Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (HNW) merasa prihatin terhadap kesejahteraan para guru, termasuk ustadz-ustadzah para guru pengajar Al-Qur'an. Sebab pendapatan yang diperoleh dari mengajar Al-Qur'an masih jauh dari mencukupi.
Menurutnya, perjuangan dan pengabdian para guru Al-Qur'an tidak bisa dipandang sebelah mata. Sebab para guru memiliki kewajiban untuk mencerdaskan generasi muda. Namun di satu sisi guru mengaji masih belum sejahtera.
Hal tersebut diungkapkan olehnya usai kunjungan Forum Komunikasi Pendidikan Al-Qur'an (FKPQ) DKI Jakarta di Gedung Nusantara V Komplek MPR, Jakarta, Jumat (19/1/2024). Turut hadir dalam pertemuan tersebut Ketua FKPQ DKI Jakarta Ustadz Ade Syaefudin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada banyak jalur yang bisa digunakan untuk memberikan apresiasi kepada guru-guru Pendidikan Al-Qur'an. Tidak hanya dengan UU (Undang-Undang) atau mengubah UU, apalagi hanya mengandalkan aturan-aturan resmi yang dikeluarkan pemerintah daerah saja. Ada banyak kalangan, termasuk lembaga-lembaga zakat yang bisa diajak berkolaborasi, untuk memikirkan dan meningkatkan kesejahteraan guru mengaji, dan itu perlu dilakukan sesegera mungkin," kata HNW dalam keterangannya, Minggu (21/1/2024).
Dalam mengajarkan Al-Qur'an menurut HNW, di era tahun politik seperti sekarang ini, para guru tersebut juga penting mengajarkan nilai-nilai utama yang terkandung dalam Kitab Suci Al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang sangat relevan di tahun politik.
Adapun nilai-nilai yang perlu dipegang yakni iman, taqwa, amanah, dan ukhuwah, larangan menipu, berkhianat, berlaku dhalim, dan lain-lainnya yang kesemuanya sangat penting menjadi panduan kehidupan di era tahun politik.
"Di tahun-tahun politik seperti sekarang, nilai-nilai tersebut sangat penting. Berpolitik dengan iman, taqwa, dan ukhuwah tidak memecah belah, tidak khianat, tidak memfitnah dan tidak mengumbar hoax juga penting untuk diingatkan kembali oleh para guru Al-Qur'an kepada kita semua, agar pemilu yang sudah di depan mata, ini menjadi pesta demokrasi yang bermartabat," ujar HNW.
Menurutnya, sebaiknya para guru dan terlebih pemerintah DKI Jakarta bisa saling berkolaborasi untuk menghadirkan hak serta kewajiban masing-masing agar tujuan dalam bernegara bisa tercapai. Apalagi kolaborasi yang baik pernah dilakukan pada masa pemerintahan sebelumnya, tinggal meniru dan meneruskan saja. Bukan malah menghilangkan, hal-hal baik yang ada sebelumnya.
"Kita di parlemen tidak pernah capek mengusahakan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat termasuk para guru Al-Qur'an. Tetapi, belum semua keinginan itu bisa tercapai. Misalnya, keinginan meredistribusi anggaran Pendidikan sebesar 20 persen dari APBN agar menjangkau seluruh guru, tak terkecuali guru Al-Qur'an," jelasnya.
Sementara itu, Ustad Ade Syaefudin mengatakan perjuangan para pengajar Al-Qur'an ini sangat membanggakan. Dia menjelaskan mereka tetap melaksanakan tugasnya meski penghasilan yang diperoleh berupa 'Honda' (honor dari Allah) dan jauh di bawah pasukan orange. Beruntung banyak orang yang tidak membiarkan situasi tersebut dan ikut mengusahakan perbaikan meski tidak mengutarakannya secara terbuka.
Pada kesempatan tersebut, Ade Syaefudin mewakili para guru pendidikan Al-Qur'an juga berterimakasih atas perjuangan HNW yang telah mengusahakan bantuan dari Kementerian Sosial. Meski perjuangan tersebut tidak diketahui oleh para guru yang menerima.
"Sudah banyak yang Pak Hidayat usahakan untuk guru-guru Pendidikan Al-Qur'an. Harapan kami, Bapak tidak lelah terus membantu mewakili dan memperjuangkan aspirasi para guru, termasuk untuk memperoleh anggaran operasional yang memang sangat dibutuhkan lembaga Pendidikan Al-Qur'an," tutup Ustad Ade Syaefudin.
(ega/ega)