Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninjau proyek pembangunan Moda Raya Terpadu (MRT) di Stasiun MRT Monas. Budi Karya terus mendorong pembangunan transportasi massal perkotaan di Jabodetabek.
"Dengan semakin banyaknya pilihan moda transportasi massal yang tersedia, diharapkan lebih banyak lagi masyarakat yang beralih menggunakan transportasi massal," kata Budi Karya dalam keterangan tertulis, Jumat (15/12/2023).
Pembangunan MRT fase 2 merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang merupakan kelanjutan dari pembangunan koridor utara-selatan fase 1, yang beroperasi sejak 2019. Pembangunan MRT fase 2 terbagi menjadi dua tahap, yaitu fase 2A dan 2B.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fase 2A menghubungkan Bundaran HI-Kota sepanjang 5,8 km, yang melewati tujuh stasiun bawah tanah, yaitu Thamrin, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, dan Kota. Sedangkan fase 2B terdiri atas dua stasiun bawah tanah, yaitu Mangga Dua dan Ancol serta satu depo di Ancol Barat, dengan total panjang jalur sekitar 6 km.
Adapun peninjauan itu dilakukan pada Jumat (15/12) siang. Jokowi sebelumnya mengatakan pembangunan MRT fase 2A (Bundaran HI-Monas) berjalan dengan baik. Dia menyatakan progres proyek tersebut melampaui target yang direncanakan.
"Dari target perencanaan 27 persen, sekarang sudah mencapai 28,4 persen. Lebih dari target, saya kira bagus," ujar Jokowi.
Dalam tinjauannya, Jokowi juga melihat terowongan dari Monas menuju Bundaran HI. Menurut Jokowi, proyek MRT bukan pekerjaan mudah karena harus dikerjakan di tengah keramaian Kota Jakarta.
"Waktu membuat terowongan juga bukan sesuatu yang gampang, tapi progresnya sudah di atas target," ucapnya.
Jokowi menargetkan MRT fase 2A dapat berfungsi pada 2027. Setelah fase 2A rampung, berikutnya proyek akan dilanjutkan dengan fase 2B (Kota-Ancol). Sementara itu, terkait dengan rencana pembangunan MRT dari timur ke barat, Jokowi mengatakan semuanya masih dalam proses dan akan segera diputuskan setelah melakukan perhitungan dan studi.
"Kalau kalkulasi studinya sudah rampung semua, langsung kita putuskan. Karena memang Jakarta membutuhkan transportasi massal yang terintegrasi, bukan sendiri-sendiri," ucapnya.
(eva/imk)