3. Atap Rumah Warga Rusak
Badan Geologi pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan Pulau Tagulandang, Sulawesi Utara, sempat dilanda hujan kerikil akibat erupsi Gunung Ruang. Hujan kerikil itu menyebabkan sejumlah atap rumah warga rusak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Evakuasi telah dilakukan tadi malam, kami berkoordinasi juga tadi dengan stakeholder kami yang ada di lapangan. Dan mereka juga melaporkan adanya hujan batu kerikil yang terjadi di Pulau Tagulandang yang merusak atap-atap penduduk di daerah sana," ujar Ketua Tim Kerja Pengamatan Gunung Api, Heruningtyas, dalam jumpa pers, Kamis (18/4/2024).
Selain hujan batu kerikil, hujan pasir sempat melanda wilayah tersebut. Peristiwa itu disebut sempat membuat warga ketakutan.Heruningtyas juga melaporkan aktivitas Gunung Ruang pada periode 1-17 April 2024, kegempaan tercatat di Gunung Ruang sebanyak:
- 1.439 kali gempa vulkanik dalam (VTA)
- 569 kali gempa vulkanik dangkal (VTB)
- 6 kali gempa tektonik lokal dan
- 167 kali gempa tektonik jauh
- gempa terasa tercatat 4 kali dengan skala I MMI
"Untuk gempa vulkanik yang signifikan juga disertai dengan getaran tremor, untuk vulkanik menerus dengan beberapa kali erupsi yang gemuruh sampai dengan Pulau Tagulandang," jelasnya.
4. Alat Pemantau Gempa Badan Geologi Juga Rusak
Sejak Rabu (17/4), pukul 20.39 Wita, pos pemantau Badan Geologi tidak lagi mencatat aktivitas gempa di sana akibat erupsi Gunung Ruang. Selain itu, listrik di sana dipadamkan.
"Kejadian erupsi tadi malam menyebabkan alat kami yang berada di lapangan mengalami off, dimungkinkan karena adanya dampak erupsi terdampak dari produk-produk erupsi yang menyebabkan alat kami tidak bisa berfungsi," ujar Heruningtyas.
Herunigtyas mengatakan pihaknya segera memasang alat baru. Dia memastikan pihaknya akan terus memantau aktivitas Gunung Ruang.
"Selanjutnya, kami akan memasang secepat mungkin peralatan pemantauan pengganti sementara untuk memastikan kami tetap memantau aktivitas Gunung Ruang saat ini," jelasnya.
5. BMKG 'Tak Berkedip' Antisipasi Tsunami
BMKG memanfaatkan seluruh sumber daya teknologi untuk mengawasi dan memitigasi potensi tsunami seiring peningkatan status Gunung Ruang. BMKG memastikan terus mengawasi pergerakan air laut.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan setidaknya ada lima sumber daya teknologi berupa peralatan Tide Gauge dan Automatik Weather System Maritim yang berada di wilayah Kepulauan Sangihe, Bitung, dan Pulau Siau. Dia memastikan tiap teknologi tersebut dioperasionalkan maksimal bersama petugas Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) untuk mengawasi potensi tsunami akibat erupsi Gunung Ruang itu.
"Kami 24 jam penuh bersama dengan PVMBG seolah tak berkedip mata untuk memonitor muka laut antisipasi potensi tsunami di sekitar Gunung Ruang," kata Daryono, dilansir Antara.
Daryono menjelaskan, erupsi gunung berapi seperti ini berpotensi menyebabkan tsunami dan dampak yang ditimbulkan kemungkinan besar. Hal tersebut terjadi karena fenomena flank collapse atau runtuhnya sebagian atau keseluruhan badan gunung.
Fenomena itu, menurutnya, meski belum terjadi, patut diwaspadai karena berdasarkan catatan BMKG juga pernah dialami oleh Gunung Ruang pada 1871 yang menimbulkan tsunami setinggi 25 meter dan menewaskan sekitar 400 orang.
"Waspada tetap, tapi terlepas dari situ hasil monitoring BMKG sejauh ini menunjukkan semua kondisi laut normal tanpa ada anomali seperti yang dikhawatirkan," kata dia.
6. Pernah Tsunami 25 Meter
Badan Geologi mengungkap sejarah mengenai tsunami akibat erupsi Gunung Ruang, Sulawesi Utara. Badan Geologi mengatakan tsunami akibat erupsi itu ketinggiannya mencapai 25 meter.
"Untuk ancaman tsunami sendiri kita belajar dari sejarah pada erupsi Gunung Ruang yang terjadi, itu memang tsunami yang terjadi sampai bagian ke barat Pulau Tagulandang itu berkisar setinggi 25 meter, dan juga berdampak beberapa pada beberapa ratus meter di daratan Pulau Tagulandang sisi bagian barat daya," ujar Heruningtyas.
Heruningtyas memaparkan, Gunung Ruang mulai erupsi pada 1808 sampai hari ini tahun 2024. Gunung Ruang didominasi oleh erupsi eksplosif yang menghasilkan awan panas. Selain itu, hasil dari produk erupsi Gunung Ruang tercatat beberapa kali adalah aliran larva dan juga awan panas yang melanda di seluruh Pulau di Gunung Ruang.
"Dan ini yang salah satu bahaya yang cukup berdampak bagi kehidupan manusia adalah adanya lontaran batu pijar yang sangat mengancam, dan ini jatuhan bom atau vulkanik tidak hanya terjadi di area Pulau Gunung Ruang. Namun juga terjadi di sebagian barat Pulau Tagulandang atau pulau di seberang Gunung Ruang," jelasnya.
Heruningtyas mengatakan salah satu bahaya yang mengancam juga erupsi Gunung Ruang adalah bahaya lahar yang berada di area Pulau Ruang saja.
(idn/fas)