Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan gempa dengan kekuatan magnitudo (M) 6,5 lebih dekat ke Bawean daripada ke Tuban. Karena itu, secara nomenklatur, lebih tepat disebut gempa Bawean.
"Berdasarkan kedekatan dengan sumber gempa dan tingkat makroseismik/dampak gempa, maka nomenklatur yang tepat adalah gempa Bawean, bukan gempa Tuban," kata Kepala Pusat Gempa dan Tsunami BMKG Daryono, dalam unggahannya di akun X, Sabtu (23/3/2024).
Gempa tektonik itu terjadi pada Jumat (22/3) pukul 15.52 WIB pada koordinat 5,92 derajat LS dan 112,35 derajat BT. Pusat gempa berlokasi di laut pada jarak 114 kilometer arah timur laut dari Tuban pada kedalaman 12 km.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Daryono mengatakan hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan geser (strike-slip). Gempa ini tak berpotensi memicu gelombang tsunami.
Getaran gempa dirasakan di Pulau Bawean dalam skala V-VI MMI, yang artinya getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk, barang-barang/pajangan terpelanting, terjadi kerusakan ringan. Getaran gempa dirasakan di Blora, Madura, Gresik, Surabaya, Kabupaten Banjar dengan skala intensitas III-IV MMI yang artinya bila pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah.
"Berdasarkan laporan dari masyarakat, gempa bumi ini menimbulkan kerusakan di Pulau Bawean," katanya, Jumat (22/3).
Sementara itu, di daerah Mojokerto, Banjar Baru, Sampit, Banjarmasin, Martapura, Balikpapan, Tanah Grogot, Malang, Lumajang, Madiun, Nganjuk, Pasuruan, Jepara, Rembang, Demak, Kudus, dan Semarang dengan skala intensitas II-III MMI yang artinya getaran dirasakan nyata dalam rumah seperti ada truk lewat.
Sementara itu, di Yogyakarta, Kulon Progo, Kebumen, Temanggung, Blitar, dan Solo dengan skala intensitas II MMI, yang berarti getaran dirasakan beberapa orang serta membuat benda-benda ringan yang digantung bergoyang.