Cap Go Meh merupakan salah satu rangkaian dari perayaan Tahun Baru Imlek. Cap Go Meh dirayakan lima belas hari setelah Imlek. Cap Go Meh juga kerap disebut juga sebagai perayaan Festival Lampion atau Hari Raya Lampion.
Lantas, kenapa Cap Go Meh juga disebut sebagai Festival Lampion atau Festival Lentera atau Hari Raya Lampion? Bagaimana asal usul sejarah di balik perayaan Cap Go Meh yang dirayakan identik dengan menyalakan lampion?
Cap Go Meh Disebut Festival Lampion
Perayaan Cap Go Meh yang sering diwarnai dengan lampion menjadi alasan mengapa Cap Go Meh juga dikenal sebagai Festival Lampion atau Festival Lentera atau juga Hari Raya Lampion. Perayaan Cap Go Meh biasa diisi dengan pawai lampion hingga ditutup dengan pelepasan lampion.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti dilansir situs resmi Indonesia Baik, bagi masyarakat Tionghoa dan keturunannya, lampion dianggap menggambarkan simbol untuk menerangi masa depan. Asal kata "Lampion" sendiri adalah dari bahasa Mandarin "Denglong" yang artinya "Menerangi.
![]() |
Makna Lampion di Perayaan Cap Go Meh
Menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa, lampion juga dianggap sebagai wujud permohonan dan pengharapan atas masa depan yang lebih cerah. Selain itu, memasang lampion saat perayaan Cap Go Meh dipercaya dapat membawa kebaikan serta keberuntungan.
Cap Go Meh artinya malam ke-15 (Cap Go artinya lima belas dan Meh artinya malam). Cap Go Meh dirayakan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas berkah yang diberikan sekaligus harapan agar musim berikutnya memperoleh yang lebih baik.
Mengutip dari situs resmi Kemenag, perayaan Cap Go Meh dikenal sebagai perayaan puncak sekaligus penutupan tahun baru, atau penutup dari rangkaian Tahun Baru Imlek. Cap Go Meh biasa diisi dengan kegiatan berpawai, arak-arakan pertunjukan barongsai hingga festival lampion.
Sejarah Awal Mula Perayaan Cap Go Meh
Menurut informasi yang dilansir situs resmi Portal Informasi Indonesia, sejarah perayaan Cap Go Meh diketahui berawal dari sebuah ritual penghormatan kepada Dewa Thai Yi. Perayaan itu berlangsung sejak pada masa pemerintahan Dinasti Han pada abad 17 silam.
Kala itu, Cap Go Meh dilaksanakan secara tertutup di kalangan istana dan para raja. Hingga akhirnya ketika masa pemerintahan Dinasti Han berakhir, perayaan Cap Go Meh mulai dikenal masyarakat umum dan dirayakan secara lebih luas oleh berbagai kalangan.
Seiring perkembangan zaman, tradisi perayaan Cap Go Meh kemudian terbawa sampai ke berbagai negara melalui akulturasi dari masyarakat Tionghoa peranakan. Perayaan Cap Go Meh di berbagai tempat digelar dengan festival lampion, barongsai, dan menyajikan aneka kuliner hasil akulturasi.
Simak juga 'Melihat Persiapan Jelang Perayaan Cap Go Meh di Palembang':