Seorang pedagang makanan asal Klungkung, Ni Nyoman Reni (60), merupakan salah satu peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU). Ia baru saja menjalani pengobatan di salah satu rumah sakit swasta di Kabupaten Klungkung.
Diketahui, hal itu adalah kali pertamanya berobat dibantu JKN. Pengobatan yang ia jalani ternyata menghabiskan biaya yang cukup besar, sehingga ia pun merasa JKN sangat bermanfaat.
"Membayar iuran JKN rutin setiap bulannya adalah kewajiban yang tidak boleh tertunda. Saya sangat disiplin membayar iuran untuk empat orang keluarga saya, saya merasakan manfaatnya yang begitu besar. Jika dirinci, biaya pengobatan yang saya jalani bahkan mencapai puluhan juta rupiah. Semua biaya tersebut dijamin oleh JKN," ujar Reni dalam keterangan tertulis, Jumat (26/4/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ibu empat anak ini menceritakan biaya puluhan juta rupiah tersebut adalah imbas dari penyakit batu ginjal yang ia alami. Reni, yang notabene sangat memperhatikan kesehatannya selama ini benar-benar terkejut dengan penyakit yang ia alami.
Pola makan yang sebenanrnya sudah sangat teratur, bahkan dimbangi dengan aktivitas sebagai seorang pedagang harusnya membuatnya tenang. Meski demikian, sakit memang tidak dapat dihindari.
"Sudah berupaya menjaga kesehatan, ternyata saya tetap terkena penyakit seperti ini. Awalnya saya mengalami demam tinggi bolak-balik dan kencing rasanya tidak tuntas. Begitu memeriksakan diri ke puskesmas, saya kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Umum Permata Hati Klungkung untuk mendapatkan perawatan yang lebih lengkap," tambah Reni.
Serangkaian pemeriksaan yang ia jalani di rumah sakit menunjukkan ada batu ginjal yang cukup besar dan harus segera dihancurkan melalui tindakan medis. Kondisi Reni ternyata kurang baik ketika diobservasi selama beberapa jam, sehingga ia diberikan obat untuk dikonsumsi.
Seminggu kemudian, Reni dinyatakan siap untuk menjalani tindakan dengan cara menghancurkan batunya menggunakan alat yang dimasukkan lewat saluran kencingnya. Tindakan tersebut mengharuskannya menjalani rawat inap selama tiga hari dua malam sebelum akhirnya diperbolehkan pulang.
"Operasi yang saya jalani prosesnya sangat lancar, bahkan saya menyaksikan batu dalam ginjal saya hancur dan keluar bersama darah. Selama tiga hari dirawat, kondisi saya semakin membaik, sehingga diperbolehkan pulang. Saya juga tetap wajib mengonsumsi obat di rumah sembari menunggu jadwal kontrol berikutnya," kata Reni.
Sayangnya, alih-alih kondisinya membaik, kondisi Reni justru semakin memburuk, ia kembali mengalami sakit pada bagian perut dan demam yang tak kunjung hilang. Reni kemudian dilarikan ke rumah sakit oleh keluarganya untuk segera mendapatkan penanganan medis.
Hasil pemeriksaan di rumah sakit yang sama, menunjukkan jika Reni mengalami infeksi pasca-operasi. Ia kembali menjalani rawat inap selama seminggu hingga kondisinya menunjukkan tanda-tanda perbaikan.
"Inilah penyebabnya biaya yang saya sampaikan hingga puluhan juta rupiah karena saya dirawat inap selama 13 hari. Selain itu, obat-obatan yang saya dapat selalu lengkap dan pelayanan dari rumah sakit terbilang memuaskan. Saya merasa benar-benar bersyukur selalu menjaga kartu JKN saya sekeluarga tetap aktif. Karena manfaat yang saya dapat membuat kondisi ekonomi kami sekeluarga bisa tetap stabil dan terhindar dari biaya pengobatan," pungkas Reni.
Menurut Reni, hal terpenting saat ini adalah fokus memulihkan diri supaya kondisinya bisa kembali stabil seperti sedia kala. Ia juga berharap, BPJS Kesehatan bisa terus meningkatkan kualitas pelayanannya ke depan.
(akd/ega)