BRIN Sebut Puting Beliung Rancaekek Akibat Lahan Hijau Jadi Kawasan Industri

BRIN Sebut Puting Beliung Rancaekek Akibat Lahan Hijau Jadi Kawasan Industri

Rakhmad Hidayatulloh Permana - detikNews
Jumat, 23 Feb 2024 15:29 WIB
Kondisi kerusakan di Kampung Pangsor, Desa Nanjung Mekar, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung
Kondisi beberapa rumah terdampak angin puting beliung di Rancaekek (Yuga Hassani/detikJabar)
Jakarta -

Fenomena puting beliung kencang terjadi di daerah Rancaekek, Bandung, pada 21 Februari lalu. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap fenomena ini disebabkan oleh alih fungsi lahan hijau.

Profesor Riset Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Eddy Hermawan mengungkap penyebab terjadinya puting beliung kencang ini. Dia menjelaskan Rancaekek merupakan kawasan yang terletak nyaris di tengah-tengah Pulau Jawa bagian barat.

Kawasan ini semula merupakan kawasan hijau, yang ditandai dengan banyaknya pepohonan. Artinya, lingkungannya masih relatif bersih. Kini kawasan ini telah beralih fungsi, yang semula hijau berubah menjadi kawasan industri. Kawasan seperti ini biasanya rawan diterjang pusaran angin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dengan kata lain, terjadi perubahan tata guna lahan yang semula hutan jati kini berubah menjadi hutan beton," kata Eddy dalam keterangan tertulisnya yang dikutip dari laman resmi BRIN, Jumat (23/2/2024).

ADVERTISEMENT

Menurut Eddy, industri banyak menghasilkan gas emisi. Gas ini tidak dapat leluasa kembali ke atmosfer akibat efek rumah kaca. Dengan lama penyinaran matahari (LPM) lebih dari 12,1 jam, kawasan ini sangat panas pada siang hari dan relatif dingin pada malam hari.

Lebih lanjut, dia menjelaskan perbedaan suhu antara malam dan siang sangatlah besar. Tanpa disadari, kawasan ini tiba-tiba berubah menjadi kawasan bertekanan rendah. Kondisi seperti ini dimulai sejak 19 Februari 2024.

Proses ini terjadi agak lama, sekitar 24-48 jam. Diawali dengan pembentukan bayi awan-awan cumulus (dikenal sebagai Pre-MCS). Kemudian lambat laut membesar membentuk kumpulan awan-awan cumulonimbus (Cb) yang siap untuk diputar hingga membentuk pusaran besar, dikenal sebagai puting beliung.

"Walaupun mekanisme agak kompleks untuk dijelaskan secara rinci, dugaan kuat pusaran ini terjadi akibat adanya pertemuan dua massa uap air, dari arah barat dan timur, lalu diperkuat dari arah selatan Samudra Indonesia. Ketiganya berkumpul di satu kawasan yang memang telah mengalami degradasi panas yang cukup tajam," jelas Eddy.

Dia juga mengingatkan pentingnya menjaga lingkungan. Salah satunya dengan memperbanyak menanam pepohonan.

"Puting beliung tidak bisa kita cegah (kita redam), namun tanda-tanda kehadirannya bisa kita lihat, mulai langit mulai gelap, kecepatan angin permukaan meningkat, suhu udara panas terik di siang hari, namun tiba-tiba mendingin di malam hari, dan lainnya," tuturnya.

Simak juga Video: Beda Pandangan soal Tornado atau Puting Beliung di Rancaekek

[Gambas:Video 20detik]



Hasil Analisis Awal

Sementara itu, peneliti senior BRIN, Didi Satiadi, menjelaskan hasil analisis awal menunjukkan penyebab puting beliung diduga konvergensi angin dan uap air di daratan wilayah itu. Konvergensi terjadi pada sore hari.

Kondisi ini menyebabkan pertumbuhan awan cumulonimbus yang sangat cepat dan meluas. Proses pembentukan awan membebaskan panas laten yang selanjutnya meningkatkan updraft (aliran udara ke atas).

"Sebaliknya, updraft yang semakin kuat akan menumbuhkan lebih banyak awan. Siklus umpan balik positif ini menyebabkan updraft menjadi semakin kuat dan dapat berputar karena adanya windshear (perbedaan arah/kecepatan angin). Kolom udara yang berputar semakin kuat dapat mencapai permukaan tanah dan menghasilkan puting beliung," kata Didi.

Sementara itu, Kepala Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Albertus Sulaiman menjelaskan hal yang sama, angin puting beliung merupakan fenomena yang menarik dan masih merupakan buku terbuka karena sifatnya yang unik, terjadi di ekuator.

Pusat Riset Artifisial Inteligen BRIN telah mengembangkan algoritma pengenalan pola dari foto dan video. Penggabungan hasil pengenalan pola dan model deterministik (fluid dynamics) dapat digunakan untuk lebih memahami mekanisme pembentukan dan dinamika angin puting beliung dengan baik.

"Kerja sama antardisiplin ilmu dan partisipasi masyarakat diharapkan mempercepat pemahaman kita tentang angin puting beliung sehingga deteksi dini, mitigasi, dan adaptasi dapat dilakukan," ujarnya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads