Yogyakarta - Panik dan ketakutan tergambar dalam wajah para penumpang KM Senopati Nusantara saat tenggelam di sekitar Pulau Mandalika, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. Sayang, saat kapal oleng dan miring, para ABK dan petugas kapal tidak memberikan pertolongan yang memadai kepada para penumpang. Kesaksian ini disampaikan Bambang Ratmoko Yulianto, salah seorang penumpang KM Senopati yang selamat, kepada wartawan di rumahnya, Sendangsari, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulonprogo, Kamis (4/1/2007).Menurut dia, sebelum kapal tenggelam, kapal yang sedang penuh penumpang dan muatan itu oleng dan miring. Para penumpang panik dan berteriak ketakutan. Apalagi, saat itu gelombang air laut sangat tinggi. Saat kapal miring dan oleng, kata Ratmoko, para ABK tidak bisa berbuat banyak untuk melakukan penyelamatan. Akibatnya banyak penumpang yang ada di dek atas maupun yang ada di kamar-kamar yang berlarian panik dan ketakutan.Ini yang disayangkan Ratmoko. Dalam kondisi darurat, kata Ratmoko, seharusnya awak kapal harus bisa memberikan bantuan tindakan penyelamatan secara cepat. "Contohnya sekoci yang dinaiki penumpang ternyata tidak dilepas atau tidak diputus talinya sehingga tak bergerak ke mana-mana," kata dia menyesalkan. Demikian pula dengan jumlah pelampung maupun sekoci yang ada di kanan-kiri kapal. Diperkirakan jumlah sekoci tidak sebanding dengan jumlah penumpang yang saat itu membludak. Seharusnya ABK juga segera menginstruksi untuk segera memecah kaca jendela, jika keadaan darurat. "Itu tidak dilakukan dan setelah kapal tenggelam ternyata satu sekoci ditumpangi 30-an orang, padahal maksimal hanya 15-an orang saja," kata dia yang benar-benar kecewa terhadap pelayanan KM Senopati Nusantara, yang dioperasikan PT Primavista itu. Dia mengatakan saat berangkat dari Pelabuhan Kumai Kalimantan, ada sekitar 500 penumpang yang naik kapal tersebut. Selain itu di lambung kapal juga penuh dengan kendaraan truk pengangkut barang tujuan Semarang. "Kami tidak tahu jumlah persisnya penumpang, tapi saat berangkat benar-benar penuh," kata Ratmoko yang pergi ke Kalimantan Tengah untuk mengurus proyek batubara itu.Ratmoko terombang-ambing di laut dengan bertahan hidup seadanya. Setelah ditemukan di sekitar perairan Jawa Timur. Ratmoko kemudian dirawat di RS Pelabuhan Surabaya. Setelah kondisi membaik, Ratmoko pun dipulangkan ke desanya.
(bgs/asy)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini