Tahun kabisat terjadi 4 tahun sekali. Dalam tahun kabisat jumlah harinya ada 366 hari, yakni bertambah satu hari pada bulan Februari sehingga total menjadi 29 hari. Biasanya hanya ada 365 hari dalam satu tahun dan 28 hari pada bulan Februari.
Lantas, apa penyebab terjadinya tahun kabisat setiap 4 tahun sekali? Kenapa penambahan 1 hari kabisat terjadi pada bulan Februari? Bagaimana asal mula penghitungan tahun kabisat? Untuk mengetahuinya, simak penjelasannya berikut ini:
Penyebab Tahun Kabisat Terjadi 4 Tahun Sekali
Penyebab terjadinya tahun kabisat setiap 4 tahun sekali adalah berdasarkan penghitungan lamanya waktu peristiwa revolusi Bumi terhadap Matahari. Seperti dilansir situs Space Place NASA, revolusi Bumi mengorbit Matahari memerlukan waktu sekitar 365,25 hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut situs LAPAN, dalam satu tahun sejatinya tidak persis jumlah harinya ada 365 hari. Tepatnya dalam satu tahun jumlah harinya ada 365 hari lebih sekitar 5 jam dan 48 menit. Sisa waktu tersebut diakumulasikan 4 tahun sekali kemudian dibulatkan menjadi satu hari.
Hal tersebut untuk mengkompensasikan sisa waktu yang terjadi akibat revolusi Bumi mengelilingi Matahari tersebut. Sehingga dalam 4 tahun sekali sisa waktu dibulatkan menjadi 1 hari yang kemudian ditambahkan atau disisipkan pada bulan Februari di tahun kabisat.
Alasan Kenapa Hari Kabisat pada Bulan Februari
Menurut beberapa sumber, penambahan satu hari kabisat pada bulan Februari karena bulan Februari memiliki jumlah hari yang lebih sedikit dibandingkan bulan-bulan lainnya. Biasanya bulan Februari berjumlah 28 hari, pada tahun kabisat bulan Februari berjumlah 29 hari.
Selain itu, ada beberapa sejarah yang menjelaskan tentang asal mula penghitungan tahun kabisat yang terjadi setiap 4 tahun sekali dengan penambahan 1 hari pada bulan Februari. Mengutip dari situs Britannica, gagasan menambahkan satu hari kabisat dalam kalender Gregorian telah ada selama ribuan tahun silam.
Sejarah Asal Mula Penghitungan Tahun Kabisat
Dimulai dari masa Ptolemeus III Euergetes yang pernah mencoba menambahkan satu hari dalam kalender melalui penghitungan kabisat, tetapi gagal. Kala itu, untuk menerapkan skema semacam itu berlangsung pada abad ke-3 sebelum masehi (SM), dan telah disempurnakan dari waktu ke waktu.
Kemudian pada tahun 46 SM, kalender Julian memperkenalkan hari kabisat setiap 4 tahun sekali. Namun, sistem kalender yang diperkenalkan oleh Julius Caesar itu dianggap memiliki masalah dari segi penghitungan yang digunakannya dan menyebabkan perbedaan pendapat selama beberapa abad.
Selanjutnya, diperkenalkanlah sistem kalender Gregorian untuk menyempurnakan sistem kalender Julian. Adanya kalender Gregorian ini mereformasi konsep penghitungan tahun kabisat. Menurut situs History, kala itu terjadi pada abad ke-16 atau tepatnya pada tahun 1582
Kala itu, sistem kalender Julian dianggap menjadi masalah bagi pihak Gereja karena menyebabkan tanggal Paskah menyimpang. Paus Gregorius XIII pun menugaskan pembuatan kalender Gregorian dan menambahkan satu hari yang hanya ada pada tahun yang habis dibagi 400 atau 4 (kabisat).
(wia/imk)