Salat Jumat adalah ibadah yang dilaksanakan laki-laki muslim setiap hari Jumat. Setiap salat Jumat, ada khatib yang bertugas menyampaikan khutbah Jumat dengan topik tertentu.
Khusus bulan Ramadhan, khutbah Jumat biasanya mengangkat tema seputar puasa dan hal-hal terkait bulan Ramadhan. Berikut beberapa contoh teks khutbah Jumat awal Ramadhan yang bisa dijadikan referensi.
4 Contoh Teks Khutbah Jumat Awal Ramadhan
Hari ini, 15 Maret 2024 adalah Jumat pertama di bulan Ramadhan 2024/1445 H. Jumat ini juga merupakan momentum salat Jumat pertama di bulan Ramadan 2024.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir buku 'Syiar Ramadan Perekat Persaudaraan: Materi Kuliah dan Khutbah di Masjid dan Musala Selama Ramadan' oleh Kemenag RI dan situs resmi Kemenag, berikut contoh teks khutbah Jumat awal Ramadhan 2024.
1. Khutbah Jumat Awal Ramadhan 2024: Ramadan Meningkatkan Kesalihan Keluarga
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Keluarga merupakan merupakan bagian penting dalam kehidupan. Keluarga juga sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter seseorang. Biasanya, jika keluarganya baik, maka baik pula budi pekerti seluruh anggota keluarga tersebut secara umum.
Kepala keluarga memiliki tanggung jawab yang sangat besar untuk mengantarkan seluruh anggota keluarganya masuk surga dan terhindar dari api neraka. Amanat dan tanggung jawab tersebut langsung Allah sendiri yang memberikan kepada seluruh kepala keluarga sebagaimana termaktub dalam ayat berikut:
"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (Q.S. At-Tahrim: 6).
Jika kita renungkan ayat di atas, ternyata amanat tersebut tidak ringan. Bukan cuma modal saleh saja, tapi keluarga tentu harus mengetahui bagaimana cara yang tepat untuk mensalih-kan istri dan anak-anaknya. Cara yang paling mudah adalah meneladani kehidupan keluarga Rasulullah SAW dan juga keluarga Nabi Ibrahim AS. Dengan disebutnya dua keluarga ini dalam bacaan tahiyat akhir, sudah tentu kita memahami secara tidak langsung mengandung perintah kepada kita untuk meneladani mereka.
Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah
Marilah sejenak kita mengamati sejenak keluarga Nabi Ibrahim AS. Seluruh anggota keluarga ini sanagt salih tentunya. Ibrahim AS sudah pasti salih karena beliau adalah seorang nabi. Begitu juga dengan kedua istrinya, Sarah dan Hajar Alaihimas Salam. Dan anak-anak beliau semuanya juga salih, terutama Ismail dan Ishaq Alaihimas Salam. Kita tentu teringat bagaimana Allah menguji keluarga mulia ini dengan perintah menyembelih putra tercinta, Ismail yang kala itu masih sangat belia dan belum menjadi nabi. Keluarga mulia ini pasrah dan taat terhadap perintah Allah. Bila kita bandingkan, tidak semua kepala keluarga yang salih memiliki istri dan anak yang juga salih. Jika kita diperintahkan untuk meneladani keluarga Nabi Ibrahim AS, tentunya lebih-lebih lagi kita harus meneladani keluarga
Rasulullah SAW.
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah
Sebagaimana yang telah khatib singgung bahwa kepala keluarga yang salih otomatis seluruh anggota keluarganya pasti saleh. Masih ingatkah kita dengan istri dan salah satu putra beliau yang ternyata tidak beriman. Begitu juga dengan Nabi Luth AS. Walaupun beliau adalah nabi yang sudah pasti salih, namun sang istri berkhianat terhadap sang suami. Peristiwa faktual tersebut disampaikan oleh Allah dalam Al-Qur'an sebagai berikut:
"Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang kafir, istri Nuh dan istri Lut. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami;
lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, tetapi kedua suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksaan) Allah; dan dikatakan (kepada kedua istri itu), "Masuklah kamu berdua ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka)." (Q.S. At-Tahrim: 10).
Bagaimana bentuk penghianatan mereka kepada suami? Mari kita simak penafsiran ayat di tas melalui Tafsir Al-Jalalain:
"Allah membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya) dalam masalah agama, karena ternyata keduanya kafir dan adalah istri Nabi Nuh yang dikenal dengan nama Wahilah telah berkata kepada kaumnya, "Sesungguhnya Nuh ini adalah orang gila." Sedangkan istri Nabi Luth yang dikenal dengan nama Wailah, memberikan petunjuk kepada kaumnya tentang tamu-tamunya, yaitu bahwa jika tamu-tamu itu tinggal di rumahnya, maka ia akan memberi tanda kepada mereka dengan api di waktu malam dan kalau siang hari dengan memakai asap (maka kedua suaminya itu tiada dapat membantu) yaitu Nabi Nuh dan Nabi Luth tidak bisa menolong (mereka berdua dari Allah) dari azab-Nya (barang sedikit pun; dan dikatakan) kepada kedua istri itu ("Masuklah kamu berdua ke dalam neraka bersama orang-orang yang memasukinya") yaitu bersama orang-orang kafir dari kalangan kaum Nabi Nuh dan kaum Nabi Luth."
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah
Jika Nabi Nuh dan Nabi Luth mengalami hal demikian, tentu kita lebih berpotensi mengalami hal demikian. Sekali lagi, ayat ini menjadi bukti bahwa membina keluarga salih tidaklah mudah walapun kita sendiri merasa salih. Oleh karena itu, janganlah lalai dalam membina keluarga.
Janganlah merasa bosan untuk memerintahkan dan mengingatkan anak dan istri kita untuk menjaga shalat, berpuasa Ramadan dan menjalankan syariat Islam dengan sebaik-baiknya. Jangan lalai untuk memberikan pendidikan agama yang sangat cukup, baik melalui sekolah-sekolah Islam maupun majlis ilmu yang marak diselenggarakan di masjid-masjid atau majlis taklim.
Hadirin sidang Jumat yang berbahagia
Bulan Ramadan merupakan momen yang paling tepat untuk meningkatkan kesalihan keluarga kita di rumah. Dengan segala kerendahan hati, khatib menawarkan langkah-langkah praktis untuk mewujudkan hal tersebut.
Yang pertama, manfaatkanlah waktu sahur atau berbuka puasa untuk berbincang-bincang lebih dengan anak-anak dan istri kita. Di hari lain, terkadang kita tidak bisa makan bersama dengan mereka karena alasan kesibukan. Saat santap sahur atau berbuka, kita bisa menanyakan kabar mereka, shalat mereka, puasa mereka, pergaulan mereka dan lain sebagainya. Komunikasi efektif dan hangat tentu sangat membantu untuk meningkatkan kecintaan dan perhatian kita kepada mereka,
Yang kedua, buatlah kesepakatan kepada seluruh anggota keluarga kita untuk menjadikan Ramadan sebagai momen yang paling tepat untuk meningkatkan ibadah. Buatlah kesepakatan kepada mereka bahwa seluruh anggota keluarga melaksanakan shalat tahajud minimal dua rakaat sebelum makan sahur misalnya.
Buatlah juga kesepakatan dengan mereka bahwa ayah sebagai kepala keluarga untuk istiqamah shalat berjamaah di masjid dengan anak-anak lakinya. Buatlah kesepakatan dengan mereka untuk istiqamah melaksanakan shalat tarawih sebulan penuh kecuali jika ada uzur yang mendesak.
Buatlah kesepakatan dengan seluruh anggota keluarga untuk menjaga kualitas puasa dengan tidak ghibah, berkata kasar, menghina, mencela atau mencaci orang. Dan juga membuat kesepakatan agar menggunakan seluruh anggota tubuh kita untuk hal-hal yang bernilai ibadah.
Dan juga kita tidak lupa untuk membuat kesepakatan kepada keluarga kita agar menyibukkan diri dengan membaca Al-Qur'an. Buatlah kesepakatan untuk meminimalisasi penggunaan Handphone, TV atau perangkat elektronik lainnya yang dapat melalaikan kita dari ibadah kepada Allah.
Buatlah juga kesepakatan kepada keluarga kita untuk bersedekah sesuai kemampuan setiap hari. Bukan dilihat seberapa besar uang yang mereka sedekahkan, tapi yang sangat mahal adalah jika kebiasaan positif ini terus membekas sampai mati.
Yang ketiga, setelah kesepakatan dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh seluruh anggota keluarga, maka kesepakatan tersebut harus dijalankan dengan konsisten. Buatlah juga kesepakatan mengenai sanksi yang harus dijalankan oleh anggota keluarga yang melanggar. Dan jangan lupa sepakati juga bentuk apresiasi yang harus diperoleh untuk anggota keluarga yang berhasil menjalankannya dengan baik.
Jamaah Jumat Rahimakumullah,
Langkah praktis yang baru saja khatib tawarkan mungkin tidak biasa dilakukan oleh umumnya kepala keluarga. Namun, tidak ada salahnya jika kita mencoba dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Semoga saja Ramadan tahun ini bisa kita jadikan momen yang sangat tepat untuk meningkatkan kesalihan keluarga kita, Aamiin.
Agar kita tetap semangat dan sabar mendidik keluarga, ada baiknya kita simak hadis Rasulullah berikut:
![]() |
Saya memberi wasiat kepada kalian agar tetap bertakwa kepada Allah, tetap mendengar dan taat kepada (pemerintah) walaupun yang memerintah kalian seorang hamba sahaya (budak) (HR Tirmidzi)
Hadirin yang dirahmati Allah,
Demikian khutbah singkat pada Jumat yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.
![]() |
Cek teks khutbah Jumat awal Ramadan berikutnya di halaman selanjutnya.
2. Khutbah Jumat Awal Ramadhan 2024: Mengendalikan Nafsu dan Kontrol Diri di Bulan Ramadan
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Khatib mengawali khutbah yang singkat ini dengan berwasiat untuk diri sendiri dan hadirin semua untuk senantiasa bertakwa kepada Allah, terkhususnya di bulan Ramadan penuh berkah ini. Di mana ibadah puasa yang telah diwajibkan kepada kita semua, agar bertujuan untuk memperoleh ketakwaan. Marilah kita semua di bulan Ramadan agar selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata'ala dengan melaksanakan semua kewajiban dan meninggalkan segenap larangan.
Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan Allah
Nafsu seringkali disalahpahami sebagai sesuatu yang buruk dan perlu dihilangkan dari diri manusia. Padahal nafsu pada dasarnya bersifat netral, dan manusia membutuhkannya untuk menjadi penyemangat atau pendorong bagi dirinya untuk menjalankan kehidupan seperti makan, minum, tidur, menikah dan sebagainya, karenanya nafsu tidaklah boleh dibunuh.
Nafsu memiliki batas. Jika dipenuhi secara benar, maka ia akan menenangkan hati dan menyehatkan jiwa serta menghilangkan stres, tapi jika melampaui batasnya, maka pelakunya akan ditenggelamkan oleh nafsunya sehingga menjadi malas atau lupa daratan, dan bahkan sampai menjadikan hawa nafsunya sebagai "tuhan" sebagaimana Firman Allah:
![]() |
Jika nafsu sudah menguasai diri maka dia akan menjadi musuh dari dalam yang sangat berbahaya terlebih bila ia berkolusi dengan setan yang datang dari luar, yakni ketika setan memperindah keinginan nafsu. Nafsu berbeda sifatnya dengan setan, ia keukeuh saat menginginkan sesuatu, tidak bersedia keinginan itu diganti dengan yang lain, seperti anak kecil yang tidak bersedia diganti apa yang dijanjikan kepadanya walau lebih baik dan lebih mahal.
Imam al-Bushiri dalam Burdahnya menyebutkan:
![]() |
Jamaah shalat Jumat yang selalu dalam lindungan Allah.
Nafsu yang memiliki kecenderungan menyimpang ini memang harus dikendalikan, dan tentu saja ini bukanlah pekerjaan mudah, bahkan mengendalikan nafsu disebut juga sebagai "jihad akbar". Perjuangan ini tentunya tidak semudah membalikkan telapak tangan, dan dibutuhkan langkah-langkah untuk melaksanakannya. Prof. Quraish Shihab menyebutkan paling tidak terdapat 6 langkah:
1. Musyarathah; mengajak nafsu untuk bekerja sama, dengan mensyaratkan sekian banyak syarat yang ketat agar nafsu tidak bebas tanpa kendali.
2. Muraqabah; pengawasan agar langkah tetap terpelihara dan nafsu tidak menyeleweng dari syarat-syarat yang telah ditetapkan.
3. Muhasabah; mengevaluasi nafsu, apakah sudah melaksanakan sesuai yang disyaratkan dan adakah yang kurang
4. Mu'aqabah, menjatuhkan sanksi atas pelanggaran nafsu terhadap perjanjian yang telah dilakukannya.
5. Mujahadah, pemberian tugas tambahan jika nafsu sudah mulai istiqomah dalam kebaikan.
6. Mu'atabah, nafsu yang tadinya selalu mendorong kepada keburukan telah berubah menjadi nafs al-lawwamah, yakni mengecam dirinya setiap menemukan kekurangan. dan dengan adanya peningkatan, nafsu seseorang akan menjadi menjadi nafs al-muthma'innah.
Hadirin sidang Jumat yang berbahagia
Momen Ramadan ini seharusnya menjadi awal seseorang untuk melatih hawa nafsunya agar semakin terkendali dan mengikuti jalan kebaikan. Ramadan yang penuh dengan iming-iming besarnya pahala, menjadi penyemangat tambahan untuk selalu melaksanakan kebaikan dan menghindari keburukan. Ibadah puasa sebulan penuh
seharusnya menjadi rem setiap saat agar nafsu tidak menjadi liar dalam jalan menyimpang dan terlatih untuk berada di jalan kebenaran.
Ramadan memberikan kita kesempatan untuk merenung, memahami, dan mengendalikan nafsu kita dengan lebih baik. Dalam kesendirian malam yang sunyi, ketika kita berpuasa dan menjalankan ibadah, kita merasakan betapa pentingnya mengendalikan nafsu demi mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Bulan yang penuh berkah ini juga mengajarkan kita tentang kesabaran, keikhlasan, dan keteguhan hati dalam menghadapi godaan. Ketika kita menahan diri dari makanan, minuman, dan hubungan suami istri di siang hari, kita melatih diri untuk mengendalikan keinginan dan menaati perintah Allah dengan penuh ketulusan.
Hadirin sidang Jumat yang dicintai Allah
Sekali lagi, Marilah kita manfaatkan bulan Ramadan ini sebagai momentum untuk mengendalikan nafsu kita, berawal dari pelatihan selama 30 hari, maka semoga menjadi menjadi bekal dalam perjalanan spiritual kita selanjutnya agar semakin tenang nafsu kita semua dalam kebaikan hingga akhir hayat.
Mengutip yang telah disampaikan Imam al-Ghazali dalam Ihya' Ulumiddinnya.
![]() |
Semoga kita semua selalu istiqomah untuk mengontrol nafsu kita, dan dapat menggapai kebahagiaan baik di dunia hingga kebahagiaan hakiki di akhirat nanti. aamiin.
![]() |
Cek halaman berikutnya.
3. Khutbah Jumat Awal Ramadhan 2024: Berburu Ampunan, Rahmat, dan Surga di Bulan Puasa
Ma'asyiral muslimīn a'azzakumullāh,
Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta'ala dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan.
Jamah yang dimuliakan Allah,
Alhamdulillah, tahun ini kita kembali dipertemukan dengan bulan suci Ramadhan. Bulan yang di dalamnya mempunyai sejuta keistimewaan dan keutamaan bagi umat muslim. Oleh karena itu, tidak heran jika pada bulan ini intensitas ibadah umat Islam semakin meningkat, baik dengan lebih serius lagi menunaikan kewajiban-kewajiban agama maupun rajin mengamalkan ibadah-ibadah sunnah di dalamnya.
Rasulullah sendiri pernah menyampaikan bahwa saat tiba bulan Ramadhan umat muslim didorong untuk memperbanyak ibadah. Sebab, pahala amal kebaikan di dalamnya mendapat balasan berkali-kali lipat. Dalam satu hadits diriwayatkan,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي، لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ، وَلَخُلُوفُ فَمِ الصائم أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
Artinya: "Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, 'Rasulullah SAW bersabda, 'Setiap amal anak Adam dilipatgandakan pahalanya. Satu (amal) kebaikan diberi pahala sepuluh hingga tujuh ratus kali. Allah SWT berfirman, 'Kecuali puasa, karena puasa itu adalah bagi-Ku dan Akulah yang akan membalasnya. Sebab, dia telah meninggalkan nafsu syahwat dan nafsu makannya karena-Ku'.
Dan bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan. Kebahagiaan ketika dia berbuka, dan kebahagiaan ketika dia bertemu dengan Rabb-Nya. Sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada wanginya kasturi'." (HR Bukhari dan Muslim).
Ma'asyiral muslimīn a'azzakumullāh,
Ada tiga hal besar yang Allah janjikan untuk umat muslim saat Ramadhan tiba, yaitu ampunan, rahmat, dan balasan surga. Rasulullah pernah bersabda,
أَوَّلُ شَهْرِ رَمَضَانَ رَحْمَةٌ، وأَوْسَطُهُ مَغْفِرَةٌ، وَآخِرَهُ عِتْقٌ مِنَ النَّارِ
Artinya, "Awal bulan Ramadhan adalah rahmat, pertengahannya ampunan, dan akhirnya pembebasan dari api neraka" (Ibnu Khuzaimah).
Meski demikian, bukan berarti kita meremehkan ibadah dengan alasan mengandalkan rahmat, karena penyebab rahmat sendiri adalah ketaatan seorang hamba kepada Allah.
Berkaitan dengan ini, ada kisah menarik tentang seorang hamba taat yang sepanjang hayatnya digunakan untuk beribadah, tapi ia masuk surga bukan sebab ibadahnya itu, melainkan karena anugerah rahmat Allah. Kisah ini disampaikan Syekh Abul Laits as-Samarqandi dalam Tanbīhul Ghāfilīn dengan mengutip riwayat Al-Hakim dalam Mustadrak-nya.
Dikisahkan, sekali waktu Malaikat Jibril AS bercerita kepada Nabi Muhammad SAW, "Hai, Muhammad! Demi Allah yang telah menugaskan engkau menjadi nabi. Allah memiliki seorang hamba yang ahli ibadah. Hamba tersebut hidup dan beribadah selama 500 tahun di atas gunung."
Ringkas kisah, hamba itu memohon kepada Allah untuk mencabut nyawanya dalam keadaan sujud dan jasadnya tetap utuh sampai tiba hari kiamat. Doanya dikabulkan. Begitu di akhirat, Allah berkata padanya, "Hamba-Ku, engkau Aku masukkan ke surga berkat rahmat-Ku!"
Hamba tersebut menyangkal. Seharusnya, protes dia, yang membuatnya masuk surga adalah ibadahnya yang ratusan tahun itu, bukan rahmat Allah. Setelah ditimbang, ternyata bobot rahmat-Nya lebih besar daripada amal ibadah tersebut. Allah pun memerintahkan malaikat untuk memasukkan dia ke neraka.
Sebelum dimasukkan ke dalam neraka, hamba itu mau mengakui bahwa rahmat Allah lebih besar dan bisa membuatnya masuk surga. Ia pun tidak jadi dimasukkan ke dalam neraka (Abul Laits as-Samarqandi, Tanbihul Ghafilin, t.t, h. 63).
Ma'asyiral muslimīn a'azzakumullāh,
Keutamaan Ramadhan berikutnya adalah maghfirah atau ampunan Allah. Sebagai manusia, tentu sadar diri bahwa kita memiliki banyak dosa yang kian hari semakin bertambah. Sebab, berbuat salah dan dosa merupakan fitrah manusia. Rasulullah SAW bersabda,
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ.
Artinya, "Setiap anak Adam (manusia) pasti berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang bertaubat" (HR. Tirmidzi).
Hadits ini menegaskan bahwa sebagai manusia kita tidak bisa terbebas dari dosa. Tidak peduli dia rakyat biasa atau pejabat, seorang awam atau agamawan, santri ataupun kiai, semua pasti memiliki dosa.
Hanya, yang membedakan kita semua adalah siapa yang mau mengakui atas dosa-dosanya dan bertaubat kepada Allah. Pada momen Ramadhan ini, Allah menjanjikan limpahan ampunan bagi hamba-hamba-Nya yang bertaubat. Oleh karena ini, jangan sia-siakan kesempatan emas yang hanya datang satu bulan dalam setahun ini.
Ma'asyiral muslimīn a'azzakumullāh,
Keistimewaan yang Allah janjikan saat Ramadhan berikutnya adalah balasan surga bagi hamba-Nya yang taat. Rasulullah pernah bersabda,
إِذَا جَاءَ رَمَضَانَ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنَ
Artinya, "Ketika Ramadhan tiba, dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu-pintu neraka dan setan pun dibelenggu" (HR Muslim).
Berkaitan dengan hadits di atas, Syekh 'Izzuddin bin Abdissalam menjelaskan, maksud 'dibukanya pintu surga' merupakan simbol imbauan bagi umat muslim untuk memperbanyak amal ibadah di bulan suci Ramadhan, sementara 'dibelenggunya setan' merupakan simbol untuk mencegah diri dari perbuatan maksiat (Syekh 'Izzuddin bin Abdissalam, Maqashidush Shaum, 1922: 12).
Ma'asyiral muslimīn a'azzakumullāh,
Sekian khutbah yang bisa khatib sampaikan. Semoga kita bisa melalui Ramadhan tahun ini dan tahun-tahun berikutnya dengan maksimal sehingga bisa meraih ampunan, rahmat, dan balasan surga dari Allah SWT.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Baca halaman selanjutnya.
4. Khutbah Jumat Awal Ramadhan 2024: Ramadhan Bulan Al-Qur'an
Ma'asyiral muslimīn a'azzakumullāh.
Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta'ala dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan.
Jamah yang dimuliakan Allah.
Bulan Ramadhan ini, sejumlah umat Muslim disibukkan dengan beragam kegiatan ibadah. Dari pagi, siang, sore, hingga malam menjelang tidur, seolah ibadah menjadi kegiatan yang tak pernah lepas dari amal sunah di bulan mulia. Salah satu ibadah yang lakat dengan bulan ampunan ini adalah tadarus Al-Qur'an. Sebab itu, Ramadhan juga disebut sebagai syahrul qur'ān atau bulan Al-Qur'an. Boleh dibilang, Ramadhan tanpa ramai dengung lantunan ayat suci bagaikan masakan tanpa garam. Allah SWT berfirman,
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ
Artinya: Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). (QS Al-Baqarah [2]: 185)
Ayat ini menjelaskan bahwa Al-Qur'an diturunkan secara utuh (tidak bertahap) dari lauḥul maḥfudz ke baitul 'izzah pada bulan Ramadhan, tepatnya pada malam Lailatul Qadar. Pendapat ini dikemukakan oleh banyak ulama seperti Ibnu Katsir dalam Tafsīr Al-Qur'ānil 'Adzīm, Fakhruddin al-Razi dalam Mafātīḥul Ghaib, Abdurrahman as-Sa'di dalam Tafsīr as-Sa'dī, dan sejumlah pakar tafsir lainnya.
Semua ulama sepakat bahwa bertadarus Al-Qur'an merupakan ibadah yang sangat mulia. Mereka sejak dulu juga menjadikan tadarus sebagai aktivitas selama Ramadhan. Imam Syafi'i bisa mengkhatamkan Al-Qur'an enam puluh kali sekali Ramadhan, Imam Malik akan menyudahi aktivitas mengajarnya pada bulan Ramadhan untuk dialihfokuskan membaca Al-Qur'an.
Kemudian, Sufyan at-Tsauri juga akan meninggalkan ibadah-ibadah sunnah selama bulan Ramadhan agar fokus membaca Al-Qur'an. Zubaid bin Harits al-Yamani, ulama ahli hadits dari kalangan tabi'in, ketika memasuki bulan Ramadhan akan mengumpulkan banyak mushaf guna dibaca bersama murid-muridnya. Masih banyak sekali riwayat yang menjelaskan perhatian ulama untuk bertadarus pada bulan Ramadhan.
Menurut Ibnu Rajab al-Hambali, ulama besar yang dalam bidang Aqidah menganut madzhab Asy'ariyah dan dalam bidang fikih bermazhab Hambali, menuturkan bahwa dasar anjuran perbanyak tadarus Al-Qur'an saat Ramadhan dalam riwayat Ibnu Abbas berikut,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ، فَلَرَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ
Artinya: Rasulullah ﷺ adalah orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al-Qur'an. Dan kedermawanan Rasulullah ﷺ melebihi angin yang berhembus. (HR Bukhari).
Hadist ini menjelaskan bahwa Rasulullah setor hafalan Al-Qur'an kepada Malaikat Jibril pada setiap malam hari Ramadhan. Oleh sebab itu, memperbanyak baca Al-Quran disunahkan pada malam hari di bulan tersebut. Alasan malam yang dipilih karena waktu tersebut merupakan momen yang hening, sehingga memungkinkan seseorang lebih khusyuk dan bisa meresapi kandungan ayat-ayat Al-Qur'an.
Ma'asyiral muslimīn a'azzakumullāh.
Agar memperoleh pahala tadarus yang maksimal, kita juga harus memperhatikan adab-adab membaca Al-Qur'an. Sebagai kitab suci umat muslim yang sangat dimuliakan, tentu membacanya pun memiliki etika-etika khusus. Diantara adab tersebut adalah membaca setiap ayat dengan khusyuk dan merenungi setiap maknanya.
Ayat-ayat yang terkandung dalam Al-Qur'an menyimpan samudera pelajaran yang tak pernah kering. Janji pahala dan surga bagi hambat yang taat, ancaman siksa neraka bagi yang durhaka, kisah umat-umat terdahulu, dan sebagainya, semua dimuat dalam kitab yang terdiri dari 114 surat itu. Oleh sebab itu, sudah sepatutnya saat kita membacanya tidak asal bunyi, tapi juga merenungi maknanya dengan penuh khusyuk. Allah SWT berfirman,
كِتٰبٌ اَنْزَلْنٰهُ اِلَيْكَ مُبٰرَكٌ لِّيَدَّبَّرُوْٓا اٰيٰتِه وَلِيَتَذَكَّرَ اُولُوا الْاَلْبَابِ
Artinya: (Al-Qur'an ini adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu (Nabi Muhammad) yang penuh berkah supaya mereka menghayati ayat-ayatnya dan orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran. (QS Shad [38]: 29)
Ayat ini menjelaskan bahwa salah satu tujuan besar Al-Qur'an diturunkan di bumi adalah untuk direnungi kandungan-kandungannya sehingga bisa menjadi penuntun hidup sejati (hudan linnās). Imam Jalaluddin as-Suyuthi dalam al-Iqtān bahkan menyampaikan, kita disunnahkan merenungi ayat Al-Qur'an saat membacanya sampai menangis. Jika belum bisa menangis, usahakan tetap khusyuk dan penuh kesedihan sehingga ekspresi kita seolah-olah menangis. (Jalaluddin as-Suyuthi, al-Itqān fī 'Ulūmil Qur'ān: juz I, h. 297)
Ma'asyiral muslimīn a'azzakumullāh.
Adab berikutnya adalah memperindah suara. Al-Qur'an yang dibaca dengan suara merdu akan membuat hati terpikat sehingga timbul rasa khusyuk dan mendorong pendengar untuk merenungi kandungannya. Oleh sebab itu, saat bertadarus kita juga dianjurkan menggunakan suara yang merdu. Imam Nawawi menegaskan, semua ulama, baik dari kalangan sahabat Nabi, tabi'in, dan ulama-ulama setelahnya, sepakat bahwa memperindah suara ketika membaca Al-Qur'an hukumnya sunnah.
Tapi dengan catatan, jangan sampai upaya ini merusak bacaan seperti memanjangkan harakat di luar batas yang berlaku, membaca pendek harakat yang seharusnya panjang, menambah atau menghilangkan huruf, dan sebagainya. Jika sampai demikian maka haram. Dasar anjuran memperindah suara ini diantaranya sabda Rasulullah berikut,
زَيِّنُوا الْقُرْآنَ بِأَصْوَاتِكُمْ
Artinya: Hiasilah Al Qur'an dengan suaramu. (HR Abu Dawud)
Ma'asyiral muslimīn a'azzakumullāh.
Demikian khutbah singkat yang bisa khatib sampaikan. Semoga kita semua selalu diberi spirit untuk membaca dan mengamalkan ajaran-ajaran Al-Qur'an dan kelak di hari akhir memperoleh syafaatnya.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ