"Ke Jakarta aku kan kembali... walaupun apa yang kan terjadi, ke Jakarta aku kan kembali... walaupun apa yang kan terjadi," sepenggal lirik dari lagu Kembali ke Jakarta milik Koes Plus. Semacam lagu wajib yang menemani saat perjalanan arus balik lebaran. Kembali ke Jakarta setelah beberapa hari mudik dari kampung halaman.
Jakarta menjadi tempat tujuan untuk merajut masa depan, ketika kampung halaman sudah tidak memberi harapan. Arus balik lebaran selalu menjadi momen pertambahan jumlah penduduk di Jakarta.
Para pemudik yang kembali ke Jakarta tak jarang membawa sanak saudara atau kerabatnya untuk bergulat mengais rezeki. Gemerlap Jakarta yang tergambar dari berbagai sorotan media atau dari cerita kesuksesan saudara, tetangga, atau hadai-taulan menjadi daya tarik masyarakat desa untuk berhijrah ke kota.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Urbanisasi sebenarnya tidak hanya terjadi di Jakarta saja, melainkan fenomena yang lazim terjadi nyaris di seluruh wilayah di Indonesia. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono pernah mengungkap, pada 2045 diprediksi akan ada 220 juta penduduk RI (70% dari total populasi) yang tinggal di wilayah perkotaan.
"Pada 2045 sebanyak 220 juta penduduk RI akan tinggal di daerah perkotaan atau meningkat dari 56% jadi 70% dari total populasi," katanya saat membuka acara Indonesia Housing Forum secara virtual, Kamis (14/10/2021).
Puncak arus balik lebaran 2024 sendiri diprediksi terjadi pada Senin (15/4/2024) malam. Berbagai skenario diterapkan agar arus balik ke Jakarta tak terlalu sesak. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan pihaknya menyiapkan jalur arteri sebagai alternatif jika jalan tol ke Jakarta penuh.
"Apabila jalur tol tetap penuh, maka kami mempersiapkan jalur arteri untuk menjadi alternatif di titik-titik tertentu," kata Sigit di Gerbang Tol Cikampek Utama (GT Cikatama), Senin (15/4/2024).
Terpantau, situasi lalu lintas di GT Cikampek Utama pada Senin (15/4/2024) malam lebih padat dibanding siang hari. Kendaraan hanya bisa melaju pelan maksimal 20 km/jam. Kendaraan lebih sering berhenti karena padatnya arus.
Ternyata masih banyak warga yang memilih kembali ke DKI Jakarta di hari terakhir cuti bersama. DKI Jakarta, tinggal menunggu waktu sampai kita tidak bisa menyebutnya lagi sebagai ibu kota.
Jika diingat kembali, sempat ramai isu Jakarta sudah kehilangan status Ibu Kota Indonesia sejak 15 Februari 2024. Di depan gedung MPR/DPR/DPD RI, Senayan, Jakarta, Selasa (5/3), Ketua Badan Legislasi (Baleg) DPR Supratman mengatakan saat ini Jakarta telah kehilangan status sebagai Daerah Khusus Ibu Kota (DKI).
"RUU DKI itu dia kehilangan statusnya sejak 15 Februari kemarin. Kan itu implikasi dari Undang-Undang IKN. Nah, itu kan berakhir 15 Februari," kata Supratman.
Namun, isu tersebut langsung dibantah oleh pihak Istana. Staf Khusus Presiden Bidang Hukum Dini Shanti Purwono menegaskan DKI Jakarta masih berstatus ibu kota Indonesia sampai saat ini. Status ibu kota berubah ke Nusantara jika keputusan presiden (keppres) terbit.
"Jadi ada ketentuan peralihan dalam UU IKN, yaitu di Pasal 39. Berdasarkan Pasal 39 UU IKN, DKI Jakarta tetap sebagai ibu kota negara sampai dengan terbitnya keppres pemindahan IKN ke Nusantara," kata Dini kepada wartawan, Kamis (7/3/2024).
Belum diketahui kapan Jakarta akan melepas status Ibu Kota Indonesia. Tapi yang pasti, Presiden Joko Widodo telah memutuskan Upacara HUT ke-79 RI akan digelar di Ibu Kota Nusantara. Disebut juga, Presiden Jokowi akan mengeluarkan Keppres perpindahan ibu kota pada tahun ini.
Lantas bagaimana nasib Jakarta setelah bukan lagi menjadi ibu kota? Apakah Jakarta tetap menjadi pilihan utama para perantau? Selengkapnya akan dibahas dalam program detik Pagi edisi Selasa (16/4/2024).
Nikmati terus menu sarapan informasi khas detik Pagi secara langsung langsung (live streaming) pada Senin-Jumat, pukul 08.00-11.00 WIB, di 20.detik.com dan TikTok detikcom. Tidak hanya menyimak, detikers juga bisa berbagi ide, cerita, hingga membagikan pertanyaan lewat kolom live chat.
"Detik Pagi, Jangan Tidur Lagi!"
(vrs/vrs)