Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW) menghadiri pelantikan Pimpinan Pusat Ikatan Guru Raudhatul Athfal (IGRA) periode 2023-2028. Dia mengapresiasi guru-guru RA yang membentuk organisasi serta kepemimpinan tingkat nasional
Diketahui, RA merupakan lembaga pendidikan setingkat Taman Kanak-kanak yang menjadi binaan dari Kemenag. Adapun acara pelantikan berlangsung di Gedung Nusantara V Komplek MPR DPR, Kamis (14/12).
Anggota DPR RI Dapil Jakarta 2 meliputi Jakarta Pusat, Selatan dan luar negeri itu mengaku memahami perjuangan guru-guru raudhatul athfal. Menurut HNW, dirinya sejak kecil hidup di lingkungan Raudhatul Athfal, karena ibunya adalah guru di Raudhatul Athfal di Klaten Jawa Tengah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan HNW sendiri adalah alumni raudhatul athfal. Sebelum akhirnya melanjutkan pendidikan ke sekolah dasar, kemudian nyantri di Ponpes Gontor. Lalu mendapatkan beasiswa di Universitas Madinah selama 13 tahun, untuk menyelesaikan pendidikan sarjana, magister hingga doktor.
"Sekembalinya dari Madinah saya menjadi dosen di Pascasarjana UIN Syarief Hidayatullah Jakarta. Tak berselang lama saya terjun ke dunia politik dan terpilih menjadi ketua MPR termuda sepanjang masa, pada 2004. Sebagai alumni raudhatul athfal, saya akui bahwa kepribadian saya yang suka membaca, mudah berkomunikasi dan efektif berkolaborasi dengan lingkungan sekitar, saya dapat dari hasil pendidikan sejak di raudhatul athfal," ungkapnya dalam keterangannya, Jumat (15/12/2023).
Anggota Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera mengungkapkan prosesi pelantikan Pimpinan Pusat Ikatan Guru Raudhatul Athfal (IGRA) periode 2023-2028 adalah salah satu wujud penghormatan serta penghargaannya terhadap raudhatul athfal.
HNW menyebut ini adalah kali pertama Gedung MPR menjadi tempat pelantikan Pimpinan Pusat IGRA. Pada kesempatan tersebut, dia juga menyoroti soal peluang bonus demografi di RI menuju Indonesia Emas 2045. Menurutnya momentum ini harus dimanfaatkan oleh para guru RA untuk meningkatkan iman, takwa, dan akhlak mulia.
HNW mengatakan MPR sudah menghadirkan konstitusi yang memberi alas yang kuat dan sesuai dengan visi pendidikan di raudhatul athfal. Di sisi lain, DPR juga telah menyediakan payung hukum untuk madrasah dan pesantren sebagai lembaga pendidikan lanjutan dari pendidikan tingkat raudhatul athfal.
Namun, di sisi lain ia mengingatkan tantangan yang menyertai bonus demografi pada 2045. Seperti saat ini angka kasus stunting di Indonesia masih sangat tinggi yaitu lebih dari 21 %. Artinya, satu dari lima anak adalah penyintas stunting. Jumlah tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara dengan kasus stunting yang berada di atas target PBB, sebesar 13%.
"Kalau satu dari lima anak, itu ada di raudhatul athfal, itu artinya kita memiliki tantangan yang sangat besar. kita tidak bisa bayangkan bagaimana masa depan mereka. Apakah mereka bisa menjadi bagian dari bonus demografi positif atau negative. Apalagi rata-rata Intelligence Quotient (IQ) anak-anak Indonesia berada di angka 78 an itu termasuk peringkat terendah di Asia Tenggara. Belum lagi terjadinya darurat moral di Indonesia sebagaimana dinyatakan oleh Wapres Ma'ruf Amin. Ini semua jelas tantangan bagi dunia pendidikan sejak di level TK/raudhatul athfal," kata HNW.
Meski begitu, HNW mengajak para guru raudhatul athfal untuk tidak berkecil hati. Meski banyak tantangan yang harus dihadapi, menurutnya sekolah tingkat SLTA terbaik di Indonesia bukanlah sekolah negeri maupun sekolah non muslim, melainkan Madrasah Insan Cendekia. Masing masing Madrasah Insan Cendekia Serpong sebagai peringkat pertama dan Madrasah Insan Cendekia Pekalongan sebagai terbaik ke IV.
"Itu semuanya menjadi penyemangat agar Guru-guru Raudhatul Athfal makin optimis dan inovatif tingkatkan kualitas generasi Z dan Alpha, untuk Indonesia Emas 2045," pungkasnya.
(ega/ega)