Melihat 'Kota Terapung' di Natuna, 80% Rumah Warga Ada di Laut

Tapal Batas Bakti Kominfo

Melihat 'Kota Terapung' di Natuna, 80% Rumah Warga Ada di Laut

Nurcholis Ma'arif - detikNews
Sabtu, 09 Des 2023 19:57 WIB
Pulau Sedanau
Foto: detikcom/Christopher Radyaputra
Natuna -

Pulau Sedanau merupakan pulau dengan jumlah penduduk dan pusat perdagangan terbesar kedua (setelah Pulau Bunguran Besar sebagai pusat pemerintahan) di Natuna, Kepulauan Riau. Menariknya, 80% warga pulau yang masuk Kecamatan Bunguran Barat tersebut tinggal di rumah yang ada di atas pesisir laut.

Menurut Camat Bunguran Barat, Haidir, pendirian rumah di atas pesisir laut itu sudah menjadi semacam 'tradisi' yang turun-temurun. Warga juga sudah mengetahui ukuran rumah agar tak tenggelam saat laut pasang.

"Untuk menjelaskan kenapa, mungkin memang saya sudah menjumpai, sudah menemukan bahwa kebudayaan atau budaya masyarakat sini lebih senang bikin rumahnya di air atau di tepi pantai," ujar Haidir kepada detikcom belum lama ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tapi selama ini memang yang bikin rumah sudah ada ukurannya, sudah pernah ada yang tenggelam.

Jadi, bikin rumah umpamanya posisi di tiangnya di 8 kaki atau di 9 kaki. Jadi, budaya masyarakat Sedanau membangun rumah di atas air itu memang sudah turun-temurun sejak nenek moyang dulu," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

Adapun rumah yang berdiri di atas pesisir itu tidak memiliki sertifikat hak milik, tetapi hanya hak pakai, yang kemudian diperbaharui jika masa pakainya habis.

"Kemudian terkait dengan izin, izin bangunan di atas laut, ya sekarang ini semua rumah-rumah sudah disertifikat, tapi pinjam pakai. Posisi status rumahnya disertifikat tapi pinjam pakai. Contohnya habis 30 tahun, nanti akan diperbaharui dengan sertifikat yang baru," jelas Haidir.

Pulau SedanauPulau Sedanau Foto: detikcom/Christopher Radyaputra

Adapun Pulau Sedanau dapat ditempuh sekitar 20-30 menit dari Pelabuhan Semente yang ada di Pulau Bunguran Besar dengan speed boat atau kapal pompong. Memang banyak rumah maupun aktivitas warganya berada di atas laut.

Tak hanya rumah, sebagai pusat aktivitas bisnis, infrastruktur jalan hingga tiang listrik, warung, kantor bank, masjid pun banyak yang berdiri di pesisir laut, mengikuti pemukiman warga. Untuk akses internet di pulau ini pun terbilang cukup lancar.

Potensi Ikan Napoleon di Pulau Sedanau

Lebih lanjut Haidir menjelaskan mayoritas pekerjaan warga Pulau Sedanau ialah nelayan. Selain itu salah satu komoditas unggulan dari pulau itu adalah ikan Napoleon yang harganya bisa mencapai Rp 1 juta per kg.

"Napoleon itu kalau memang (yang) besar, besarannya itu sekitar satu kg, kemudian kalau ada di atas satu kg, itu harganya bisa lebih dari Rp 1 juta per kilonya. Dan untuk masyarakat di Sedanau ini, ikan Napoleon ini bisa diternak atau dipelihara. Jadi ikan Napoleon ini termasuk ikan yang menurut saya sangat mahal. Karena memang satu kg-nya Rp 1 jutaan," sambungnya.

Budidaya ikan napoleon di Natuna.Budidaya ikan napoleon di Natuna. Foto: dok. Grandyos Zafna/detikcom

Harga jual Ikan Napoleon karena nutrisi yang terkandung pada ikan napoleon juga memiliki banyak manfaat bagi tubuh. Mayoritas pembudidaya ikan napoleon di Sedanau memang mengekspor hasil budidayanya ke Hong Kong, daripada dikonsumsi pribadi.

Potensi ekspor ikan napoleon di Natuna memang bisa dibilang cukup besar. Lancarnya ekspor ikan di Sedanau tentunya juga tak lepas dari perkembangan infrastruktur di sana.

"Untuk saat ini, yang kami rasakan di Sedanau, khususnya di Kecamatan Bunguran Barat, untuk infrastruktur sudah sangat baik. Lampu-lampu jalan, lampu-lampu untuk masyarakat sudah cukup. Kemudian, air juga sekarang sudah mulai dibangun embung atau SPAM (Sistem Penyediaan Air Minum), insyaallah akan diselesaikan dalam tahun 2024 ini," katanya.

"Kalau untuk sinyal, untuk jaringan di Sedanau ini sudah sangat baik. Cuma di desa agak sulit," sambungnya.

Oleh karena itu, ia berharap agar pemerintah dapat membangun infrastruktur yang dapat meningkatkan jaringan di desa-desa tersebut.

"Kalau memang ada rencana dari Bakti (Kominfo) mau membangun tower yang baru, ini sangat dibutuhkan," tutupnya.

Seperti diketahui, lancarnya akses internet dan sinyal yang memadai di Natuna juga tak lepas dari kehadiran Proyek Palapa Ring yang dibangun pemerintah melalui Bakti Kominfo. Namun, pengembangannya tentu memerlukan kolaborasi bersama dengan pihak terkait lainnya.

Natuna berada pada Proyek 2 Palapa Ring Paket Barat yang dibangun dengan jaringan Passive Fiber Optik standar ITU G654B sepanjang 2.124 Km dan dihubungkan dengan Perangkat Transmisi DWDM. Kehadiran Palapa Ring Barat yang mulai beroperasi pada 2 Maret 2018 turut mendorong operator telekomunikasi berbasis bisnis untuk mengembangkan jaringan pita lebar di area 3T.

detikcom bersama Bakti Kominfo mengadakan program Tapal Batas mengulas perkembangan ekonomi, wisata, infrastruktur, wisata, dan teknologi di wilayah 3T setelah adanya jaringan internet di beberapa wilayah terdepan Indonesia. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus berita tentang Tapal Batas di tapalbatas.detik.com!




(ncm/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads