Ungkapan syukur disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait situasi politik Indonesia yang tetap stabil meskipun kondisi geopolitik dunia yang kurang baik. Kondusivitas politik dalam negeri ini membuat industri perekonomian dalam negeri makin bertumbuh.
Hal itu disampaikan Jokowi saat menyampaikan sambutan dalam Pertemuan Industri Jasa Keuangan 2024 di Hotel St Regist, Jakarta, Selasa (20/2/2024). Jokowi mulanya berbicara mengenai kekhawatiran para pelaku bisnis terkait situasi politik yang memanas menjelang Pemilu 2024.
"Saya tahu bahwa banyak para pelaku bisnis yang kemaren masih menunggu pemilu. Wait and see karena khawatir dengan politik yang memanas menjelang pelaksanaan pemilu," kata Jokowi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jokowi bersyukur pada akhirnya pemilu berjalan lancar. Menurutnya, masyarakat riang gembira berbondong-bondong ke TPS.
"Tetapi sekarang alhamdulillah pemilu berjalan dengan lancar, masyarakat berbondong-bondong ke TPS juga dengan riang gembira, dan kita harapkan arus modal masuk investasi sehabis pemilu ini bisa bergerak lebih meningkat dan lebih baik lagi," ujarnya.
Situasi Indonesia Kondusif
Jokowi lantas mengatakan geopolitik global kini kurang baik. Sebab, beberapa negara masih mengalami konflik. Namun yang terpenting, menurut Jokowi, kondisi politik Indonesia masih terbilang stabil.
"Tapi kita melihat bahwa geopolitik global masih tetap kurang baik, kurang kondusif. Kita lihat perang juga masih berjalan di Ukraina, di Gaza, tapi yang paling penting politik negara kita, politik dalam negeri kita stabil," ucapnya.
Jokowi menyebutkan hal itu akan membuat para pelaku usaha lega. Dia berharap sektor industri bangkit dan terus mendukung pertumbuhan ekonomi.
"Dan pastinya ini melegakan para pelaku industri keuangan dan membangkitkan industri keuangan yang semakin kokoh untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan," ujarnya.
Dunia Tak Baik-baik Saja
Kondisi dunia yang sedang tidak baik-baik saja ini memang sering diwanti-wanti Jokowi dalam berbagai kesempatan. Para pejabat pemerintahan juga kerap menegaskan kembali pernyataan Jokowi itu untuk mengingatkan betapa pentingnya kesiapan Indonesia dalam menghadapi situasi yang tidak menentu.
Pada Rabu (14/2), Menko Perekonomian Airlangga Hartarto juga menyinggung soal kondisi ekonomi dunia yang menjadi tantangan. Dia menyebutkan pertumbuhan ekonomi dunia masih akan turun.
"Dunia tidak baik-baik saja. Jadi pertumbuhan ekonomi global masih akan turun," kata Airlangga.
Meski begitu, menurutnya, harga komoditas akan tetap stabil. Karena itulah, dunia tidak akan mengalami gejolak sebesar pada saat pandemi COVID-19 melanda.
Di samping itu, Airlangga mengatakan ekonomi domestik terbilang dalam kondisi kuat. Apalagi dengan adanya pemilu, ekonomi menguat didorong konsumsi masyarakat yang meningkat.
"Kita lihat dari kuartal IV kemarin yg dalam laporan 5,05 PMTB (pembentukan modal tetap bruto) naik. Terutama untuk belanja yang nonrutin. Itu terkait pemilu," ujarnya.
Sementara dari sisi pertanian sendiri, musim panen di Indonesia telah mundur 2 bulan. Hal ini menjadi salah satu penyebab panen beras yang seharusnya terjadi pada Maret-April, malah mundur bahkan hingga April-Juni. Kondisi inilah yang membuat pemerintah memutuskan untuk melakukan impor.
Lebih lanjut, Airlangga juga optimistis aliran investasi akan mengalir lebih kencang pada 2024 ini. Hal ini didorong dengan kondisi pemilu kali ini yang menurutnya berjalan aman dan damai sehingga meningkatkan kepercayaan investor luar kepada RI.
"Dengan demikian, confident (investor) ke Indonesia menjadi tinggi dan Indonesia dianggap bahwa Indonesia negara yang bisa dijaga pemerintahnya dengan pemilu. Dan pemilu akan menghasilkan juga," katanya.
"Harapannya parlemen yang baru, dengan komposisi baru yang juga menjadi check and balance terhadap pemerintah ke depan," pungkasnya.
Jepang dan Inggris Resesi
Situasi dunia yang tidak menentu itu diperparah dengan adanya resesi yang menimpa sejumlah negara maju beberapa waktu belakangan ini, termasuk di antaranya Jepang, Inggris, serta sejumlah negara di Eropa. Menkeu Sri Mulyani mengatakan tahun ini sejumlah lembaga dunia sudah menyampaikan kinerja perekonomian negara-negara maju akan cukup tertekan karena kenaikan suku bunga di berbagai negara cukup tinggi dalam waktu yang sangat singkat.
Dia mengatakan kondisi ini akan mendatangkan tantangan tersendiri bagi lingkungan global. Di sisi lain, menurutnya negara-negara yang disebutkan mengalami resesi tersebut memang sedang berada dalam kondisi lemah.
"Negara-negara maju seperti yang tadi disebutkan, yang mengalami resesi, ya memang mereka sudah cukup lemah," kata Sri Mulyani di The St. Regist Jakarta, Selasa (20/2/2024).
Menurutnya, pelemahan ini terjadi salah satunya didorong sejumlah kondisi geopolitik global yang menyebabkan ekonomi ikut goyang. Salah satunya ialah perang Rusia-Ukraina.
"Entah karena perang di Ukraina yang memengaruhi, terutama Eropa, tapi juga Jepang dan Eropa secara general juga akan terpengaruh oleh kebijakan ekonomi, terutama suku bunga naik," ujarnya.
Oleh karena itulah, menurutnya kondisi ini sedikit banyak mempengaruhi kinerja ekonomi dari negara-negara tersebut. Hal ini pun pada akhirnya juga berimbas ke proyeksi dan outlook ekonomi banyak negara, terutama negara G7 yang cenderung melemah.
Optimisme Indonesia
Kendati kondisi global sedang tidak baik-baik saja, optimisme perekonomian Indonesia yang bakal terus tumbuh digaungkan oleh sejumlah pihak. Ketua OJK Mahendra Siregar mengatakan pelaksanaan pesta demokrasi Pemilu 2024 yang berjalan lancar menjadi modal pertumbuhan Indonesia dan stabilitas industri jasa keuangan.
Mahendra mengatakan, dalam Pemilu dan Pilpres 2024, jumlah pemilih terdaftar mencapai 204,8 juta orang, dengan jumlah pemilih mencapai 80% atau 164 juta pemilih. Menurutnya, angka ini jauh lebih besar dibandingkan dengan negara-negara lain.
"Dengan begitu Indonesia bukan lagi negara demokrasi terbesar ke-3 di dunia tetapi negara demokrasi presidensial terbesar di dunia. Selain itu, Pilpres Indonesia dilakukan terbuka dan langsung, dibandingkan AS yang dilakukan electoral college atau perwakilan negara bagian," kata Mahendra dalam acara Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) 2024 di The St. Regist Jakarta, Selasa (20/2/2024).
Oleh karena itu, menurutnya, Indonesia harus memanfaatkan hal ini untuk mendorong mobilitas pembangunan ekonomi nasional dan stabilitas jasa keuangan. Ditambah lagi, menurutnya, Indonesia saat ini sudah tidak dalam kondisi wait and see seperti sebelum pemilu.
"Indonesia tak dalam periode wait and see seperti yang kerap didengungkan sebelum pemilu," ujarnya.
"Harapan kita semua, Pak Presiden, Pak Wapres, beserta Kabinet Indonesia Maju, DPR, DPD, seluruh masyarakat menjadikan momentum luar biasa untuk sprint sampai akhir, berlari cepat ke finis gemilang di penghujung presidensi, Pak Presiden dan masa tugas legislatif," sambungnya.
Menurut Mahendra, perekonomian dunia 2024 diawali optimisme pasar bahwa berbagai kebijakan yang dilakukan telah menurunkan ketidakpastian sehingga ekonomi global diperkirakan mampu menghindari resesi.
"Namun berbagai downside risk masih mewarnai ekonomi. Terutama biaya pinjaman beban utang, lemahnya permintaan, serta divergensi pemulihan di negara-negara besar dunia," ujarnya.
Selain itu, berbagai faktor risiko geopolitik dan potensi perubahan konstelasi politik dari berbagai pemilu negara-negara besar lainnya menjadi unknown variable yang menurutnya perlu dicermati.
"Akibatnya, proyeksi pertumbuhan dunia diperkirakan melambat di tahun ini," imbuhnya.
Di lain pihak, sejalan kinerja positif Indonesia pada 2023, Mahendra menilai sektor jasa keuangan tumbuh positif ditopang sektor permodalan yang kuat, likuiditas memadai, dan profil risiko yang terjaga. Dari aspek intermediasi, kredit dan piutang pembiayaan tumbuh double digit, dengan risiko kredit yang relatif terkendali.
(knv/fjp)