertentu memiliki tingkat kesulitan tersendiri, contohnya dalam proses take-off-departure dan approach-landing, kondisi geografis yang dikelilingi perbukitan, sifat cuaca, maupun prosedur khusus yang berlaku.
"Untuk memenuhi hal tersebut pilot akan diizinkan menerbangkan pesawat dari/ke bandara tersebut setelah melalui rangkaian pelatihan tambahan/ khusus dan pengujian baik di simulator maupun di penerbangan bersama instruktur pilot untuk mendapatkan Kualifikasi Rute pada tersebut," pungkasnya.
(akd/ega)