Batik Sinom Parijotho Salak menjadi branding dari Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Ternyata, di balik lahirnya batik tersebut, ada peran Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo.
Batik Sinom Parijotho ini kemudian dikembangkan oleh Kustini hingga kini menjadi produk unggulan Sleman. Dia mengungkap asal mula batik tersebut muncul.
"Sebenarnya batik Parijotho itu kan lomba desain batik dulu. Dengan adanya UNESCO mengatakan batik adalah warisan sejarah, langsung itu, Sleman belum punya batik, akhirnya kita adakan lomba desain batik tingkat nasional tapi didukung oleh Pak Bupati (Sri Purnomo), akhirnya punya batik," kata Kustini dalam acara Blak-Blakan detikcom Senin, (4/12).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kustini menuturkan, ada dua ratus lebih peserta lomba desain batik bertema kearifan lokal yang diprakarsai oleh Dekranasda Kabupaten Sleman pada 2012. Dari situ, disaring 50 orang lalu terpilih tujuh peserta yang menjadi juara.
"Tujuh itu macam-macam, kita mengangkat kearifan lokal ada kesenian, ada flora, fauna dan ada budaya. Di situ yang bagus itu kemarin nomor satu kebetulan itu Parijotho tanaman di lereng Merapi," tuturnya.
"Sinom Parijoto itu kan tanaman di Merapi. Parijoto itu kan kesuburan dan tanaman itu mudah tumbuh di Merapi. Yang satunya itu salak, salak itu adalah hasil bumi di Kabupaten Sleman, sehingga digabungkan Pak Purnomo menjadi Sinom Parijotho Salak," sambungnya.
Kustini kemudian menghidupkan kembali batik tersebut di bawah kepengurusan Dekranasda Sleman setelah menjabat sebagai Bupati. Dia mewajibkan Aparatur Sipil Negara (ASN) Sleman untuk mengenakan baju batik Sinom Parijotho Salak yang diproduksi pengrajin.
"Setelah saya menjadi Bupati, kita hidupkan kembali Parijotho ini. Kita dampingi lagi (pengrajin) dan ASN itu harus pakai. Supaya dia bisa menghasilkan perekonomian bisa jalan," tuturnya.
Selain ASN, seragam haji di Sleman juga diwajibkan menggunakan batik Sinom Parijotho Salak. Hal itu dilakukan demi menghidupkan kembali para pengrajin batik.
"Seragam Haji saya suruh pakai Ini supaya pengrajinnya hidup kembali. Akhirnya pakai Parijotho Salak sampai sekarang. Setiap Tahun yang berangkat Haji 1.500 sampai 1.700 dari Sleman pakai Parijotho dari pengrajin tidak boleh dari luar, dibuat MoU," ujarnya.
Kustini mengungkapkan omset yang didapat dari Batik Sinom Parijotho Salak yang diproduksi para pengrajin bisa mencapai Rp 9 miliar. Bahkan, kini Batik Sinom Parijotho Salak sudah go internasional melalui pameran fashion busana.
"Omsetnya di Sleman pas COVID itu Rp 5 miliar, kita gerakan 2021 naik Rp 7,81 miliar, langsung menembus terus Rp 8,7 miliar sampai kemarin sampai Rp 9 miliar. Kita itu mengambil desainer-desainer fashion. Kita diajak supaya fashion batik ini ternyata ada Samuel (desainer) itu mau mengangkat, dibawa (Sinom Parijotho Salak) fashion show di Korea, dan di sana dikenalkan ke Eropa," imbuhnya.
(shw/vys)