Kriminolog Bicara Teori Cinta Itu Buta di Balik Pembunuhan Indriana

Kriminolog Bicara Teori Cinta Itu Buta di Balik Pembunuhan Indriana

Lisye Sri Rahayu - detikNews
Senin, 04 Mar 2024 06:15 WIB
Dugaan Maladministrasi Saksi Kasus Novel Baswedan

Anggota dan juga TIm Investigasi Ombudsman Republik Indonesia Andrianus Meilala meninggalkan Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (25/1/2018). Kedatangan beliau untuk memastikan kepada penyidik Polda Metro Jaya terkait dugaan maladministrasi pada proses penyidikan terhadap salah satu saksi terkait kasus penyiraman air keras kepada saudara Novel Baswedan yang terjadi beberapa waktu lalu. Grandyos Zafna/detikcom
Adrianus Meiliala (Foto: Grandyos Zafna/detikcom)
Jakarta -

Indriana Dewi Eka Saputri (24) tewas di tangan pembunuh bayaran atas perintah DA dan DP. Pembunuhan ini diduga karena motif cinta segitiga.

Pria DA dan wanita DP merupakan sepasang kekasih. Sementara DA juga menjalin hubungan dengan korban Indriana. Kriminolog pun memberikan analisisnya mengenai kasus ini.

⁠"Dengan pelaku telah merencanakan pembunuhan, bahkan menyewa pembunuh bayaran, maka konteks 'tega' menjadi tidak relevan. Kekejaman mestinya sudah menjadi sesuatu yang dihitung sejak awal," kata Kriminolog dari Universitas Indonesia Adrianus Meliala kepada wartawan, Minggu (3/3/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam kasus pembunuhan ini, jasad korban sempat dibawa berkeliling oleh pelaku hingga dibuang di Banjar, Jawa Barat. Adrianus pun menyoroti hal tersebut.

⁠"Menariknya adalah setelah pembunuhan, korban tidak segera dibuang atau dikuburkan. Ini mengindikasikan pembunuh bayaran tadi bukanlah yang profesional dalam arti terbiasa melakukan kegiatan sampai tuntas, awal sampai akhir. Juga mengindikasikan bahwa tidak ada kejahatan yang sempurna, selalu ada kekurangan yang lalu menjadi pintu masuk bagi pengungkapan," katanya.

ADVERTISEMENT

Adrianus kemudian berbicara tentang teori cinta itu buta. Pelaku DA dinilai mengikuti kemauan DP untuk 'melenyapkan' korban sebagai syarat balikan.

"Teori yang bisa dipergunakan adalah teori 'cinta itu buta'. Konon, seorang yang jatuh cinta atau terlibat percintaan maka rasionalitasnya mati. Diganti dengan emosionalitas yang bisa berupa perilaku tidak kritis, ikut-ikutan dan tegaan. Itu terjadi pada si pria ketika mengikuti kemauan wanita," tutur dia.

Dari kasus ini, kata Adrianus, bisa dijadikan pembelajaran bahwa dalam kondisi apapun tidak boleh mematikan rasio atau pemikiran menurut akal sehat demi emosi.

"Pelajarannya adalah, dalam kondisi apapun, orang tidak boleh mematikan rasio demi emosi. Teori cinta itu buta kan pada dasarnya mengatakan, turutilah emosimu saja. Padahal, menuruti emosi itu hanya bagus untuk kerja kreatif, kerja seni dan kerja rohani. Sementara perilaku melanggar hukum itu hasil kerja otak di mana rasio yang dimainkan," kata Adrianus.

Kasus Indriana Tegas Gegara Cinta Segitiga

Mayar Indriana ditemukan di Banjar, Jawa Barat. Indriana diduga dibunuh oleh DP dan DA melalui seorang pria berinisial MR. Korban dibunuh diduga sebagai syarat dari DP kepada DP untuk balikan.

"Awal (DA) pacaran dengan DP, kemudian 7 bulan terakhir pacaran sama korban. Karena korban sering dugem, pelaku DA mau kembali lagi ke pacarnya yang ini (tersangka DP), tapi perempuan ini bilang 'saya nggak mau kalau dia masih ada di dunia ini'," kata Kanit 1 Ranmor pada Direktorat Kriminal Umum Polda Jabar AKP Luhut Sitorus.

"Terserah mau kau bunuh, mau apa, saya nggak mau dia ada di dunia ini," imbuh Luhut menirukan ucapan DP.

DA dan DP pun menyewa MR. MR dijanjikan dihadiahi Rp 50 juta untuk menghabisi nyawa Indriana.

MR pun melaksanakan tugas dari DA dan DP. Ia menjerat leher Indriana di dalam mobil Avanza hitam hingga korban kehabisan nafas.

Eksekusi itu berlangsung di Bogor, Jawa Barat. Karena tak ingin meninggalkan jejak, akhirnya mayat Indriana dibawa dengan mobil keliling Jawa Barat hingga akhirnya jasad korban dibuang di Banjar.

Lihat juga Video 'Kesaksian Tetangga Kos Wanita yang Tewas Dibunuh di Tambora':

[Gambas:Video 20detik]

(lir/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads