Dalam dialog yang digelar di Hotel Gino Feruci, Cianjur, Kamis (8/2) dengan sekitar 50 orang pelajar dan mahasiswa, Syarief menegaskan hak memilih dalam pemilu hanya bisa digunakan pemilih bersangkutan dan tidak bisa diwakilkan kepada orang lain.
"Jadi kalau semua generasi milenial ikut memilih dalam Pemilu 2024 maka generasi milenial mempunyai perhatian dan kepedulian terhadap nasib bangsa dan negara Indonesia ke depan," kata Syarief dalam keterangannya, Jumat (9/2/2024).
Ia menuturkan generasi milenial merupakan kelompok pemilih terbesar dalam Pemilu 2024. Bahkan, jumlah pemilih milenial dalam Pemilu 2024 mencapai 56 persen dari seluruh pemilih yang berjumlah sekitar 205 juta orang.
"Jadi masa depan Indonesia ditentukan kalangan generasi milenial saat ini," tuturnya.
Dengan potensi itu, Syarief Hasan meminta generasi milenial mempersiapkan diri menjadi pemimpin di masa depan.
"Gunakan kesempatan dan peluang ini sebaik-baiknya untuk mempersiapkan diri menjadi pemimpin di masa depan, bisa menjadi pemimpin di tingkat nasional maupun daerah sampai di tingkat paling bawah. Jadi siapkan diri Anda untuk menjadi pemimpin di masa depan," terang Anggota DPR dari Daerah Pemilihan Kabupaten Cianjur dan Kota Bogor ini.
Syarief meyakini kalangan generasi milenial bisa berperan lebih besar mengingat salah satu ciri dari kalangan milenial adalah sikap pantang menyerah. Ia menyebut anak-anak muda lebih mudah bangkit dan cepat move on untuk meraih cita-cita.
"Sikap pantang menyerah ini agar dijaga dan dipertahankan sehingga menjadi bekal untuk mempersiapkan diri menjadi pemimpin di masa depan," pinta mantan Menteri Koperasi dan UKM pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2009-2014 ini.
Syarief Hasan juga meminta generasi milenial mengajak teman-temannya berpartisipasi dalam Pemilu 2024. Ia menjelaskan Pemilu 2024 ini menggunakan sistem terbuka.
Calon anggota legislatif (Caleg) untuk DPR, DPD, dan DPRD tertera dalam surat suara sesuai dengan nomor urut caleg bersangkutan. Di bilik suara, lanjutnya, pemilih dapat mencoblos caleg yang dikehendaki untuk menjadi wakil di lembaga legislatif. Pemilih pun juga mencoblos pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang ada di kertas suara.
"Siapa yang terpilih adalah caleg dan pasangan capres-cawapres yang mendapat suara terbanyak," tuturnya.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan pertemuan ini membahas berbagai isu terkait kenegaraan, seperti Pemilu 2024, kewenangan lembaga negara DPR dan MPR, hingga masalah-masalah lainnya yang dihadapi para milenial seperti pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya.
Syarief menyebut bila milenial tidak berpartisipasi dalam pemilu atau tidak menggunakan hak pilihnya, maka milenial tidak boleh komplain atau menyatakan ketidakpuasan terhadap jalannya pemerintahan nanti. Sebaliknya, jika milenial menggunakan hak pilihnya, mereka bisa melakukan komplain setiap saat terhadap lembaga legislatif dan pemerintah.
"Dalam negara demokrasi, untuk menyampaikan ketidakpuasan atau protes itu diatur dalam undang-undang. Menggunakan hak pilih dalam pemilu dan menyampaikan ketidakpuasan atau protes ini juga menjadi salah satu bagian dari tanggung jawab sebagai generasi milenial," pungkas Wakil Ketua MPR dari Fraksi Partai Demokrat ini. (akn/ega)