3 tujuan SDGs itu di antaranya pengelolaan air, penanganan perubahan Iklim, dan rehabilitasi lingkungan terkait Ekosistem Daratan, serta menerapkan sistem manajemen lingkungan ISO 14001:2015, sehingga proses produksi di setiap operasi tambang dapat berjalan beriringan dengan pengelolaan lingkungan yang bertanggung jawab, efektif, dan proporsional.
Salah satu operasi tambang milik Merdeka, Tambang Tembaga Wetar (yang dikelola oleh anak perusahaan MDKA, PT Batutua Kharisma Permai - PT Batutua Tembaga Raya/BKP-BTR) yang berlokasi di Pulau Wetar, Kabupaten Maluku Barat Daya, mengadakan Aksi Bersih.
Kegiatan itu dilakukan seluruh karyawan yang melibatkan lebih dari 200 orang dari berbagai departemen mulai pada 21 dan 22 April 2024 yang dilakukan di area camp facility meliputi hunian karyawan, perkantoran, masjid dan gereja, klinik, aula makan, dapur dan area kerja lainnya.
Selanjutnya sampah-sampah dikumpulkan dan dipilah oleh para karyawan, khususnya sampah yang sulit terurai seperti plastik dan kemasan makanan akan dibakar ke sarana insinerator milik Operasi Tambang Tembaga Wetar.
Rata-rata sampah domestik yang dihasilkan di kawasan operasi tambang ini berkisar 8 ton per bulan. Pasca pandemi COVID-19, Operasi Tambang Tembaga Wetar menerapkan kebijakan tidak menggunakan plastik dengan kemasan sekali pakai; seluruh pekerja mendapat botol (tumbler) dan dapat mengisi ulang air dari dispenser yang telah disediakan perusahaan.
Sedangkan sampah sisa masakan dari dapur catering di tambang ini diubah menjadi bahan kompos untuk persemaian bibit (nursery) yang akan ditanam dalam proses rehabilitasi dan reklamasi.
"Kegiatan dalam rangka Hari Bumi ini adalah bagian dari refleksi dukungan para karyawan terhadap berbagai upaya pengelolaan lingkungan hidup di site Wetar. Harapannya dari kebiasaan baik ini, Operasi Tambang Tembaga Wetar menjaga ekosistem secara berkelanjutan" ujar Environmental Manager BKP-BTR Rudi Prabowo, dalam keterangan tertulis, Jumat (26/4/2024).
Selain itu, proyek Merdeka lainnya yang berlokasi di Provinsi Gorontalo, Proyek Emas Pani, turut berpartisipasi dalam menjaga lingkungan sejak Hari Sampah Nasional dengan menyelenggarakan kegiatan bersih pantai di pesisir Teluk Tomini bersama Dinas Lingkungan Hidup kabupaten Pohuwato Februari lalu.
Dari kegiatan ini diharapkan seluruh warga dan pekerja di Proyek Emas Pani dapat memilah sampah jenis Organik, Anorganik serta Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) mulai dari rumah hingga area kerja tambang untuk mengurangi volume sampah yang terbawa ke pantai dan laut.
![]() |
Salah satu tim Departemen Environment Proyek Emas Pani Kevin Philips Barakati mengatakan kegiatan ini menjadi langkah nyata perusahaan untuk menggerakkan karyawan agar lebih peduli terhadap lingkungan, dalam hal ini lingkungan pantai agar bersih dari sampah.
"Memang memungut sampah adalah hal remeh, tetapi tidak semua orang mau melakukannya. Perlu disadari, walaupun seperti terlihat remeh namun jika dilakukan secara kolektif dan konsisten, dapat memiliki dampak yang luar biasa," kata Kevin.
Sedangkan anak perusahaan Merdeka lainnya, PT Bumi Suksesindo (BSI), yang mengelola Operasi Tambang Tujuh Bukit di Banyuwangi, Jawa Timur juga menunjukan keberhasilannya dalam tata kelola lingkungan.
BSI berhasil mereklamasi lahan bekas kegiatan pertambangan di wilayah Operasi Tambang Tujuh Bukit Seluas 71,2 hektare sejak 2016 tanpa menunggu operasi pertambangan selesai. Pihak perusahaan menyebutnya dengan istilah Reklamasi Progresif.
Keberhasilan reklamasi progresif dapat dilihat dari kehadiran satwa langka yang hidup dan berkembang biak di area tambang Tujuh Bukit. Satwa tersebut di antaranya Merak Hijau, Kijang, Landak, Rangkong Badak, Julang, dan Ayam Hutan.
Elang Jawa dan Kukang Jawa sempat terlihat di kawasan itu. PT BSI Juga melakukan pemantauan dengan memasang camera trap di beberapa titik potensial habitat satwa.
Selain itu berdasarkan hasil inventarisasi PT BSI bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), mencatat ada 325 jenis tanaman, 108 spesies aves atau burung, 30 spesies mamalia, 15 spesies amfibi, 30 spesies reptil, 54 spesies kupu-kupu, 16 spesies capung, dan beberapa jenis serangga yang hidup di kawasan reklamasi.
"Lutung banyak yang datang, karena mungkin sudah ada sumber makanan. Dulunya areal di sini terbuka tanpa ada tutupan pepohonan," ujar Superintendent Reklamasi Lahan PT BSI Faisal Muslim.
"Lalu kita tanami, sehingga bisa jadi sumber makanan dan tempat tinggal mereka untuk berkembang biak," sambungnya.
Selain reklamasi secara efektif PT BSI telah menuntaskan kewajiban penyerahan Lahan Kompensasi kepada pemerintah seluas 1990,79 hektare yang berlokasi di Bondowoso, Jawa Timur dan Sukabumi, Jawa Barat pada 2023.
Lahan kompensasi adalah kewajiban perusahaan untuk mereboisasi dan menyerahkan lahan kritis kepada pemerintah dengan luas dua kali lipat luas lahan yang mendapat Izin Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan (PPKH).
(anl/ega)