Keahlian yang ia miliki didapat sedari kecil. Hanya saja saat itu ia tak fokus menggeluti pencak silat. Maklum saja, di usianya yang masih tergolong anak-anak, Rohadi tentu ingin juga bermain seperti anak seusianya.
"Di Jawa dulu pernah, masih umur 9 tahun. Kalau dulu di (organisasi) Kera Sakti, pernah di Cempaka Putih. Dulu kan karena masih anak-anak jadi sebentar-sebentar," ujar Rohadi ditemui di peternakannya.
Rohadi yang merupakan warga transmigran dari Jawa ke Merauke, bergabung ke dalam organisasi pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) dua tahun lalu. Singkat waktu, ia kini telah menjadi tingkat pengajar di Distrik Tanah Miring bagi 10 siswa yang terdiri dari tingkatan SD, SMP, SMA, bahkan orang dewasa.
Ia rutin mengajar dua kali dalam seminggu yakni di malam Kamis dan malam Minggu. Ilmu yang ia turunkan meliputi penguasaan senam dasar, senam jurus, teknik bantingan, pukulan, kerohanian, hingga puncaknya pada latihan pernafasan.
![]() |
Untuk diketahui, tingkatan dalam pencak silat di PSHT dibedakan dari warna sabuknya. Bahkan dimulai pada tingkatan polos atau belum mengenakan sabuk.
"(Setelah polos) tiga bulan ke depan itu sabuk hitam, sabuk jambon itu kaya pink, terus naik lagi ke hijau, setelah hijau putih kecil, terakhirnya kain mori (putih besar/kain kafan)," ungkap Rohadi.
Rohadi mengatakan tertarik bergabung ke dalam PSHT karena suasana persaudaraan di dalam organisasi tersebut. Selain itu, kedua anak Rohadi pun telah ikut bergabung ke dalam PSHT.
![]() |
"PSHT ini kan karena persaudaraan yang diutamakan. Selain itu untuk olahraga untuk kesehatan jasmani dan rohani," ujarnya.
Banyak manfaat yang Rohadi dapatkan dengan bergabung ke organisasi pencak silat tersebut. Selain untuk kesehatan jasmani, ia merasakan manfaat kesehatan rohani misalnya dengan memperbaiki perilaku sehari-hari.
"Dari yang tadinya kurang baik jadi lebih baik dari segi kelakuan ada perubahan. Untuk ekonomi ada juga, tadinya kita kurang pengalaman masalah (keuangan) keseharian, kalau kata orang Jawa kan banyak saudara kan banyak rezeki, keguyubannya itu ada, bakti sosial untuk masyarakat itu ada. Banyak hal yang diterapkan di PSHT itu," terangnya.
Rohadi merupakan peternak yang sukses mengembangbiakkan sapi berkat bantuan kredit dari BRI. Awalnya ia hanya memiliki tiga ekor sapi. Setelah mengajukan kredit untuk modal usaha, Rohadi membeli sembilan ekor sapi yang kemudian berkembang biak menjadi 17 ekor. Hingga kini Rohadi telah memiliki 27 ekor sapi. Salah satu Sapi jenis Brangus miliknya bahkan memenangkan kontes sebagai juara kedua se-Tanah Miring, Agustus silam.
"Saya sangat berterima kasih kepada pihak BRI bahwa telah membantu peternak kecil seperti saya. Karena adanya BRI kita sangat terbantu untuk modal peternakan ini," pungkasnya.
detikcom bersama BRI mengadakan program Jelajah Desa BRILian yang mengulas potensi dan inovasi desa di Indonesia, baik dari segi perkembangan ekonomi, infrastruktur, hingga wisata serta dampaknya terhadap masyarakat lokal maupun nasional. Untuk mengetahui informasi program Desa BRILian lebih lanjut, ikuti terus informasinya hanya di jelajahdesabrilian.detik.com! (prf/ega)