Ramadan di Gaza akan terasa berbeda tahun ini. Sebab, masjid, yang biasa menjadi pusat kegiatan, hancur akibat serangan-serangan Israel.
"Mereka terbiasa melakukan kegiatan di masjid-masjid yang ada di Jalur Gaza selama Ramadan. Namun hari ini kegiatan seperti itu tidak akan bisa terlihat lagi di jalur Gaza. Dari 1.200 masjid yang ada di Gaza, hampir 1.000 itu hancur. Ada yang hancur keseluruhan, ada yang sebagian, ada yang tak bisa lagi digunakan," ujar Ketua Asosiasi Cendekiawan Palestina yang juga ulama Palestina, Nawaf Takrouri, di Menara Bank Mega, Jakarta Selatan (Jaksel). Ucapan Nawaf sudah diterjemahkan oleh seorang penerjemah.
Biasanya warga Gaza berkumpul bersama keluarga sepanjang Ramadan, terutama ketika momen berbuka puasa. Sayangnya, kali ini mereka sulit melakukan itu lagi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warga Gaza yang terus berguguran akibat serangan Israel makin bertambah setiap harinya. Hal ini membuat keluarga mereka tak komplet lagi.
"Hari ini, banyak keluarga yang ada di Gaza yang setengah keluarga mereka sudah tidak ada, sudah gugur, sudah terbunuh, ada yang 3/4 anggota keluarganya tidak ada lagi," jelas Nawaf.
Nawaf mengatakan baru bertemu dengan sahabat lamanya di Gaza. Sahabatnya itu bercerita sudah kehilangan kurang lebih 93 anggota keluarga.
"Ada yang tersisa dari keluarga itu (hanya) satu orang anak kecil saja, ini kondisi kemanusiaan yang terjadi di Gaza," terangnya.
Terakhir, Nawaf meminta dukungan masyarakat Indonesia. "Kami di Palestina tahu bagaimana kontribusi dan bagaimana sumbangan yang sangat besar dari Indonesia, mari terus lanjutkan dukungan untuk Palestina, tidak berhenti," tegas Nawaf.
Simak juga 'Biden: Harus Ada Gencatan Senjata di Gaza Selama Ramadan':