Kondisi serupa dialami oleh Zahra Ayu Nabil (19). Di usia yang masih belia, warga Kebumen ini harus berjuang melawan penyakit yang dicurigai tumor di bagian telinga.
Zahra mengatakan awal mula dirinya mengetahui menderita penyakit tersebut. Pada akhir tahun lalu, ia merasakan sakit di bagian telinga dan merambat ke kepala bagian depan. Setiap kali ia merasakan sakit tersebut dibarengi cairan dan terkadang juga darah yang keluar dari telinganya.
"Setiap kali kambuh, sakitnya luar biasa, pusing dan pegal di bagian telinga dan kepala. Sangat mengganggu sampai saya tidak bisa beraktivitas seperti biasa," katanya dalam keterangan tertulis, Jumat (3/5/2024).
Zahra menceritakan kondisinya kepada keluarga. Dia disarankan untuk segera memeriksakan diri ke puskesmas. Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter di puskesmas menyarankan untuk dirujuk ke rumah sakit karena penyakitnya harus segera ditangani.
"Waktu itu belum kepikiran macam-macam, apalagi sampai mau operasi. Saya ngikutin apa yang disampaikan petugas puskesmas. Saya juga tidak cemas terkait biaya pengobatan, lantaran saya sudah terdaftar sebagai peserta JKN," ungkapnya.
Zahra menjalani pengobatan di Rumah Sakit Permata Medika Kebumen. Kala itu dokter tidak langsung mengambil tindakan operasi, melainkan hanya memberikan obat tetes dan obat-obatan lainnya.
Namun tak kunjung ada perubahan, sehingga dokter menjadwalkan tindakan operasi. Mendengar hal itu, Zahra mengaku cukup syok karena selama hidupnya ia belum pernah menjalani operasi.
"Pikiran saya sudah kemana-mana membayangkan yang tidak-tidak. Apalagi saya di rumah cuma bareng nenek, karena orang tua merantau di Jakarta. Saat itu pun saya langsung menelpon orang tua," katanya.
Setelah melewati pergulatan emosi dan pikiran, Zahra akhirnya setuju untuk menjalani operasi demi kesembuhannya. Operasi pun berjalan lancar.
"Kalau diingat-ingat kemarin saat bolak-balik ke rumah sakit sampai operasi, rasanya seperti mau nangis. Alhamdulillah sekarang sudah sehat dan sudah bisa beraktivitas seperti biasa," cerita Zahra.
Zahra mengatakan semua biaya pengobatannya dijamin sepenuhnya oleh JKN. Jadi dia tidak mengeluarkan uang sepeser pun untuk pengobatan.
"Kalau mau dihitung-hitung, biaya berobat dari awal sampai operasi bisa sampai puluhan juta," ungkap Zahra.
Zahra menambahkan selama dirawat tidak ada perlakuan diskriminatif, penelantaran atau hal semacamnya. Sejak ia berobat di puskesmas sampai di rumah sakit, justru layanan yang ia rasakan sangat baik.
"Yang saya alami sendiri justru pelayanan kepada peserta JKN malah lebih cepat dibandingkan yang umum. Kalau pakai JKN, kita bisa ambil nomor antrean dari rumah, jadi saya menunggu tidak terlalu lama di fasilitas kesehatan," ujarnya.
Karena itu, dia mengucapkan terima kasih kepada BPJS Kesehatan yang telah membantu biaya pengobatannya. Menurutnya, program JKN yang dikelola oleh BPJS Kesehatan ini layak untuk tetap dipertahankan.
"Setiap orang yang pernah memanfaatkan JKN pasti juga setuju agar program ini dapat dipertahankan untuk dapat terus membantu masyarakat Indonesia," katanya.
Simak juga 'Saat Jokowi Temui Peserta JKN-KIS di Gunungkidul: Semua Harus Sehat':
(prf/ega)