PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan penanaman 29 spesies pohon langka endemik di area hutan Wikasatrian di Gadog, Jumat (8/3), kemarin. Kolaborasi keduanya dilakukan untuk mewujudkan pelestarian lingkungan.
Penanaman pohon langka endemik ini menjadi salah satu program utama keberlanjutan dalam memperingati Dirgahayu ke-64 WIKA. Pohon yang ditanam di antaranya Nenga Gajah J. Dransf atau Pinang Gajah yang berasal dari Pulau Sumatera dan Bombax Ceiba atau Randu Alas yang merupakan tanaman endemik Bali.
Direktur Human Capital Management WIKA Hadjar Seti Adji menyampaikan penanaman pohon langka endemik ini semakin menambah keanekaragaman hayati di Wikasatrian. Ini juga menegaskan posisi Wikasatrian sebagai pusat pelatihan kepemimpinan yang mengedepankan kearifan lokal sekaligus mempraktekan prinsip-prinsip keberlanjutan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"WIKA menyadari bahwa untuk dapat menciptakan bisnis secara berkelanjutan patut bertumpu pada penerapan ESG. Pelestarian hayati di kawasan ini yang semulanya hanya didasarkan pada niat baik dan kepedulian terhadap alam justru kemudian menjadi suatu nilai tambah. WIKA telah menjadikan Wikasatrian sebagai representasi implementasi nilai ESG di perusahaan sehingga target menjadi pioneer sekaligus terdepan dalam penerapan ESG di sektor konstruksi dapat diwujudkan. Dengan sendirinya, WIKA menjadi lebih siap untuk menyambut tren pembangunan berbasis ESG di masa depan," lanjut Hadjar.
![]() |
Sementara itu, Peneliti Pusat Riset Ekologi & Etnobotani BRIN Kusuma Dewi Sri Yulita mengungkapkan apresiasi atas kesediaan WIKA untuk menyediakan sebagian areanya menjadi konservasi eksitu sekaligus area penelitian untuk BRIN.
Yulita melanjutkan bahwa WIKA memiliki komitmen yang begitu kuat terhadap pelestarian alam, dengan demikian diyakini juga alam akan memberikan jasa yang baik kepada WIKA.
"Jadi saya pikir semoga ini terus berlanjut, kerjasamanya juga sinergis. Ini merupakan laboratorium hidup yang paling dekat dari BRIN secara eksitu dan masih nature," ujar Yulita
Selama ini, hutan seluas 14 hektar yang dikelola oleh Wikasatrian telah menjadi rumah bagi 703 jenis flora dan fauna termasuk 26 spesies flora endemik Jawa Barat yang dibiarkan tumbuh dan berkembang secara alami dengan potensi pengurangan karbon sebesar 800 ton CO2 per tahun.