Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) RI M Herindra berbicara terkait sulitnya melakukan pengadaan alutsista baru ke produsen luar negeri. Herindra mengatakan, membeli alutsista baru membutuhkan waktu yang lama.
"Pesawat baru itu akan datang dan combat ready tujuh tahun yang akan datang. Oleh karena itu di saat tidak ada perang, maka kita gunakan untuk membangun kekuatan pertahanan negara," kata Herindra dalam keterangan tertulis yang diterima, Senin (15/1/2024).
Ia menyebut bahwa selama memimpin di Kementerian Pertahanan, Prabowo selalu mengadakan diskusi dengan TNI terkait performance prajurit, kebutuhan alutsista TNI dan pembangunan industri pertahanan dalam negeri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada beberapa yang harus segera kita perbaiki. Beberapa alat perang kita usianya sudah cukup tua. Untuk itu Kemhan terus berupaya keras agar performa TNI kita optimal. Kita akan berupaya untuk melakukan yang terbaik," ujar Herindra terkait tanggapannya terhadap pengadaan alutsista baru.
Senada dengan Herindra, Dirut PT Len Industri Bobby Rasyidin mengatakan sulitnya melakukan pengadaan alutsista. Dia menjelaskan, dari sisi teknis belum tentu alutsista yang dipakai negara NATO cocok dengan yang dimiliki TNI, oleh karena itu butuh waktu untuk mengumpulkan data dan informasi terkait spesifikasi teknis alutsista yang dibutuhkan.
"Kita harus paham spec tech dan operational requirement-nya. Dan untuk menggodok spec tech dan operational requirement ini, itu bukan hal sehari, dua hari, bisa 1-2 tahun. Pesawat apa yang cocok di Indonesia, ada nggak infrastruktur pendukungnya, ada nggak kru yang bisa langsung on board ke sana. Bagaimana kru pendukng dan karakteristik ancaman yang ada di Indonesia. Itu dipelajari semua, lahir lah spech tech dan operational requirement, itu take time," ucap Bobby.
"Apalagi kebijakan geopolitik Indonesia di tengah. kita non aliansi, non blok. Tidak gampang mau beli F35, saya punya uang dan seterusnya. Tidak se-simple itu. Kita butuh yang namanya power of diplomacy," sambungnya.
(dwia/dwia)