Kasat Polairud Polresta Pati, Kompol Hendrik Irawan, menjadi salah satu kandidat yang diusulkan untuk Hoegeng Awards 2024. Kompol Hendrik menginisiasi penanaman pohon mangrove di desa pesisir pantai dan membuat program ngobrol kemaritiman (Ngomar) bersama nelayan.
Usulan itu disampaikan oleh Susanto melalui formulir digital di detikcom. Dalam usulannya itu, Susanto menjelaskan bahwa Kompol Hendrik menginisiasi penanaman mangrove di Desa Bulumanis Kidul, Pati, berikut testimoninya:
Beliau memprakarsai penanaman pohon mangrove di pantai desa kami yang semula kumuh, kotor dan tidak terawat sebagai upaya untuk mencegah abrasi di desa kami. Serta menjadikan pantai di desa kami sebagai daerah tujuan wisata baru yang diberi nama Pantai Lestari Arnavat dan sekaligus menumbuhkan semangat warga desa kami untuk lebih menjaga kebersihan serta keberlangsungan ekosistem pantai di desa kami.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
detikcom kemudian menghubungi Susanto untuk menggali cerita mengenai aksi yang dilakukan Kompol Hendrik. Susanto merupakan Kepala Desa Bulumanis Kidul, lokasi pantai tempat penanaman pohon mangrove yang dilakukan Kompol Hendrik.
Susanto menyebut sejak tahun 2022 lalu pantai di desanya itu sudah 4 kali ditanami pohon mangrove. Namun pohon itu tidak bisa tumbuh karena diterjang ombak dan tertimbun sampah yang terbawa arus.
"Kami itu Desa Bulumanis Kidul garis pantai kami itu sekitar 1 km dan kami sudah beberapa kali menanam mangrove itu memang gagal, akhirnya kemarin dari Polairud Polresta Pati Pak Kompol Hendrik datang, memutuskan untuk menanam kembali," kata Susanto.
Penanaman pohon mangrove itu dilakukan pada 17 November 2023 lalu. Sebanyak 2.000 bibit mangrove ditanam. Menurutnya, Hendrik memiliki metode berbeda dengan proses penanaman sebelumnya.
"Akan tetapi dengan metodologi yang lebih bagus, artinya persiapan lahan juga dibuat, termasuk juga ada pengamanan, ini di garis pantai itu ditanami bambu-bambu dan jaring agar sampah sama ombak itu tidak langsung mengenai yang ditanam itu," tutur dia.
Susanto menyebut bibit pohon mangrove itu perlahan-lahan tumbuh setelah dikelola oleh Kompol Hendrik. Pada penanaman sebelumnya, kata dia, bibit mangrove itu mati setelah satu bulan ditanam.
"Akhirnya Alhamdulillah dari proses itu perlahan-lahan tumbuh, dan juga beliau dari tim Polairud sering memantau, tidak hanya menanam terus ditinggal, tapi terus dalam pemantauan. Ketika sebulan sekali mereka datang lagi ke pantai, ada yang nggak benar dibenerin dan lain sebagainya," katanya.
Susanto mengatakan usai penanaman pertama pada November tahun lalu itu, berbagai pihak turut menanam bibit mangrove di lokasi. Mereka adalah para pecinta lingkungan hidup hingga pihak akademisi.
"Tempo hari dari SMPN 1 Pati juga datang ke sana ikut menanam juga setelah Polairud itu datang, sekarang beberapa mulai nambah, karena memang untuk garis pantai sepanjang 1 km itu kalau 2.000 ribu kurang, masih ada sekitar 50% butuh ditanami lagi," kata dia.
Susanto mengatakan Kompol Hendrik juga menjadikan lokasi penanaman bibit mangrove itu untuk wisata pantai. Menurutnya, warga ramai berkunjung ke pantai itu usai dibersihkan dan ditanami mangrove.
"Dulu kan masih dianggap hanya pantai tambak, sekarang sudah mulai berdatangan karena lebih bersih, teman-teman Polairud juga membantu pembersihan sampah, terus kemarin menyumbang tempat sampah juga itu di pantai," katanya.
![]() |
Cerita Kompol Hendrik Inisiasi Tanam Mangrove
Kompol Hendrik Irawan menjabat sebagai Kasat Polairud Polresta Pati sejak Februari 2023. Dia ingin mengembangkan pesisir Pati, salah satunya membuat pantai bersih dari sampah hingga mencegah terjadinya abrasi.
Kompol Hendrik kemudian mempelajari terkait penanaman pohon mangrove yang berkali-kali gagal di Desa Bulumanis Kidul. Dia pun melakukan dengan metode yang berbeda.
"Dulu di Desa Bulumanis itu berkali-kali ditanami mangrove selalu gagal, hampir 4 kali kita menanam di situ gagal sebelum saya, namun atas dukungan dari rekan-rekan semua anggota Polairud Polresta Pati, kita mempunyai metode yang berbeda," ucap Hendrik.
Menurut Hendrik, agar bibit mangrove tidak mati terkena ombak, dia memasang jaring di pinggir pantai. Jaring yang ditancapkan di tiang bambu itu dipasang sepanjang 500 meter.
"Kita mempunyai skema kita bikin jaring yang kita bentang sekitar kurang lebih 500 meter untuk membatasi ombak dari laut. Alhamdulillah setelah 4 kali gagal, atas dukungan dari rekan-rekan semuanya dan masyarakat Bulumanis mangrove itu tumbuh, kita rawat secara kontinu, kita bersihkan sampahnya," ujar dia.
Setelah proses penanaman, Hendrik menyebut pohon mangrove itu harus dirawat. Sampah di lokasi harus dibersihkan secara rutin, bibit pohon juga harus diikatkan ke kambu agar tak tumbang.
"Sekarang udah tumbuh, intinya nggak mati, kalau udah nggak mati insyaallah akan berhasil lah. Mangrove itu kan selalu dicek, terus diikat lagi, terus akarnya bisa tumbuh ngikat di laut, sehingga ketika kena ombak nggak mati," katanya.
Hendrik mengatakan menanam dan merawat pohon mangrove membutuhkan waktu yang lama. Sehingga, kata dia, perlu dilakukan perawatan. Dia juga ingin masyarakat itu serta merawat pohon mangrove itu.
"Secara teori mangrove satu tahun tumbuh 2-3 cm. Butuh waktu yang lama makanya kita harus benar-benar konsisten untuk bisa supaya mangrove itu tumbuh. Intinya mangrove itu nggak mati kita sudah alhamdulillah, makanya kita cek, kita bersihkan sampahnya," tutur dia.
![]() |
Tujuan utama Hendrik menanam pohon mangrove untuk mencegah terjadinya abrasi. Lain itu, dia juga ingin wilayah tersebut menjadi tempat wisata.
"Ending-nya kita akan menjadikan tempat tersebut tempat wisata yang kami beri nama pantai Lestari Arnavat. Arnavat itu semboyan kita, Lestari dari desa tersebut minta Lestari. Kalau kami Arnavat Darpa Mahe semboyan kami, (artinya) karena di laut kami bangga," tutur dia.
Di lokasi itu, Hendrik bersama-sama warga juga membangun gazebo. Selain itu, dia juga menyediakan tempat sampah dari tong besi agar warga yang berkunjung ke pantai tidak membuang sampah sembarangan.
"Kita juga ngasih tong sampah dan kita bikin gazebo di situ, ya intinya kita mendorong masyarakat di situ ada perubahan lah, walaupun tidak terlalu signifikan tatapi kita mengajak masyarakat untuk peduli arti dari mangrove dan cemara laut di situ," kata dia.
Secara rutin Kompol Hendrik bersama jajaran Polairud rutin ke lokasi untuk membersihkan sampah. Mereka juga menggandeng warga untuk melakukan pembersihan bersama-sama.
"Banyak sampah di situ, kalau mau dibersihin satu kali, dua kali, nggak bisa di situ, makanya saya konsisten sama rekan-rekan paling nggak kita berapa minggu sekali bersama masyarakat sana saya mengajak untuk membersihkan sampah di situ," sebut dia.
Program Ngomar dengan Nelayan
Kompol Hendrik juga menggagas program Ngobrol Kemaritiman (Ngomar) untuk memberikan pesan keamanan dan ketertiban terkait pesisir dan laut. Pada Ngomar itu biasanya nelayan juga menyampaikan keluh kesahnya kepada Polairud.
"Kita turun khususnya kepada nelayan kecil, itu wadah kami untuk bisa komunikasi dengan masyarakat nelayan, khususnya nelayan tradisional di pesisir. Alhamdulillah kita konsisten melaksanakan Ngomar ini mulai dari Desa Puncul sampai Kecamatan Batangan kita sudah berjalan," kata Hendrik.
Biasanya pada kegiatan itu Hendrik akan memberikan imbauan-imbauan kepada nelayan. Dia juga akan mencarikan solusi ketika nelayan menyampaikan permasalahan.
"Kita juga mengimbau keselamatan pelayaran untuk memakai pelampung dan kita juga mengingatkan supaya mereka untuk bendera Merah Putih selalu dipasang, karena itu bendera kebanggaan itu jangan sampai bendera itu sobek dan lain sebagainya. Walaupun kita yang harus turun ke lapangan, tapi ini efeknya luar biasa, jadi komunikasi kita sama masyarakat terjalin semenjak kita turun ke lapangan, khususnya nelayan tradisional," kata dia.
Biasanya program itu dilaksanakan 2 kali dalam sebulan. Polairud akan mengunjungi para nelayan dan bertanya terkait permasalahan yang dialami mereka.
"Kita turun, tidak harus menunggu ada masalah, yang penting kita konsisten. Sasaran kita adalah nelayan tradisional dan masyarakat pesisir. Yang terlupakan kadang nelayan kecil ini yang butuh benar-benar kehadiran dari tugas pokok kita, kehadiran polisi Satpolairud," jelasnya.
Hal yang banyak dikeluhkan oleh nelayan, kata Hendrik, mengenai penggunaan jaring penangkap ikan. Nelayan kadang mengeluhkan bahwa ada nelayan lainnya yang memakai jaring tidak ramah lingkungan.
"Di wilayah Pati setelah saya monitor rata-rata dari mereka itu nelayannya ramah lingkungan alat jaringnya, kadang mereka tidak terima seandainya nelayan Rembang turun ke Pati, mereka menemukan itu, kadang mereka melapor ke kita untuk bisa ngasih tahu," pungkasnya.
Simak juga 'Road To Hoegeng Awards 2024':