Bagus Utomo dan Anggapan 'Gila' Bagi Penderita Skizofrenia

Sosok

Bagus Utomo dan Anggapan 'Gila' Bagi Penderita Skizofrenia

Nada Celesta - detikNews
Senin, 11 Des 2023 06:48 WIB
Jakarta -

Bagus Utomo tak akan lupa masa-masa yang dialaminya dan keluarga pada tahun 1995. Kala itu, sang kakak didiagnosa skizofrenia: sebuah gangguan kejiwaan kronis yang berhubungan dengan distorsi penilaian realitas.

Akses terbatas membawa Bagus menempuh jalan panjang menuju pemulihan kakaknya. Mulai dari ketersediaan obat yang terbatas hingga permasalahan soal stigma: pengidap skizofrenia dianggap gila.

"Stigma yang paling umum di masyarakat kita adalah stigma 'gila'. Jadi, ketika orang mengalami masalah kesehatan jiwa, dia jadi enggan atau malu untuk mencari pertolongan. Kemudian, stigma 'gila' ini juga dilekatkan kepada orang yang mengalami seakan-akan orang tersebut tidak akan punya harapan untuk pulih kembali," jelas Bagus di program Sosok detikcom.

Bagus dan keluarga pun mencoba membawa sang kakak berobat ke psikiater. Lambat laun, kondisi sang kakak terus membaik.

Pulihnya sang kakak menginspirasi Bagus untuk berbagi dengan mereka yang senasib dengannya. Bagus tak ingin ada keluarga-keluarga lain yang kesulitan mengakses informasi dan pengobatan untuk anggota keluarga yang menderita skizofrenia.

"Setelah kakak saya pulih, saya kalau tidur, saya berpikir bahwa saat saya bisa tidur enak ini, pasti ada keluarga lain yang sama seperti saya dulu. Anggota keluarganya marah-marah, teriak-teriak, dan dia jadi susah tidur, gitu," terang Bagus.

"Pada saat saya makan enak, mungkin ada keluarga yang terjebak di dalam rumahnya. Hanya untuk makan aja dia susah, gitu. Karena anggota keluarganya mengalami gangguan jiwa berat yang gejalanya mungkin menimbulkan agresivitas. Jadi saya pikir, ya saya harus, harus edukasi mereka lah untuk berobat," lanjutnya.

Bermula dari membuat situs web, kemudian merambah ke grup media sosial, Bagus berbagi kisah dengan ribuan pengidap skizofrenia dan keluarganya. Komunitas pun terbentuk. Bernama Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI), Bagus terus mengedukasi masyarakat mengenai kesehatan mental dan memerangi stigmanya.

Mulai bergerilya sejak 2009, Bagus pun memutuskan untuk mendaftarkan komunitasnya secara resmi pada 2015. Dengan nama Yayasan Peduli Skizofrenia, komunitas Bagus semakin kokoh bercokol. Hingga kini, anggota KPSI di grup online telah mencapai lebih dari 87 ribu orang.

Adapun kegiatan yang dilakukan KPSI juga semakin beragam. Mulai dari edukasi dan peer support untuk pengidap skizofrenia dan keluarga, beragam kegiatan seni seperti melukis dan membuat kerajinan, pembuatan konten edukasi di media sosial, hingga advokasi kepada pemerintah terkait akses kesehatan mental.

Meski terus berkembang, tak bisa dipungkiri, KPSI masih mengalami beberapa hambatan. Mulai dari soal pendanaan hingga terbatasnya sumber daya manusia.

"Tantangan utamanya sih memang kami keterbatasan dana, karena donatur kami sebagian besar masih dari keluarga dan orang dengan skizofrenia. Kemudian, sumber daya manusia. Saat ini, memang masih banyak orang dengan skizofrenia itu yang terlambat mendapatkan pengobatan. Sehingga, kami harus membantu dulu mereka untuk pulih, setelah stabil baru kita latih kembali kemampuan sosialnya. Jadi, perjalanannya memang suatu komitmen yang panjang, gitu," tutur Bagus.

Tak berkecil hati soal hambatan yang ada, Bagus dan KPSI terus berjuang. Ditambah lagi, perhatian masyarakat terkait isu kesehatan mental juga semakin tinggi. Hal inilah yang membuat Bagus merasa bahwa kerja kerasnya tak sia-sia.

"Saya kira ada perkembangan yang sangat menggembirakan di mana antusiasme masyarakat untuk mengenal isu kesehatan jiwa itu meningkat ya, khususnya pasca-pandemi. Kemudian, dengan adanya BPJS, akses terhadap layanan kesehatan itu jauh lebih mudah, apalagi sekarang obat-obatan yang bagus-bagus juga udah ter-cover," jelas Bagus.

Sekian lama menaungi KPSI, Bagus sedang dalam misi mencari penerusnya. Ia berharap, suatu saat nanti KPSI akan dipimpin dan dijalankan oleh orang dengan skizofrenia sendiri. Hal ini bukan tak mungkin, mengingat 70% pengurus KPSI adalah orang dengan skizofrenia.

Walaupun tak berniat untuk selamanya menjadi ketua KPSI, misi Bagus untuk memerangi stigma skizofrenia tak akan berhenti. Baginya, mengedukasi masyarakat soal isu ini adalah sebuah panggilan jiwa. Sebab, Bagus tak pernah berhenti berharap akan kehidupan setara untuk mereka yang dipandang sebelah mata.

"Di balik pengalaman gangguan jiwa ini, ada tangan Tuhan juga yang memang ingin menyampaikan sesuatu kepada kita. Yaitu bahwa masalah kesehatan jiwa ini adalah pengalaman umum setiap manusia yang tidak melulu hanya penyakit. Tetapi ketika dia pulih itu akhirnya menjadi satu makna hidup yang berharga. Bahwa, semua manusia itu sama. Hanya berbeda keunikannya," pungkas Bagus.

(nel/vys)

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads