3 Curhatan Ibu Korban Bullying di SMA Internasional

3 Curhatan Ibu Korban Bullying di SMA Internasional

Tim detikcom - detikNews
Sabtu, 02 Mar 2024 20:05 WIB
Close up compassionate young foster parent holding hands of little kid girl, giving psychological help, supporting at home. Sincere different generations family sharing secrets or making peace.
Foto: Ilustrasi (Getty Images/iStockphoto/fizkes)
Jakarta -

Kasus perundungan atau bullying di SMA internasional menyeret 12 siswa sebagai tersangka, atau 'anak berhadapan dengan hukum' (istilah dalam sistem peradilan anak-red). Korban yang merupakan siswa junior dari para pelaku disebut tak hanya mengalami luka fisik, namun juga psikis.

Orang tua korban, W, bersyukur atas langkah polisi yang telah menetapkan para pelaku sebagai 'anak berhadapan dengan hukum'. Dia pun menceritakan dampak pem-bully-an yang terjadi pada anaknya.

W berharap teman-teman anaknya berkunjung. W berharap anaknya lebih banyak berbicara jika dikunjungi teman-teman sebayanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut tiga curhatan W soal kondisi anaknya, seperti dirangkum detikcom pada Sabtu (2/3/2024):

1. Korban Menyendiri dan Menangis

ADVERTISEMENT

W mengatakan anaknya kini suka menyendiri. Tak hanya itu, W menuturkan sang anak nampak sedih.

"Kondisi anak saya membaik, luka-luka sudah mulai kering, sudah sembuh. Memar-memar sudah mulai hampir tak terlihat," kata W di kawasan Serpong, Tangerang Selatan, Jumat (1/3).

"Tapi kadang-kadang dia akan merasa pada saat sendiri dia saatnya dia pengin menangis. Ada saatnya dia ingin kunci pintu ke kamar," tambahnya.

W mengatakan telah meminta tolong kepada teman korban untuk berkunjung. Sebab, korban akan lebih banyak bicara dan bercanda ketika kedatangan temannya.

"Terus saya minta tolong ke beberapa temannya untuk datang. Biasanya kalau Sudah ada teman dia ngerasa lebih punya teman buat lebih bicara, bercanda gitu ya. Ketika ada temannya dia bercanda seperti biasa, bicara gitu kan," ujarnya.

2. Korban Merasa Diserang di Medsos

Dia mengatakan selama ini yang membuat anaknya tertekan adalah serangan di media sosial. W mengungkap banyak serangan yang ditujukan kepada anaknya melalui media sosial.

"Gitu, 'Kok nggak ada yang percaya sama aku?'," ujar W menirukan kalimat korban kepada dirinya.

W menuturkan anaknya mengaku diolok-olok oleh teman para pelaku. "Lebih, 'Kenapa aku di kata-katain sama teman-temannya mereka (di media sosial-red), sama mereka. Itu sih yang ada di pikiran anak saya sekarang," sambung W yang menirukan ucapan anaknya.

3. Alasan Anak Masuk Geng

W menceritakan alasan anaknya ingin bergabung geng tersebut, yakni ada kebanggaan tersendiri. W, menurut keterangan anaknya, menyebut keberadaan geng di sekolah anaknya itu sudah lama.

"Anak muda itu untuk gaya-gayaan aja sih, oh ini WIG (tempat berkumpul) itu famous, lebih ke kalau masuk WIG itu wow, semua orang itu minggir deh," ujar W.

"Kenakalan-kenakalan remaja yang kita tahu sebenarnya itu buat saya tidak masalah. Sementara kenakalan itu ada yang wajar dan ada yang kurang ajar. Kalau sudah kekerasan ini orang tua mana yang tidak marah," tambah dia.

W menyampaikan pengakuan korban yang tak tahu proses masuk geng tersebut sampai pada tindak kekerasan. W menyebut yang anaknya ketahui adalah dia akan ditatar dengan sejumlah pertanyaan dan perintah yang iseng.

"Jadi saya tanya, 'Kamu tahu tidak akan ditatar seperti itu?', 'Aku tahu akan ditatar, aku tidak tahu kalau sekaget ini'. Dia tahunya hanya ditanya-tanya, cuma disuruh gombalin," pungkas W.

(aud/aud)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads