Ketua DPP PDI Perjuangan Said Abdullah menilai di tengah percepatan pembangunan infrastruktur-ekonomi selama kurun waktu 10 tahun terakhir, mental bangsa justru masih jauh tertinggal. Untuk itu, ia menekankan pentingnya mebangun visi manusia unggul di Indonesia.
"Visi manusia unggul adalah visi kita bersama dan keunggulan itu dimulai dari sikap mental kita semua sebagai satu bangsa. Harus kita akui hal ini menjadi agenda berat, tidak mudah, namun kita tidak bisa menghindarinya, sebab itulah jawaban atas kemerosotan nilai-nilai pembangunan selama ini," kata Said dalam keterangan tertulis, Minggu (26/11/2023).
Menilik sejarah bangsa lain yang kembali bangkit setelah sempat jatuh terpuruk pasca perang dunia kedua, ia menyebut kunci kebangkitan ini dimulai dari mental bangsanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dahulu kita mencanangkan revolusi mental agar menjadi roh bagi seluruh gerak pembangunan lahiriah. Tanpa roh, tanpa mental yang memberikan 'nyawa' dari pembangunan fisik, sesungguhnya pembangunan kita tanpa narasi, tanpa kerangka filosofis, dan kita tidak memiliki raison d'etre yang kuat," ucapnya.
Menurut Said, tidak adanya 'roh' tersebut membuat kualitas negara menurun. Hal ini terlihat dari turunnya kualitas demokrasi, Indeks Negara Hukum, hingga Indeks Persepsi Korupsi di Tanah Air. Padahal, ketiga hal ini merupakan pekerjaan domestik yang harus dipulihkan agar politik tidak berjalan timpang.
Ia mengungkapkan sederet alasan mendorong pasangan capres Ganjar Pranowo-Mahfud MD untuk menyusun visi dan misi mengembalikan gagasan revolusi mental sebagai fondasi penting pembangunan.
"Kini kita pakai sebagai modal kita menuju Indonesia emas 2045, kita pakai fondasi menuju Indonesia unggul. Bisa kita lihat dalam Visi Misi Ganjar-Mahfud, sebagian besar urusannya membangun manusia Indonesia agar menjadi manusia unggul," terangnya.
Said menyebut menjadi manusia unggul merupakan pesan utama pembangunan. Ia mengatakan diskursus pembangunan selama ini direduksi urusan ekonomi, bahkan belakangan dikerdilkan sebatas urusan investasi usaha.
Meski investasi usaha menjadi hal penting, menurutnya prioritas pembangunan tetap harus beriringan dengan membangun manusia unggul.
"Seluruh kontemplasi di atas menjadi latar belakang Ganjar-Mahfud menatap masa depan, meletakkan kembali agenda revolusi mental untuk menjadi manusia unggul. Jati diri kepribadian bangsa perlu kita nyatakan secara lugas," tegasnya.
Ia menyebut sejumlah nilai yang harus kembali dihadirkan dalam kehidupan nyata. Baik itu nilai luhur bangsa, gotong royong, anti korupsi, produktif, inovatif, mandiri, patuh pada etika dan hukum, menghargai perbedaan dan kebebasan, emansipasi perempuan serta melindungi minoritas.
Said mengatakan nilai-nilai itu harus menjadi roh bagi setiap gerak pembangunan di semua bidang. Sebab menurutnya, hal ini merupakan kunci atau jalan kebudayaan menuju manusia unggul.
Nilai-nilai tersebut pun harus menjadi praktik hidup dan contoh nyata bagi seluruh penyelenggara negara. Jika seluruh penyelenggara negara bisa melaksanakan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari, ia meyakini semangat ini akan memantul lebih luas menjadi jiwa bangsa.
Dengan penghayatan total atas nilai-nilai luhur itu, menurutnya seluruh potensi pembangunan nasional akan lebih mudah diorganisir untuk menopang cita-cita pembangunan. Keteladanan pemimpin nasional yang menyebar ke seluruh level penyelenggara negara juga akan menjadi energi penggerak penting bagi pembangunan.
"Harapan kita untuk menaikkan pendapatan per kapita, menurunkan tingkat kemiskinan, membuka lapangan kerja, meningkatkan partisipasi pendidikan, meningkatkan harapan hidup rakyat, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tinggi, talenta anak-anak bangsa yang hebat, menempuh jalan ekonomi hijau, menjadikan poros maritim dunia semuanya perlu, dan akan ditopang oleh kekuatan gotong royong semesta, asalkan penghayatan atas jiwa bangsa di atas telah menubuh. Jadi, gerakan pembangunan bukan semata-mata agenda dan urusan pemerintahan," ujarnya.
Ia pun menilai upaya bersama ini akan mendorong masyarakat merasa memiliki cita-cita itu. Dengan demikian, visi Indonesia Unggul bukan semata milik atau agenda Ganjar dan Mahfud.
"Nalar inilah yang luput pada pembangunan kita selama ini, karena semua agenda pembangunan dipahami dan hanya diformulasikan secara teknokrasi. Teknokrasi sangat penting karena memandu kalkulasi dan mitigasi, namun sama pentingnya adalah rasa kepemilikan rakyat atas agenda pembangunan," ujarnya.
"Kini, Ganjar-Mahfud memanggil kita semua, bukan demi kekuasaan beliau berdua, tapi karena kita perlu memperkuat cita cita reformasi. Panggilan ini adalah keniscayaan sejarah yang harus kita lalui, untuk sebenar-benarnya menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang unggul, setara, bahkan melampaui bangsa-bangsa yang maju di dunia," pungkasnya.
(akd/akd)