Dua minggu berlalu sejak Nabilah Ramizah Putri punya kesibukan baru. Setiap Selasa dua setengah jam lamanya, mulai selepas dzuhur hingga jelang ashar ia bekerja sebagai barista paruh waktu di kedai Kopi Kamu, Jakarta Selatan.
Nabilah adalah satu dari tujuh penyandang down syndrome yang bekerja sebagai barista di Kopi Kamu. Ini adalah kolaborasi antara Kopi Kamu dan Yayasan Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome (POTADS) yang diresmikan pada 3 Desember 2023.
Kolaborasi ini tak bisa lepas dari sosok Ami Anwar, pemilik kedai Kopi Kamu. Sejak perjumpaan pertama Ami dengan POTADS tahun lalu, Ami sudah bertekad untuk mengajak kolaborasi barista-barista berbakat dari POTADS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada bulan Juli tahun 2022, itu kebetulan saya jadi panitia di suatu acara komunitas ekologi. Kebetulan waktu itu POTADS disponsori untuk mengisi salah satu stand di sana. Dan mereka di sana itu membuat stand kopi yang proper dan anak-anak yang mengoperasikan itu ada anak-anak dengan down syndrome. Lalu saya mengajak ngobrol salah satu pengurusnya di situ. 'Coba mampir ke tempat saya. Kalau kita bisa kolaborasi, ayo kita kolaborasi,' gitu," kenang Ami di program Sosok detikcom.
Ide Ami untuk berkolaborasi dengan barista down syndrome tak muncul begitu saja. Lebih dari 10 tahun berkecimpung di dunia usaha, Ami melihat bagaimana orang dengan disabilitas masih memiliki kesempatan yang minim untuk bekerja. Oleh karena itu, ia merasa tergerak untuk membuat perubahan.
"Ada perasaan keprihatinan pribadi. Karena, kita lihat sendiri di Indonesia ini, dunia usia itu belum membuka diri secara penuh untuk orang-orang dengan disabilitas. Kalau dalam hal ini, orang-orang dengan down syndrome. Udah ada Undang-undangnya padahal," tutur Ami.
Ami menyadari, saat mempekerjakan orang dengan disabilitas seperti down syndrome, Ami harus berkomitmen untuk menyesuaikan beberapa hal. Ia harus memastikan bahwa karyawan dengan down syndrome tetap merasa nyaman dan terakomodasi kebutuhannya. Hal ini berkaitan dengan rutinitas yang tidak boleh berubah, penyesuaian jam kerja, dan lain-lain.
Hingga akhirnya, Ami mampu mewujudkan tempat kerja yang nyaman bagi penyandang down syndrome. Menurut ibunda Nabilah, Ida H., Ami mampu merangkul semua barista down syndrome di Kopi Kamu tanpa terkecuali, termasuk kepada Nabilah.
"Ya, penyesuaiannya dengan anak-anak ini, mengerti aja dengan kondisi anak ini. Ini kan anak-anak kadang-kadang mood-nya suka turun naik. Jadi, perlu pendekatan, perlu kasih sayang, perhatian. Seperti kayak Bu Ami gitu kan. Dia kan sama anak-anak kita ini tuh merangkul benar. Jadi, mereka di sini jadi merasa nyaman dan semangat untuk kerja," terang Ida.
Tempat kerja yang nyaman dan rutinitas yang menyenangkan memberi dampak positif bagi para penyandang down syndrome di Kopi Kamu. Selain mengasah keterampilan dan mendapat penghasilan tambahan, ada rasa bangga yang tersemat pada diri mereka.
"Selama ini dia bekerja itu, dia tambah semangat, tambah percaya diri. Jadi, dia setiap ketemu saudara-saudaranya gitu, 'Aku udah kerja!' gitu. 'Di mana, Nabilah kerja?' 'Aku di kopi.' 'Di mana?' 'Di Kopi Kamu.' Dengan bangganya, dia itu memperkenalkan kalau dia itu bisa kerja," jelas Ida.
Lebih lanjut, sejak menjadi barista, Nabilah punya cita-cita baru. Ida bertutur, suatu saat nanti putrinya ingin membuka kedai minuman dengan resep-resep kesukaannya: kopi susu gula aren, minuman coklat hazelnut, serta minuman matcha.
"Nabilah mau punya kedai kayak gini? Nanti Nabilah yang jadi baristanya," tanya Ida pada putrinya.
"Mau, lah!" jawab Nabilah, senang.
Hal ini selaras dengan tujuan kolaborasi Ami dengan Yayasan POTADS. Ami ingin menciptakan lebih banyak ruang berkarya untuk penyandang down syndrome. Dengan demikian, ia berharap penerimaan masyarakat terhadap penyandang down syndrome semakin meningkat. Sehingga, penyandang down syndrome memiliki lebih banyak kesempatan di dunia kerja.
"Saya sangat mengharapkan kalau masyarakat dunia usaha pada khususnya, itu mau lebih open minded dan open-hearted, open-handed. Untuk memberikan kesempatan kepada orang-orang dengan disabilitas. Kalau, kita tidak mulai, siapa yang akan mulai? Kalau tidak sekarang, kapan?" pungkas Ami.
(nel/vys)