Pilkada Aceh (3)
Ketika GAM Menarik Dukungan
Selasa, 28 Nov 2006 08:12 WIB
Banda Aceh - Tiba-tiba Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang kini sudah berada dibawah naungan Komite Peralihan Aceh (KPA), menarik dukungan dari pasangan calon gubernur NAD, Humam Hamid dan Hasbi Abdullah. Padahal sebelumnya, KPA sudah bertekad bulat mendukung pasangan yang diusung PPP itu. Siapa yang untung dari situasi ini? Surat pernyataan penarikan dukungan itu langsung dibacakan oleh Ketua KPA, Muzakir Manaf. Selanjutnya, mantan panglima GAM ini menyebutkan, mereka akan netral, secara organisasi mereka tidak akan mendukung siapapun. Tapi mereka memperbolehkan masing-masing pribadi di KPA untuk punya pilihan.Humam tak mau berkomentar ketika dikonfirmasi wartawan tentang hal ini. "No comment," katanya lewat telepon kepada beberapa wartawan di Banda Aceh, Senin (27/11) sore kemarin. Sumber-sumber dari tim sukses Humam menyebutkan, hal tersebut tengah dibahas."Baru akan ada keputusan hari ini. Tapi saya belum bisa mengatakannya," kata sumber tersebut pada detikcom, Selasa (28/11/2006).Sayang, ketika Humam dimintai konfirmasi oleh detikcom, dia tidak mengangkat telepon genggamnya. Sementara itu, meski tak mau menyebut alasan penaraikan dukungan secara terang-terangan, beberapa sumber dari KPA menyebutkan, penarikan dukungan yang ditandatangani 18 perwakilan KPA seluruh wilayah di Aceh ini dilakukan agar suara GAM tak pecah pada Pilkada mendatang. Sebab, selain Hasbi Abdullah, orang GAM yang maju dalam Pilkada mendatang adalah pasangan Irwandi Yusuf dan Muhamad Nazar.Banyak pihak terkejut dengan keputusan KPA ini. Soalnya, akhir Agustus lalu, secara resmi KPA dan Majelis GAM memberikan dukungan pada pasangan Humam Hamid-Hasbi Abdullah yang lazim disebut H2O atau Humam-Hasbi Oke.Meski memberikan dukungan, Ketua KPA, Muzakir Manaf menegaskan bahwa secara institusi GAM tidak ikut Pilkada. "Tapi secara personal, GAM diperbolehkan untuk mencalonkan diri dan dicalonkan," katanya waktu itu dalam sebuah pertemuan di Wisma Daka, Banda Aceh.Dukungan yang dibacakan dalam sebuah pernyataan itu berujung polemik. Beberapa perwakilan KPA menolak jika disebut telah memberikan dukungan bagi pasangan yang didukung oleh PPP itu. Polemik itu sendiri timbul karena sebelumnya, pada bulan Mei, GAM telah bersepakat untuk tidak ambil bagian dalam Pilkada di Aceh, menyusul mundurnya Nashirudin bin Ahmad dari bursa calon gubernur dari kubu GAM.Bermula dari sebuah perhelatan akbar GAM, dibuatlah semacam konvensi. Dari beberapa nama yang dijagokan, terpilihlah pasangan calon gubernur dan wakil gubernur dari GAM, Nashirudin Ahmad dan Muhamad Nazar. Pasangan H2O, yang kala itu mengusung Hasbi Abdulah sebagai gubernur dan Humam sebagai wakilnya tak mendapat suara terbanyak. Hasbi Abdulah, yang pernah dipenjara di masa rezim Soeharto dan mendapat amnesty di masa kepemimpinan Presiden Habibie, merupakan orang-orang GAM dari kelompok tua. Sedangkan pasangan Nashirudin bin Ahmad dan Muhamad Nazar mewakili para kaum muda di GAM.Buntut isu pecahnya suara GAM ini mencapai klimaksnya pekan lalu. Meski belum ada pihak yang ditahan kepolisian, penyerangan rombongan H2O di kawasan Bireuen ditengarai dilakukan oleh para pendukung Irwandi Yusuf-Muhammad Nazar. Karena salah satu penyerang yang sempat memberikan pukulan mentah pada Humam menyebutkan, bahwa H2O telah memasuki wilayah Irwandi dan Nazar. Penyerangan yang berujung pada aksi pembakaran sejumlah atribut kapanye H2O dan pemukulan Humam itu, disebutkan Humam sudah dimaafkannya. Sayangnya, PPP tak sependapat. Partai yang terbilang punya suara banyak di Aceh ini, meminta pihak kepolisian menuntaskan masalah tersebut.Siapa yang UntungSituasi ini tentu saja tak menguntungkan di satu pihak dan menguntungkan di pihak lain. Karena, suara PPP bisa saja dicuri oleh pasangan Ghazali Abbas Adan-Salahudin Al fata. Ghazali merupakan kader PPP yang terbilang vokal ketika duduk sebagai anggota MPR RI. Selain itu, kesempatan ini tentunya tak disia-siakan calon lainnya, artinya, setelah penarikan dukungan GAM ini, H2O harus bekerja lebih keras lagi. Karena mereka harus berebut suara dengan Azwar Abubakar-Nasir Jamil dari kubu PKS dan PAN. Kemudian dari Partai Golkar, Malik Raden-Sayed Fuad Zakaria. Pasangan dari Partai Golkar ini disebut-sebut bakal mengantongi suara lumayan banyak. Sebab Golkar memiliki kantong suara yang cukup banyak di Aceh. Sebut saja Sabang, Aceh Tenggara, Aceh Singkil, Langsa, Aceh Timur, Aceh Tamiang, Gayo Lues dan Aceh Tengah. Daerah-daerah ini merupakan basis Golkar.Pasangan lainnya, Djali Yusuf-Syaukas Rahmatillah, Tamlicha Ali-Harmen Nuriqmar, Ikandar Hoesin- M.Saleh Manaf, boleh jadi tak menyia-nyiakan kesempatan untuk meraup suara dari situasi ini.
(ray/nvt)