"Dilantik sebagai Menteri Agama, Gus Yaqut mendapat mandat untuk melanjutkan agenda reformasi birokrasi guna memperbaiki tata kelola Kementerian Agama," ujar Wibowo dalam keteranganya, Senin (4/12/2023).
Wibowo menjelaskan Kemenag merupakan kementerian dengan lebih dari 4.000 satuan kerja (satker). Untuk itu, dibutuhkan kepemimpinan yang segar, tangkas, dan dapat bergerak cepat. Apalagi, perbaikan tata kelola di Kemenag membutuhkan langkah-langkah akselerasi terukur.
"Gus Yaqut sejak awal berusaha mengubah Kemenag yang terkesan old style menjadi tampil lebih segar dan muda. Sejumlah program prioritas digulirkan, salah satunya transformasi digital," jelasnya.
Lebih lanjut, Wibowo mengungkapkan melalui proses transformasi digital, koneksi jaringan internet yang menjadi basis layanan Kemenag kini sudah menjangkau hingga tingkat KUA Kecamatan dan 24 MAN Insan Cendekia. Kemenag juga telah mengembangkan Satu Data Kementerian Agama untuk memudahkan akses publik, disiapkan juga Call Center dan WhatsApp center 'Salam Kemenag'.
"Kemenag juga telah merilis aplikasi Pusaka Kementerian Agama. Aplikasi SuperApps yang mengintegrasikan berbagai layanan keagamaan, termasuk bagi sahabat disabilitas," sebut Wibowo.
"Alhamdulillah, program Gus Yaqut dirasakan manfaatnya oleh umat. Inovasi terus dilakukan dan itu berbuah apresiasi," imbuhnya.
Perkuat Ukhuwah
Selama menjadi Menag, kata Wibowo, Gus Yaqut juga terus menggencarkan moderasi beragama. Sejak awal menjabat, ia berkomitmen menjadikan agama sebagai inspirasi, bukan menyalahgunakannya sebagai aspirasi politik praktis.
Wibowo mengatakan Gus Yaqut sering mengutip pesan Sayidina Ali, yakni 'mereka yang bukan saudaramu dalam iman adalah saudaramu dalam kemanusiaan'.
"Toleransi tingkat tinggi ini harus diberikan teladan dari Kementerian Agama. Dan itu menjadi konsen Gus Yaqut," kata Wibowo.
"Gus Yaqut tidak ingin dari Kementerian Agama justru muncul sikap atau cara diskriminatif antara satu agama dengan yang lain," imbuhnya.
Wibowo menambahkan, Gus Yaqut juga mendapat tugas untuk meningkatkan ukhuwah atau persaudaraan, baik ukhuwah islamiyah (persaudaraan sesama umat Islam), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sesama warga bangsa), maupun ukhuwah basyariah (persaudaraan sesama manusia).
"Kenapa ukhuwah islamiyah? Karena mayoritas penduduk Indonesia adalah pemeluk Islam. Maka negara ini akan damai dan tenteram jika sesama muslim memiliki ukhuwah atau persatuan di antara mereka," ucapnya.
Sementara ukhuwah wathaniyah, lanjut Wibowo, perlu dibangkitkan kembali karena kemerdekaan Indonesia diraih atas perjuangan semua umat beragama, baik Muslim, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu, dan lainnya.
Di sisi lain, meningkatkan ukhuwah basyariyah atau persatuan sesama umat manusia menjadi hal yang tak kalah penting. Menurut Wibowo, di sinilah pentingnya menjadikan agama sebagai inspirasi bagi kerukunan dan perdamaian.
Pembubaran FPI
Terkait soal isu yang mengaitkan pemberhentian pernyataan Jenderal (Purn) Fachrul Raz sebagai menag dan pembubaran FPI, Wibowo menegaskan tidak ada hubungannya dengan pelantikan Gus Yaqut. Menurutnya, pergantian kabinet sepenuhnya menjadi hak prerogatif presiden.
"Setahu saya, pesan yang disampaikan Presiden saat melantik Gus Yaqut adalah agar melakukan percepatan reformasi birokrasi, serta menguatkan persaudaraan seluruh elemen bangsa," sebutnya.
Seperti diketahui, pemerintah membubarkan FPI pada 30 Desember 2020 melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) tentang Larangan Kegiatan Penggunaan Simbol dan Atribut serta Penghentian Kegiatan FPI. (anl/ega)