Anggota DPD RI sekaligus pemerhati pendidikan Fahira Idris mendukung wacana kegiatan pramuka menjadi kokurikuler di sekolah. Wacana ini dikemukakan dalam rapat kerja antara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim dengan Komisi X DPR.
Dalam rapat yang berlangsung di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta pada Rabu (3/4) lalu, polemik mengenai ekstrakurikuler (ekskul) pramuka yang sifatnya sukarela atau opsional bagi murid namun menjadi ekskul yang wajib disediakan oleh satuan pendidikan dibahas. Pembahasan ini pun memunculkan wacana menjadikan pramuka sebagai kokurikuler atau bagian dari kurikulum sekolah.
Menurut Fahira, wacana pramuka menjadi kokurikuler di sekolah layak untuk dipertimbangkan semua pemangku kepentingan, termasuk Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka. Ia mengatakan pramuka merupakan pendidikan nonformal yang telah berjalan selama puluhan tahun, namun sudah terbukti dan teruji mampu menjadi wadah pengembangan potensi diri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya itu, Fahira pun memandang pramuka mampu menguatkan karakter murid yang merupakan generasi penerus bangsa. Dengan begitu, murid dapat menjadi pribadi yang berakhlak mulia, disiplin, mampu mengendalikan diri, cinta Tanah Air dan alam juga memiliki kecakapan hidup.
"Saya menyambut baik wacana menjadikan pramuka sebagai kokurikuler. Gagasan ini layak untuk dipertimbangkan bahkan sangat baik jika bisa direalisasikan. Dengan menjadi kokurikuler, pramuka akan menjadi penguat kegiatan wajib intrakurikuler atau pembelajaran dari guru ke murid, terutama dalam hal penguatan karakter murid agar menjadi pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila," jelas Fahira dalam keterangan tertulis, Kamis (4/4/2024).
"Saya yakin, jika wacana ini terealisasi, akan tumbuh karakter murid yang berpikir kritis, kreatif, serta mampu berkomunikasi dan berkolaborasi," sambungnya.
Lebih lanjut, Anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta ini menerangkan kegiatan kepramukaan sangat tepat dijadikan penguatan, pendalaman, dan/atau pengayaan mata pelajaran dari guru yang telah dipelajari dalam kegiatan intrakurikuler di dalam kelas. Apalagi kegiatan ini meliputi pendidikan dan pelatihan, pengembangan, pengabdian masyarakat dan orang tua, serta permainan yang berorientasi pada pendidikan.
Dengan menjadikan pramuka sebagai kokurikuler, kata Fahira, pelajaran yang diterima di dalam kelas bisa diaplikasikan atau dipraktikkan langsung oleh murid dalam kehidupan sehari-hari.
"Untuk menghadapi tantangan dunia global yang semakin besar ini, Indonesia harus dipenuhi oleh kaum muda yang memiliki rasa cinta Tanah Air, kepribadian yang kuat dan tangguh, rasa kesetiakawanan sosial, kejujuran, sikap toleransi, kemampuan bekerja sama, rasa tanggung jawab, serta kedisiplinan untuk membela dan membangun bangsa. Semua karakter ini adalah muatan utama pendidikan kepramukaan," tandasnya.
Sebagai informasi, Mendikbudristek Nadiem Makarim mewacanakan agar pramuka menjadi kokurikuler di sekolah dalam rapat kerja dengan Komisi X DPR. Saat ini terdapat tiga kegiatan di sekolah, yaitu kegiatan intrakurikuler (proses kegiatan belajar yang biasa dilaksanakan di sekolah), kegiatan kokurikuler (kegiatan yang dilakukan oleh siswa untuk menguatkan, memperdalam, ataupun sebagai kegiatan pengayaan mata pelajaran yang sudah dipelajari dalam kegiatan intrakurikuler), dan kegiatan ekstrakurikuler yang lebih bersifat ke minat siswa dan pengembangan diri.
(akd/ega)