Tangguh barangkali adalah kata yang tepat untuk menggambarkan sosok Ketua DPP Partai Amanat Nasional, Zita Anjani. Hal ini melihat sepak terjang Zita yang juga Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta di dunia politik untuk menyuarakan pendidikan anak dan kesejahteraan masyarakat, terutama para guru.
Diketahui, lewat akun Instagram pribadinya Zita kerap mengunggah kepeduliannya pada masyarakat. Dalam sehari, ia bisa mengunggah belasan hingga puluhan Instagram Story yang berisi kegiatannya berdialog dengan masyarakat dan menemui tokoh politik.
Zita Anjani yang dikenal sebagai aktivis pendidikan, mengatakan pada awalnya memfokuskan diri untuk kesejahteraan guru dan pendidikan anak usia dini. Ia pun mengantongi gelar Diploma untuk Montessori Education dan mendirikan sekolah anak usia dini serta menginisiasi gerakan pendidikan gratis bagi guru PAUD/TK.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selanjutnya ia memilih terjun ke dunia politik, dengan gerbang pertama sebagai caleg Partai Amanat Nasional (PAN). Di usia 29 tahun kala itu, Zita berhasil menduduki jabatan Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta termuda sekaligus menjadi salah satu anggota parlemen perempuan di antara segelintir yang ada.
Zita mengatakan pilihannya untuk berkarier di politik semata-mata agar ia punya corong suara lebih besar untuk menyuarakan dedikasinya terhadap dunia pendidikan. Terlebih ia telah dikaruniai 3 orang anak yang saat ini masih duduk di usia sekolah. Baginya, masih banyak PR yang mesti dirampungkan terkait dunia pendidikan di Indonesia.
"Saya sangat mencintai dunia pendidikan, apalagi pendidikan anak usia dini. Dengan masuk ke badan legislatif, saya merasa lebih leluasa dan punya power untuk bergerak demi kemajuan dunia pendidikan dan kesejahteraan guru PAUD/TK," kata Zita dalam keterangan tertulis, Kamis (28/12/2023).
Oleh karena itu, ia ingin agar kiprahnya tak hanya dilihat dari kacamata politik saja, melainkan dari kacamata kepedulian terhadap pendidikan anak usia dini yang selama ini masih kurang diperhatikan.
Simak juga 'Saat Kelakar Zita Anjani soal Kaesang Masuk PSI: Kenapa Nggak ke PAN?':