Pembongkaran trotoar di Jalan Margonda Raya yang baru selesai direvitalisasi tahun lalu menuai kritik. Pemkot Depok melalui Dinas PUPR Depok menjawab kritik itu dengan menjelaskan alasan mengapa trotoar itu kembali dibongkar.
Kepala Dinas PUPR Depok Citra Indah Yulianty mengatakan pembongkaran trotoar tersebut demi kepentingan umum warga Depok. Menurutnya, trotoar itu perlu dibongkar lagi karena menjadi satu-satunya solusi mengatasi banjir di sekitar lokasi.
"Kita sudah cari solusi, dari zaman 2003 itu dulu sudah dibuat gorong-gorong besar dari ITC Depok sampai seberang Ramayana. Kemarin kita cek juga, ternyata saluran yang suka banjir di Ramayana, notaris bukan arahnya ke saluran yang barengan dari ITC," kata Citra kepada wartawan, Kamis (23/11/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ternyata kita cek buangannya itu ke Kali Malela, sampai kita masuk-masuk ke gorong-gorong, kita cek gorong-gorong itu adanya di mana supaya nyambung ke Kali Malela. Ternyata gorong-gorong yang nyambung ke Kali Malela adanya di bawah ruko, ketutup ruko," tambahnya.
![]() |
Citra menyebut pihaknya lalu mencari solusi dan didapat solusi bahwa harus membongkar trotoar yang ada di lokasi tersebut. Dia membantah jika pembongkaran trotoar yang belum lama direvitalisasi itu karena bekerja tak maksimal.
"Ternyata itu dulu saluran, sekarang kondisinya bangunan. Pas kita bongkar, memang bangunan itu di atas saluran. Jadi alhamdulilah air langsung ngalir ke Kali Malela di belakang tanpa ke halangan coran bangunan di atasnya," ucap Citra.
Dia menegaskan Wali Kota Depok Mohammad Idris sangat peduli pada kondisi kawasan Margonda. Idris, kata Citra, meminta dirinya mencari solusi penanganan banjir di Jalan Margonda Raya tersebut.
"Pak Wali juga peduli karena melihara Margonda banjir, makanya dimintalah kami-kami cari solusinya. Kami telusuri semua, mulai pekerjaan yang lama sampai lihat di foto udara saluran ke mana saja aslinya jalannya air," imbuhnya.
PDIP Kritik Pemkot Depok Tak Sistematis
Ketua Fraksi PDIP DPRD Kota Depok Ikravany Hilman mengkritik Wali Kota Depok M Idris. Ikra menyebut pembongkaran trotoar membuat pembangunan tak sistematis sehingga pembangunan tidak tersusun dengan baik.
"Pembangunan nggak sistematis, mana dulu yang mesti dilakukan nggak bisa tersusun dengan baik. Makanya bongkar-pasang, bongkar-pasang. Celakanya, ketidakmampuan itu yang jadi korban adalah warga Kota Depok," kata Ikravany saat dihubungi wartawan, Kamis (23/11/2023).
Simak juga 'Bantuan Stunting Depok Rp 4,9 M Isi Nuget-Tahu, Ma'ruf Bakal Monitor':
Ikra mengatakan anggaran pembangunan trotoar berasal dari APBD. Dia menilai soal trotoar jadi bukti Pemkot Depok sembarangan mengelola uang masyarakat.
"Kecuali itu pakai uang Pak Idris, nggak apa-apa. Tapi itu pakai APBD puluhan miliar, belasan miliar. Setiap tahun cuma buat bongkar pasang Margonda. Soal trotoar itu menunjukkan salah satu bukti yang paling jelas betapa sembarangannya Pemkot kita ini mengelola keuangan dari warga," katanya.
Warga Heran Trotoar Dibongkar Lagi
Warga sekitar mengaku heran. Salah seorang warga bernama Wahyu (21) mempertanyakan mengapa proyek saluran air atau pemindahan kabel tidak dilakukan sebelum revitalisasi trotoar rampung.
"Ya kenapa nggak sekalian sebelum jadi trotoarnya dibikin dulu gitu gotnya, malah langsung dibikin trotoar aja gitu kan. Ujung-ujungnya hujan nggak nampung air, malah banjir," kata Wahyu kepada wartawan.
Wahyu menyebut banyak warga yang heran atas pembongkaran trotoar tersebut, karena kondisinya masih bagus. Dia menilai pengerjaan dua kali itu menghabiskan biaya.
Senada dengan Wahyu, warga lain bernama Mirah (45) menilai, sebelum revitalisasi, justru tidak pernah banjir. Dia mengira saluran air tertutup puing-puing yang belum terangkat sehingga menyebabkan banjir.
"Sebelumnya mah nggak parah kayak gini (banjirnya). Ini kan karena pembangunan (trotoar) ini puing-puingnya nggak diangkat, nutupin lubang selokan. Iya kurang pembuangannya apa gimana kita kan nggak tahu ya, yang tahu pemerintah ya," katanya.