Cerita Teti Bertahan di Bidara Cina Sejak Lahir Meski Berulang Kali Banjir

Cerita Teti Bertahan di Bidara Cina Sejak Lahir Meski Berulang Kali Banjir

Taufiq Syarifudin - detikNews
Minggu, 17 Mar 2024 14:27 WIB
Teti saat menunjukkan bagaimana banjir merendam permukiman di Bidara Cina, Jakarta Timur (Taufiq/detikcom)
Teti saat menunjukkan bagaimana banjir merendam permukiman di Bidara Cina, Jakarta Timur. (Taufiq/detikcom)
Jakarta -

Banjir sempat merendam permukiman warga di Bidara Cina, Jakarta Timur, beberapa hari lalu. Salah satu warga, Teti (54), mengaku sudah tinggal di Bidana Cina sejak lahir dan mengalami berulang kali kebanjiran.

Rumah Teti berada di RW 11 RT 12 Kelurahan Bidara Cina, Jatinegara, Jakarta Timur. Rumahnya bersebelahan dengan Sungai Ciliwung.

Di samping rumah Teti, ada cekungan yang dibatasi oleh dinding tembok dengan tinggi sekitar 180 cm. Dinding itu berfungsi untuk menahan air dari Sungai Ciliwung agar tidak meluber ke jalanan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ada plang untuk menunjukkan tempat evakuasi dan pengungsian yang terletak di dekat tembok tersebut. Plang itu juga dilengkapi dengan tiang dijadikan pengukur ketinggian air saat banjir terjadi.

Tiang pengukur ketinggian air dilengkapi dengan angka-angka serta warna biru, kuning, dan merah. Warna biru berada di paling bawah, sementara warna kuning dan merah di atasnya. Warna tersebut menjadi pertanda tingkat keparahan banjir.

ADVERTISEMENT
Teti saat menunjukkan bagaimana banjir merendam permukiman di Bidara Cina, Jakarta Timur (Taufiq/detikcom)Teti saat menunjukkan bagaimana banjir merendam permukiman di Bidara Cina, Jakarta Timur. (Taufiq/detikcom)

Teti mengatakan ketinggian air banjir pada Kamis (14/3/2024) hingga Jumat (15/3) di kawasan itu mencapai 100 cm. Dia mengatakan sungai di belakang rumahnya sudah sempat dikeruk, tapi banjir juga tetap terjadi.

"Tingginya sekitar 1 meter, seperut sampai dada saya. Sebetulnya di belakang rumah saya itu, sungainya sempat dikeruk sampai 2 meter. Itu kalau nggak dikeruk, bisa lebih parah lagi banjirnya," ujarnya.

"Sekitar Kamis-Jumat itu banjirnya gede banget. Ini banjir mulai dari ujung grojokan sampai bawah puskesmas," sambungnya.

Dia mengatakan mengevakuasi diri ke loteng saat banjir terjadi. Dia mengatakan barang-barang penting di rumahnya juga diangkut ke loteng agar tak rusak kena banjir.

"Kalau saya alhamdulillah ada loteng, bisa naik. Barang yang penting bisa saya bawa ke atas. Di rumah sekarang saya cuma tinggal sama kucing saya, Anya. Dia saya bawa ke atas kalau banjir. Kalau di bawah, kadang ayam saya sampai kelelep. Nah, kalau ayam saya lemparin ke tanah kosong seberang rumah yang permukaannya lebih tinggi. Di sana ada mobil parkir, biasanya pada tidur di bawahnya," ujarnya.

Berulang Kali Kena Banjir

Teti mengatakan banjir kemarin sudah yang kesekian kali dialaminya selama tinggal di lokasi itu. Dia mengatakan banjir sudah terjadi di Bidara Cina sejak dia masih anak-anak.

"Waktu 2007, banjir bisa sampai ventilasi udara loteng rumah saya. Gara-gara itu hampir semua barang di rumah rusak. TV, kulkas, mesin cuci rusak. Beras mekar, baju udah nggak bisa dicuci," ujarnya.

Dia mengatakan banjir juga membuat dirinya tak lagi memiliki foto kenangan masa kecil. Semua potret dirinya bersama almarhum orang tuanya hilang akibat banjir.

"Saya sampai sudah kenyang sama banjir di sini. Sudah kayak makanan sehari-hari. Gara-gara banjir juga, saya tidak pernah punya foto kenangan masa kecil. Semuanya rusak gara-gara banjir," ujarnya.

"Saya juga masih ingat, waktu umur 8 tahun, rumah saya yang masih dari kayu-kayu itu roboh. Terbawa air banjir. Itu saya nangis. Waktu itu tahun '79. Ya alhamdulillah sampai sekarang masih bertahan, waktu itu karena bapak saya buat rumah lagi," sambungnya.

Simak alasan Teti tetap bertahan di Bidara Cina meski berulang kali kena banjir di halaman selanjutnya.

Tetap Bertahan

Lalu, apa yang membuat Teti tetap bertahan di Bidara Cina?

"Rumah ini satu-satunya yang diwariskan ke saya dari almarhum bapak," ujarnya.

"Bapak ibu saya, semuanya saya yang ngurus sampai beliau meninggal," sambung Teti.

Teti mengaku punya rencana pindah dari Bidara Cina. Namun dia mengaku masih menabung agar cukup duit untuk membeli rumah di wilayah lain.

Teti saat menunjukkan bagaimana banjir merendam permukiman di Bidara Cina, Jakarta Timur (Taufiq/detikcom)Tiang pengukur tinggi air saat banjir di Bidara Cina. (Taufiq/detikcom)

Dia pun menjadikan tanah kosong di sebelah rumahnya lokasi beternak ayam. Teti berharap rumahnya tak digusur.

"Kalau sudah punya uang, saya rencana mau pindah ke Bogor, pinggiran tidak apa-apa. Saya mau tinggal di sana terus usaha ayam lagi. Mungkin 5-10 tahun ke depan," ujarnya.

Meski sering kebanjiran, Teti bersyukur saat ini sudah ada sistem peringatan dini yang disiapkan pemerintah. Dia mengatakan peringatan dini tersebut dapat membuat warga bersiap untuk evakuasi.

"Biasanya ada pengumuman lebih awal kalau mau banjir, yang menyiarkan dari kelurahan. Bakal datang jam sekian, siaga sekian, jadi orang bisa siap-siap atau mengungsi. Nah kalau dulu nggak ada pengumuman. Pernah pas lagi tidur tiba-tiba air sudah naik," ujarnya.

Halaman 2 dari 2
(haf/haf)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads